52. Mengembalikan Semuanya

3.3K 252 61
                                    

"Sakit tapi tidak berdarah. Definisi ketika kita harus merelakan orang yang kita cintai demi orang lain."

Langit menarik lengan Senja ketika Senja baru saja memasuki gerbang sekolah. Lelaki itu membawa Senja menuju taman yang belum ada penghuninya.

"Ngapain lo ngirim surat ini kemarin? Lo mau balikan lagi sama gue?" bentak Langit pada Senja sambil menunjukkan surat yang Senja tulis kemarin untuk Langit.

Senja hanya membeku. Terdiam ketika ia dibentak oleh Langit seperti itu. "A-aku gak bermaksud untuk itu Lang," jawab Senja lembut.

"Terus apa? Lo mau bikin gue jatuh cinta lagi sama lo?!" Langit menaikan satu alisnya.

"Kok kamu mikirnya gitu sih!" ujar Senja tidak percaya.

"Bener kan? Lo mau balikan sama gue lagi!" tuduh Langit.

"Jangan so tau kamu," bentak Senja.

"Terus ngapain kemarin lo ngirim surat ini ke gue? Mau caper sama gue?" bentak Langit.

"Jangan fitnah aku ya Lang," tegas Senja. "Aku sama sekali enggak cari perhatian sama kamu!"

"Terus kalau bukan cari perhatian apa lagi?" Langit menaikan satu alisnya.

Senja diam tidak menjawab. Ia tidak tau harus menjawab apa. Sumpah demi apapun Senja bukan ingin cari perhatian atau minta balikan pada Langit. Hanya saja itu cuma sebuah surat. Isi hatinya. Tapi seharusnya Senja tidak memberikan itu pada Langit. Sebaiknya ia menyimpannya kemarin bukan memberikannya. Itu kesalahan besar.

"Diem kan lo?! Jadi semua yang gue omongin itu bener kan? Lo mau cari-cari perhatian buat balikan sama gue!" bentak Langit. "Karena lo matre dan mau peras harta gue. Iya kan?"

Mendengar itu darah Senja langsung menatap Langit tidak percaya. Tepatnya marah dan kecewa. Marah karena Senja dituduh matre. Dan kecewa karena Langit yang berbicara itu padanya. Menuduh Senja yang tidak-tidak.

"Aku bukan cewek matre Lang," balas Senja. "Aku cinta sama kamu itu tulus. Aku sama sekali gak ada niat untuk peras harta kamu!"

"Terus ngapain lo kirim surat-surat gak berguna kayak gini ke gue?" Langit melemparkan surat itu tepat ke wajah Senja.

Senja terkejut dengan perlakuan Langit yang seperti itu padanya. Benar-benar tidak percaya. Gadis itu hanya menatap Langit sedih.

"Ambil tuh surat gue gak butuh!" ucap Langit lalu melenggang pergi meninggalkan Senja.

Senja terdiam lalu menatap surat yang tadi dilempar Langit. Surat itu jatuh ke tanah. Sudahlah, lebih baik Senja membiarkan surat itu tetap disana. Satu hal yang ia mau sekarang yaitu menenangkan diri.

*****

Senja, Hanum dan Icha sedang menyusuri koridor sekolah sambil bercanda gurau untuk pergi menuju kantin. Mereka bertiga sudah sangat lapar dari tadi.

Tiba-tiba Giska dan ketiga temannya langsung menghadang jalan mereka berdua.

"Ngapain lo halangi jalan kita?" bentak Hanum pada Giska.

"Minggir kita mau lewat!" usir Icha.

Senja hanya diam tidak melakukan apapun. Tidak membantah ataupun membentak. Ia hanya sudah lelah dengan semua tentang Giska.

"Gue cuma mau ketemu sama cewek matre ini," ujar Giska sambil menunjuk ke arah Senja.

"Temen gue bukan cewek matre!" tegas Hanum tepat didepan wajah Giska.

Giska mendelik lalu menatap Senja. "Oh ya? Terus kenapa dia ngirim surat ini ke tunangan gue? Jawabannya jelas kan mau minta balikan karena mau peras hartanya," tutur Giska.
"Disini tertulis kalau dia mau lupain Langit itu butuh waktu yang lama dan isi surat ini tuh menjurus kayak orang minta balikan," lanjut Giska. "Dan gue tau lo minta balikan supaya bisa peras harta Langit kan?"

Langit & Senja [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang