Pelangi Tujuh Belas [17]

5.9K 445 19
                                    

Jika cinta seorang ibu mengandung kelembutan, maka cinta seorang ayah mampu memberikan kekuatan. Hal itulah yang dirasakan oleh Zaza, saat dia memilih pergi menjauh. Hatinya gamang, begitu takut jika keputusannya menjadi kedurhakaan. Namun, saat Yusuf memberikannya izin, asal bersama Bude Lastri, maka saat itu hatinya mantap.

Jarak, telah mengajarinya arti penting kehadiran keluarga. Jarak, memberinya jeda untuk membalut luka dengan pemaafan tulus dari hati. Jarak yang memisahkan Zaza dan Yesha, membuat mereka sadar bahwa ada rindu yang tercipta. Tanda masih ada kasih sayang yang terjalinan di antara mereka.

Mungkin kecewa sempat menyapa, tapi tak akan pernah bisa benar-benar membenci. Walaupun akhirnya Zaza merasa terlambat mengucapkan kata maaf. Bukan dengan lisan yang bicara. Namun, hanya tulisan yang sempat dikirimnya, saat komunikasi di antara keduanya mulai terjalin kembali.

Sebagai perwujudan maaf, kini Zaza berusaha berlaku baik dan perhatian kepada orang-orang yang sempat mampir dalam skenario kehidupan terakhir kakaknya. Kakak ipar dan keponakannya, yang Zaza anggap sebagai sumber kebahagiaan terakhir seorang Ayesha Pelangi Yusuf.

"Gimana kondisi kamu, Ta?"

"Alhamdulillah, sudah lebih baikan, Yah."

Zaza mengira Bang Irsyad yang akan menjemputnya pulang. Namun, dia salah karena justru sang ayah-lah yang langsung datang. Yusuf sengaja datang sekaligus melihat kondisi Atha.

"Makanya cepat menikah lagi. Jangan terlalu lama. Kamu nggak kangen apa, ada yang perhatiin?"

Atha tertawa lalu berkata, "Kangen sih, Yah. Tapi, gimana lagi? Yang mau diajak nikah belum mau." Atha berkata sambil melirik Zaza. Merasa Atha mengkodenya, Zaza mendelikkan mata. Dia memperingatkan Atha agar tidak perlu terlalu banyak bicara di depan ayahnya.

"Iya, Ayah tahu. Secepatnya, yakinkan dia! Ayah pasti dukung, jika dia setuju untuk menikah denganmu."

"Iya. Makasih, Yah."

Zaza terkejut. Apa dia tidak salah dengar? Ayahnya sudah tahu? Tahu tentang apa? Begitu banyak pertanyaan terlintas di neuron otaknya. Saat di rumah nanti, dia akan memastikan apa yang sudah diketahui sang ayah tentang kandidat calon istri abang iparnya.

Setelah menyesap habis teh miliknya, Yusuf pamit pulang bersama Zaza. Setelah sampai di rumah mereka berkumpul di ruang keluarga menonton acara televisi

"Ayah tahu apa tentang Bang Atha?" todong Zaza pada sang ayah.

Maya yang saat itu juga ada di sana, meliriknya. Dia tak paham ke arah mana antara suami dan putrinya.

Yusuf masih terlihat memasang wajah santai. Sama sekali tak terintimidasi oleh pertanyaan Zaza. Manik matanya tajam menatap ke arah depan.

"Maksud kamu?" tanya Yusuf tanpa melihat ke arah Zaza.

"Ayah tahu Bang Atha akan menikah lagi, kan? Dengan siapa, Yah?" tanya Zaza to the point.

"O ya?! Atha mau menikah lagi? Waaah, ibu ketinggalan berita, nih? Sama siapa, Yah? Siapa? Cantik nggak, Yah, calonnya Atha itu? Apa ibu kenal? Kamu juga tahu, Za?" Bukan ayahnya yang menjawab, malah ibunya yang justru histeris.

"Za, kamu tahu nggak? Jawab Ibu, dong? Kok malah pada diem, sih? Kan Ibu udah penasaran banget ini," lagi Maya masih memberondong Zaza dengan pertanyaan. Selama rasa penasarannya belum terpuaskan, Maya akan terus bertanya. Zaza paham betul tipikal sang ibu. Sangat perhatian, terlalu perhatian, hampir menjurus ke kepo.

"Iya, Bu. Wong Atha kan duda. Jadi, wajar kalau dia mau nikah lagi." Akhirnya Yusuf membuka suaranya.

"Sama siapa nikahnya, Yah? Apa ibu kenal?"

"Ibu kenal. Tapi, wanitanya aja masih belum mau, kok."

Masih dengan santai Yusuf menjawab satu persatu rasa penasaran istrinya. Zaza hanya menyimak saja. Berharap pertanyaannya juga ikut terjawab.

"Atha ditolak, Yah?!" tanya Maya tak percaya. Dia lalu tertawa terbahak-bahak. "Anak siapa itu Yah, yang berani nolak Atha? Rugi dia, Yah. Rugi!"

Bagi Maya, Atha memanglah tipe calon suami idaman. Sangat sayang jika harus ditolak. Maya belum tahu saja, bahwa putri bungsunya juga pernah menolak calon suami idaman itu, Atharizz.

"Kalo aja Atha ngelirik anak kita lagi, ibu bakal langsung nikahin dia sama kamu, Za. Nggak akan ditolak-tolak," ujar Maya masih dengan tawa yang menghiasi wajahnya. Topik tentang Atha, memang selalu membuat Maya tertarik dan antusias.

Zaza meringis, kini dia justru semakin horor. Membayangkan dirinya akan dipaksa menikah dengan abang iparnya sendiri, pasti rasanya awkward.

"Siapa sih, Yah? Ibu penasaran banget, deh. Kasih tahu dong, Yah," ucap Maya semakin merajuk manja. Berharap sang suami akan menyebut sebuah nama. Rasa penasarannya bukan berkurang, justru semakin melambung tinggi.

Zaza ikut penasaran. Apakah sang ayah tahu? Nama siapa yang Atha sebutkan kepada Yusuf. Tiba-tiba Zaza gelisah. Sebagian hatinya berharap bukan dirinya, karena pasti Zaza akan sangat merasa malu. Namun, sebagian hatinya lagi pasti kecewa jika ada wanita lain yang diinginkan abangnya. Zaza akan merasa dipermainkan selama ini.

"Siapa, Yah? Jangan buat ibu penasaran gini dong, Yah! Siapa yang sudah berani menolak mantu kesayangan Ibu." Merasa tak akan mendapat jawaban dari sang suami yang hanya diam saja, Maya lalu bertanya kepada Zaza. "Za, kamu tahu siapa orangnnya? Kasih tahu ibu dong, Za."

Zaza mengedikkan bahu. Dia memang tidak tahu siapa wanita itu. Yang namanya telah mampir di telinga sang ayah.

"Yang menolak Atha itu anak kita, Bu," ucap Yusuf tiba-tiba.

Mendengar itu, sontak Maya menoleh ke arah sang suami, lalu gantian menatap Zaza. Raut terkejut jelas terlukis di sana.

"Zaza maksudnya, Yah?" tanya Maya memastikan. Dia masih belum percaya.

"Siapa lagi, Bu? Nggak mungkin juga kan Atha ngelamar Irsyad. Anak dan mantu kita masih normal, Bu." Maya mengangguk-anggukan kepalanya tanda menegerti.

Di detik selanjutnya, kesadaran mulai menariknya ke alam nyata. Maya berteriak histeris, "Zazaaa !!!"

Zaza bergerak cepat. Dia sudah berlari masuk menuju kamar. Dia tak siap jika harus membicarakan hal ini, malam ini.

Di dalam kamarnya, jangan tanyakan bagaimana dengan kondisi Zaza saat ini. Fisik dan hatinya tidak baik-baik saja. Wajahnya sudah pucat pasi. Kini kedua orang tuanya sudah tahu. Mereka juga malah mendukung Atha dan bukan mendukung dirinya. Padahal yang anak kandung Ayah dan Ibu, kan, Zaza? Tapi kenapa mereka justru terlihat akan sangat mendukung Bang Atha, sih? Zaza merasa kesal sendiri saat memikirkan hal itu.

Ihwal hatinya juga tidak baik-baik saja. Dia terkejut, sejak kapan ayahnya tahu tentang keinginan abangnya itu?

Zaza juga merasakan takut, karena dia belum siap untuk menikah. Apalagi dengan kakak iparnya sendiri, seorang duda beranak satu.

Lalu bagaimana dengan perasaab lain yang berkecamuk. Bingung? Iya. Setelah ini apa yang akan dia lakukan, Zaza belum tahu. Senang? Juga iya. Tidak munafik, ada sudut hatinya yang turut bahagia. Ternyata tidak ada wanita lain yang sedang diinginkan Atha saat ini selain dirinya.

Duh, Bang Atha gercep banget sih, Bang? panik Zaza dalam hati.

.
.

Alhamdulillah, Update
😄😄😄
Semoga Suka 😍

Jangan lupa berikan:
❤ Vote dan Komentar ❤

Spam next di sini juga boleh 😁 =>

Mau Follow Author juga
Boleh Banget 😍
Biar kalian selalu dapat notifikasi pembaharuan cerita-cerita milik author.

Follow & tag IG Author
@Oliphiana_lia
If you share something from my story

😄 Thanks All 😄
Jazakumullah khair
😙😍😘

PELANGI yang Sama (END) ✔ [Proses Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang