Pelangi Dua Puluh Satu [21]

5.7K 419 16
                                    

"Selama pernikahan kalian, apakah Abang pernah mencintai Kak Yesha?"

Atha tersenyum kecil saat mendengar pertanyaan Zaza. Dia sudah memprediksi percakapan ini akan panjang. Jadi, Atha telah izin untuk datang terlambat ke rumah sakit.

"Pernikahan itu sesuatu yang sakral bagi Abang. Awal menikah Abang akui, belum ada rasa apa pun kepada kakakmu. Tapi, Abang tetap berusaha menumbuhkan rasa itu untuknya. Yesha baik, sebagai istri dia juga begitu penurut dan taat kepada suami. Walaupun belum sepenuhnya rasa cinta itu tumbuh, Abang tetap menyayangi kakakmu. Dia telah menempati ruang tersendiri di hati Abang."

Mendengar penjelasan Atha, Zaza merasa lega. Setidaknya dia tahu, kehidupan pernikahan kakaknya pasti bahagia. Rasanya sudah terlalu lama kesedihan menyapa Kak Yesha, dia tak tega. Zaza pasti akan ikut bahagia, saat kakaknya bahagia. Namun, rasa kecewa atas kebenaran yang tersembunyi darinya itu tetaplah ada. Apalagi tersebab kecelakaan itu pula hubungannya dengan Yesha menjadi buruk. Peristiwa itu menjadi pemicu tersulutnya rasa cemburu dan iri antara Zaza dan Yesha, hingga akhirnya mereka saling bersaing untuk menunjukkan siapa putri terbaik keluarga Yusuf.

Sebelum ini, Zaza begitu mengagumi seorang Atharizz. Mengetahui setitik nilanya seolah merusak susu sebelanga, sesuai dengan pepatahnya. Padahal selama ini Atha sudah menunjukkan rasa penyesalannya. Diwujudkannya maaf itu dengan pertanggung jawaban penuh kepada Yesha. Zaza menghela napas pelan, dia harus berusaha ikhlas untuk menerima. Keluarganya juga tidak pernah mengungkit lagi, mungkin mereka juga telah ikhlas memaafkan Atha.

"Abang tahu kamu sangat kecewa pada Abang. Maaf." Perkataan maaf Atha terasa pilu terdengar di telinga Zaza.

"Aku butuh waktu, Bang."

"Sebanyak apa pun waktu yang kamu mau, Abang akan berikan. Asal kamu bisa memaafkan Abang." Terdengar Atha menghela napas berat, lalu kembali bertanya, "Boleh Abang tahu, dari mana kamu mengetahui tentang kecelakaan itu, Dek?"

"Aku tahu dari diary Kak Yesha."

Zaza melirik ke arah Atha yang tampak diam berpikir, lalu tak lama Atha beranjak dari duduknya masuk ke dalam kamar. Saat keluar, disodorkannya sebuah buku ke hadapan Zaza.

"Ini diary Yesha. Jika kamu ingin tahu tentang kehidupan kami setelah pernikahan, mungkin Yesha menuliskannya di sana. Abang tidak pernah membacanya, karena pasti Abang lah yang dia ceritakan dalam bukunya. Abang tidak ingin semakin merasa bersalah, jika ternyata selama ini Abang belum bisa membuatnya bahagia. Tapi, jika kamu mau mengetahuinya silakan."

Lama Zaza memandang diary itu, buku kelanjutan yang Zaza temukan di rumahnya.

"Setelah kamu membacanya, Abang persilakan kamu untuk melihat ini," lagi Atha kembali menyodorkan sesuatu, sebuah kotak tipis yang entah apa isinya.

"Apa ini, Bang?" tanya Zaza heran.

"Ini tentang Abang. Tapi, Abang harap, kamu membukanya setelah kamu menyelesaikan diary Yesha."

Ini tentang Bang Atha? Apa dia berhak membukanya? Tapi, Bang Atha sendiri yang mengijinkannya, kan? Akhirnya Zaza tetap menerimanya walau masih ada ragu di hati.

"Apa nggak pa-pa, Bang?"

Atha menganggukkan kepala, mengerti maksud pertanyaan Zaza. "Abang nggak mau kamu tahu hanya sebagian kisahnya. Abang ingin kamu tahu keseluruhan kisah ini secara lengkap. Setelah kamu tahu, Abang siap menerima apa pun keputusanmu. Setidaknya Abang merasa lega jika kamu sudah mengetahuinya. Harapan Abang hanya satu, setelah ini kamu tidak membenci Abang."

Deg ...!

Membenci? Apa lagi yang belum dia ketahui tentang Bang Atha? Hati Zaza tiba-tiba merasa takut. Takut dia tidak sanggup jika ada kenyataan yang lebih buruk.

PELANGI yang Sama (END) ✔ [Proses Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang