Pelangi Sebelas [11]

6.6K 449 20
                                    

Atha mengantar Shaka ke sekolah bersama Zaza. Rencananya selesai mengantar sang putra, dia akan langsung mengantar Zaza ke rumah. Shaka sangat senang, pagi ini dia bisa berangkat diantar papa dan tente tersayangnya.

"Dek, gimana kalau kita mampir dulu ke cafe deket komplek rumah kamu?" ajak Atha saat mobilnya mulai keluar dari parkiran sekolah.

"Baik, Bang. Kita mampir aja dulu. Kayanya lebih nyaman kalau kita bicara di luar," jawab Zaza yang mengerti maksud Bang Atha mengajaknya.

Atha menanggapinya dengan anggukkan kepala pelan, lalu berkata pada Mang Ujang yang saat ini sedang menyupiri mobilnya, "Mang, mampir di cafe yang dekat komplek rumah Zaza ya."

"Baik, Pak."

Sesampainya di cafe, mereka memilih tempat duduk paling dalam yang dekat dengan jendela. Perbincangan mereka mungkin akan terasa lebih privasi. Atha memesan coffee americano, sedangkan Zaza memesan lemon tea hangat.

"Silakan, ladies first! Apa yang mau kamu sampaikan?" tanya Atha mengawali perbincangan mereka pagi ini.

"Abang, ada niatan cari istri lagi nggak? Bilang kriteria yang Abang inginin, aku bakal bantu cari. Shaka berhak untuk bisa merasakan kasih sayang seorang ibu, Bang."

"Nggak usah repot-repot," jawab Atha santai. Padahal di hatiny merasa senang, Zaza telah membuka kunci pembicaraan mereka dengan sangat tepat.

"Aku nggak kerasa repot, Bang. Aku malah senang kalo bisa bantu Abang. Aku juga senang kalau Shaka bisa segera mendapatkan ibu pengganti Kak Yesha. Abang belum bisa move on ya?"

"Udah, kok. Abang udah move on."

Mendengar jawaban Atha yang hanya singkat-singkat dan terkesan santai membuat Zaza menjadi gemas.

"Abang sekarang nggak doyan kaum hawa ya?" tanya Zaza.

"Enak aja. Abang masih normal kok," bantah Atha.

"Buktinya sampe sekarang nggak nikah lagi. Abang betah banget sih, nyandang status duda?!"

"Mending Abang, dong. Lah kamu, dari dulu sampe sekarang nggak pernah ganti status, jomlo terus."

Zaza mencebik kesal dengan argumen kakak iparnya itu.

"Za, ganti status bareng yuk!" lanjut Atha tiba-tiba.

"Eh?"

"Nikah yuk sama Abang!"

"Abang kira ngajak nikah kaya ngajak main lego?"

"Abang serius."

Zaza melihat raut wajah Bang Atha yang memang terlihat serius. Apa bang Atha sedang melamarnya? batin Zaza bertanya. Zaza mengajak Atha bicara, agar bisa membantu abangnya itu untuk mencari pendamping. Bukannya malah seperti ini.

"Abang udah lama mempertimbangkan ini. Berharap kamu yang jadi ibu sambung untuk Shaka."

"Kalau aku nolak, gimana?"

"Apa kamu sayang Shaka, Dek?"

"Sayang lah, pastinya."

"Kalau kamu sayang, maka abang percaya kamu nggak akan nolak Abang. Abang akan buktiin, kalau Abang layak untuk kamu, dan kamu layak untuk Abang perjuangkan."

"Berasa jaman perang deh, Bang. Pake bahasa perjuangan segala."

Atha tertawa renyah mendengar lelucon Zaza, dia lagi serius begini malah diajak bercanda mulu dari tadi.

"Abang akan buktiin kalau Abang serius sama kamu. Kamu cukup percaya sama Abang dan berusaha buka hati kamu buat Abang."

"Ayah nggak akan setuju," elak Zaza agar Atha menyerah.

PELANGI yang Sama (END) ✔ [Proses Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang