45. Langit sakit (2)

3.1K 229 18
                                    

"Jangan memberikan harapan jika ujung-ujungnya berakhir bosan!"

Langit baru saja selesai mandi. Lelaki itu hanya memakai handuk di bagian bawah sedangkan dibagian atas telanjang sehingga terlihat perut yang sixpack.

Tiba-tiba dia teringat dengan sebuah surat yang Senja berikan padanya. Dengan buru-buru Langit menuju lemari, memilih baju dan langsung memakainya. Sekarang ia hanya memakai kaus oblong berwarna hitam dengan celana pendek yang biasa ia gunakan ketika olahraga. Ia melempar handuk ke sembarang arah dan langsung mengambil surat itu di dalam tas.

Langit langsung duduk dan membuka lipatan kertas itu.

Selamat ulang tahun Layang.

Maaf aku gak bisa kasih barang yang mahal buat kamu. Aku cuma bisa kasih jam tangan yang murah.

Aku pasti senang kalau kamu terima jam itu. Jam itu akan selalu menemani dimana pun kamu berada. Sedangkan aku belum tentu akan selalu ada buat kamu.

Jika kamu ingin aku selalu berada di sisi kamu maka pinta lah itu kepadaku. Tetapi jika kamu sudah tidak menginginkan ku lagi maka jangan memberi harapan.

jika kamu membutuhkanku aku akan selalu ada untukmu. Dan kamu harus tau aku akan selalu sayang sama kamu meskipun kamu udah gak sayang lagi sama aku.

Dari Seyang.

Langit melipat kembali surat itu dan langsung membanting kan tubuhnya ke kasur lalu ia mengambil foto yang ia sembunyikan dibawah bantal dan memeluknya erat.

Gue juga sayang banget sama lo Ja, batin Langit sambil memeluk figura yang berisi foto itu.

****

Sepulang sekolah Senja langsung menuju rumah Langit karena ia mendapatkan info dari Awan bahwa Langit sedang sakit maka dari itu Senja buru-buru menuju kesini.

Senja mengetuk pintu.

Tok tok tok

Tidak menunggu waktu lama ada yang membukakan pintunya yaitu Bi Yemi.

"Eh ada neng Senja," ucap Bu Yemi sambil tersenyum.

Senja tersenyum. "Langit nya ada bi? Gimana keadaannya bi?" tanya Senja pada Bi Yemi.

"Ada neng. Dari tadi den Langit gak mau minum obat dan bibi buatin bubur juga dia gak mau," jawab Bu Yemi.

"Kalau gitu saya boleh masuk," ujar Senja meminta izin.

"Boleh neng." Bi Yemi mempersilahkan.

Senja kemudian masuk ke rumah Langit. Bi Yemi mengantar Senja sampai depan pintu masuk kamar Langit.

"Kalau gitu bibi pamit dulu ya neng. Kalau mau masuk, masuk aja. Soalnya den Langit lagi tidur. Kalau ketuk pintu dulu gak bakal dibukain," pamit Bi Yemi pada Senja.

"Iya Bi. Makasih udah nganter," jawab Senja sambil tersenyum.

Bi Yemi kemudian melenggang pergi meninggalkan Senja yang sedang gugup. Gugup karena ia takut Langit akan dingin seperti belakangan ini. Takut jika Langit tidak akan mengharapkan kehadirannya disini.

Senja menarik nafas lalu mengeluarkannya. Senja memutar kenop pintu kamar Langit. Pertama yang ia lihat adalah kekasihnya sedang berbaring dengan membelakangi posisi Senja sekarang. Senja masuk dan menutup pintu lalu menghampiri Langit.

Senja duduk di pinggir kasur. Perempuan itu menatap kekasihnya sangat dalam dan penuh rindu. Rindu akan kehangatannya. Kemudian pandangan Senja tertuju pada sebuah figura kecil yang sedang Langit peluk dalam tidurnya. Figura itu terbalik sehingga Senja tidak bisa melihatnya.

Dengan rasa penasaran dan tangan gemetar Senja mengambil figura itu dari dekapan Langit. Untung saja Langit sedang tertidur lelap jadi tidak terbangun.

Senja membalikan figura itu dan langsung melihat sebuah foto di dalamnya. Kalian mau tau foto apa itu?
Di dalam figura itu terdapat foto Langit dan Senja yang waktu itu sedang merayakan ulang tahun Senja saat ada banyak bunga disana. Kalian masih ingat kan?

Senja tersenyum miris melihat foto itu. Ia mengingat kejadian-kejadian dulu yang membuat mereka tertawa tanpa ada kesedihan sedikitpun. Senja rindu masa-masa itu. Ia ingin kembali ke semula. Sementara sekarang Langit sudah tidak peduli padanya.

Senja kemudian menyimpan kembali figura itu ke dekapan Langit. Ia berdiri dan berjalan menuju meja dan mengambil buku dan pulpen Langit untuk menulis sesuatu. Menulis tentang isi hatinya sekarang untuk Langit. Kurang lebih 15 menit Senja menulis.

"Ngapain lo disini?" teriak Giska membuat Senja tersentak.

"Aku jengukin Langit," jawab Senja lalu berdiri.

"Bohong lo pasti apa-apain Langit disini kan?!" bentak Giska.

"Maksud kamu apa ngomong kayak gitu?" tanya Senja lalu menghampiri Giska.

Giska melipat kedua tangannya di depan dada sambil tersenyum miring. "Gue yakin lo pasti mau maling kan disini?" fitnah Giska.

Perdebatan mereka membuat Langit terjaga. Dengan lemas Langit bangun dari tidurnya. Melihat kehadiran Senja disini Langit langsung menyimpan figura yang ia peluk di bawah bantal. Ia tidak mau Senja tau.

"Lo jangan fitnah gue!" tegas Senja sambil menunjuk-nunjuk Giska.

"Kalian ngapain disini?" tanya Langit yang membuat keduanya menoleh dan langsung menghampiri Langit.

"Lang kamu gak papa kan? Sebenarnya kamu sakit apa sih?" tanya Giska, lembut.

"Gue gak papa kok Gis," jawab Langit lemas.

"Kamu udah minum obat belum?" tanya Giska. Langit hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Kalau gitu kamu minum obat dulu ya," suruh Giska.

"Gue gak mau Gis," jawab Langit.

Senja hanya diam melihat mereka berdua. Rasa cemburu menjalar ke seluruh tubuhnya.

Giska menoleh ke arah Senja. "Ngapain lo masih disini?" tanya Giska pada Senja.

"Aku mau obati Langit," jawab Senja.

"Giska udah obati gue. Sebaiknya lo pulang dari sini," suruh Langit pada Senja.

Senja menggeleng. "Aku gak mau pergi dari sini sebelum kamu sembuh," keukeuh Senja.

Langit menghela nafas. "Gue gak butuh lo disini. Jadi lebih baik lo pergi dari sini. Giska lebih baik daripada lo," ujar Langit ketus.

"Terus aja kamu ngomong gitu. Omongan kamu itu semuanya bohong. Aku yakin dalam hati yang paling dalam kamu mau aku disini buat nemenin kamu," ujar Senja penuh keyakinan.

Langit berdiri dan menghampiri Senja. "Jangan so tau Ja!" ujar Langit, dingin.

"Aku enggak so tau Lang. Tadi aku lihat kamu meluk figura yang berisi foto kita berdua. Aku tau kamu lagi rindu sama aku sampai-sampai kamu harus lakuin itu. Aku mohon kamu jujur sama aku," ujar Senja dengan mata berkaca-kaca.

Langit terkejut ketika mengetahui Senja sudah melihat foto itu.

"Oke gue jujur," ujar Langit membuat Senja berharap. "Jujur kalau gue udah bosen sama lo!"

Oh tidak! Kata-kata itu tidak sesuai harapan Senja. Senja pikir Langit akan jujur kalau dia masih suka sama Senja tapi kenyataannya tidak.

"Kalau kamu udah bosen sama aku. Kenapa kamu gak putusin aku selama ini, dan kenapa kemarin kamu baik sama aku seakan-akan kamu beri harapan baru sama aku," ujar Senja menggebu-gebu.

Langit hanya diam tidak membalas ucapan dari Senja.

"Kamu gak bisa jawab kan," ujar Senja. "Kalau gitu fixs kamu masih sayang sama aku dan gak mau kehilangan aku." Senja lalu menghapus air matanya dan melenggang pergi meninggalkan Langit dan Giska.

*****

Next?????

Langit & Senja [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang