50. Putus

3.4K 283 104
                                    

"Putus. Hanya satu kata, 5 huruf tetapi mampu mengakhiri segalanya."

Senja menyusuri koridor sekolah. Senja bingung kenapa semua orang sepertinya sedang sibuk membaca sesuatu dan berbisik pada teman disebelahnya. Ada apa sebenarnya.

Senja tidak bisa mendengar jelas mereka berbisik apa. Tapi yang pasti Senja penasaran dengan semuanya. Buru-buru Senja menuju kelasnya untuk menanyakan pada Icha dan Hanum.

Senja memasuki kelas dan mendapati Hanum dan Icha sedang membaca sebuah kertas atau kartu. Senja langsung menghampiri mereka berdua.

"Hai," sapa Senja. Hanum dan Icha tersentak kaget mendengar sapaan Senja lalu menyembunyikan kertas yang mereka baca tadi ke belakang tubuh mereka.

"Loh kok kelihatannya kalian kaget banget ngelihat aku. Kayak ngelihat hantu," ujar Senja sambil terkekeh melihat kelakuan teman-temannya.

"Ya-yailah kita kaget. Orang kamu ngagetin kok," balas Hanum gelagapan.

"Kalian kenapa sih? Gugup banget keliatannya." Senja benar-benar bingung dengan tingkah kedua sahabatnya ini. Biasanya mereka jika ditanya pertanyaan oleh guru tidak sampai gugup seperti ini.

"Kalian ngumpetin apa dibelakang?" tanya Senja sambil berjinjit untuk melihatnya.

"Oh ini, bukan apa-apa kok Ja," elak Icha.

"Kalian pasti bohong kan?" tebak Senja.

"Enggak Ja bener. Ini cuma komik kok. Iyakan Cha?" Hanum menyenggol lengan Icha pelan supaya memberikan anggukan.

Senja bingung. Biasanya mereka akan terbuka dalam perihal apapun. Ini alasannya tidak masuk akal. Tidak mungkin kan komik disembunyikan sampai Senja tidak boleh tahu. Senja tau pasti mereka berdua sedang berbohong.

"Aku mau lihat," kata Senja lalu mencoba mengambil kertas itu.

"Gak boleh Ja. Lo gak boleh lihat," ujar Icha meyakinkan.

"Ya tapi kenapa? Kenapa kalian ngelarang aku untuk lihat komik?" pertanyaan Senja membuat mereka bungkam. Senja semakin yakin bahwa ada sesuatu dibalik semua ini.

"Good morning guys," ucapan itu datang dari arah pintu. Sontak membuat ketiganya menoleh secara bersamaan dan mendapati Giska disana.

Giska berjalan menghampiri Senja dkk dengan membawa sebuah kertas ditangannya. Kertas itu nampak tebal seperti kartu undangan.

Senja merasa Hanum dan Icha sedang panik melihat Giska menghampirinya. Apa mereka ada masalah dengan Giska?

"Nih buat lo." Giska menyodorkan kertas itu pada Senja. Senja melirik kertas itu. Itu bukan kertas biasa tapi seperti kartu undangan.

"Ini apa?" tanya Senja pada Giska.

"Kartu undangan. Nih terima," kata Giska sambil menyeringai.

Senja mengambil kartu undangan itu dari tangan Giska. Entah kenapa perasaanya mendadak tidak karuan. Setelah menerimanya Senja langsung membukanya.

Senja melotot tidak percaya saat ia membaca isinya. Darahnya berdesir hebat. Air matanya siap untuk keluar.
Senja terus menatap kartu undangan itu.

Pertunangan Langit Bima Angkasa dengan Giska Amelia.

"Maksudnya apa ini?" tanya Senja pada Giska.

"Lo gak bisa baca yah. Itu undangan pertunangan gue sama Langit. Ingat lo harus datang besok malam," jawaban Giska membuat Senja semakin sedih.
Ia tidak percaya dengan semua ini. Ia berharap ini hanya mimpi. Mimpi dan mimpi.

Langit & Senja [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang