55. Terkejut

3.3K 255 39
                                    

2 hari kemudian...

Sekarang Senja dkk sedang berada di taman sekolah. Mereka membawa bekal dari rumah. jadi saat istirahat mereka tidak perlu mengantri di kantin untuk mendapatkan makanan.

"Kok gue gak lihat Langit ya dari kemarin?" tanya Icha pada Senja dan Hanum sambil menyuapkan nasi kedalam mulutnya.

"Mungkin dia lagi persiapan kali. Giska juga kan gak ada dari kemarin-kemarin," balas Hanum.

Icha mengangguk-angguk. "Bisa jadi sih."

Perasaan Senja tiba-tiba menjadi khawatir saat mendengar Langit tidak sekolah beberapa hari ini. Seharusnya Senja tidak perlu khawatir seperti ini. Toh Langit pasti sedang mempersiapkan pernikahannya dengan Giska. Apa Senja masih belum bisa move-on dari Langit.

"Ja? Lo kenapa ngelamun?" Icha menggoyang-goyangkan bahu Senja.

"Eh-enggak kok. Aku gak papa," jawab Senja cepat.

"Bilang aja lo lagi mikirin Langit," goda Hanum.

"Han aku mohon sama kamu jangan pernah ngomong tentang Langit dihadapan aku lagi!" tegas Senja.

"Lo kenapa Ja? Perasaan Lo gak pernah kayak gini deh kalau benci sama seseorang." Hanum benar-benar bingung dengan perilaku Senja. Biasanya ia adalah orang yang pemaaf tapi entah kenapa kali ini berbeda.

"Iya bener kata Hanum. Sebenci-bencinya lo sama orang. Gak pernah tuh sampai gak boleh nyebut nama orang itu dihadapan lo," dukung Icha.

Senja menarik nafas dan membuangnya cepat. Sekarang ia harus menceritakan kejadian malam itu bersama Langit yang memakinya.

"Aku kecewa sama Langit," lirih Senja.

"Iya gue tau lo kecewa sama dia karena dia lebih milih Giska kan daripada lo?" tebak Icha.

"Bukan Cha. Bukan itu!"

"Terus kenapa?" sambung Hanum.

Senja menceritakan kejadian malam itu. Dimana Langit mengatakan bahwa Senja tidak pantas untuk Langit yang kaya raya dan juga Langit khilaf jika pacaran dengan Senja.

"Wah gue gak setuju kalau gini ceritanya," ujar Icha heboh ketika sudah mendengar penjelasan dari Senja.

"Iya bener Ja. Dia seharusnya gak ngomong kayak gitu! Sama aja dia ngeremehin lo," dukung Hanum.

Hanum dan Icha tidak terima mendengar itu. Seharusnya Langit tidak berbicara seperti itu. Semua mahkluk didunia ini sama. Tidak peduli meskipun kaya raya atau miskin. Semuanya sama di mata sang pencipta.

"Tapi udahlah. Jangan bahas itu lagi!" pinta Senja.

"Iya Ja. Lo yang sabar ya. Gue yakin lo pasti dapat lelaki yang lebih baik dari Langit," Hanum mengusap-ngusap lengan Senja.

Mereka bertiga membereskan tempat makannya masing-masing. Jam istirahat pun sebentar lagi akan berakhir.

Hendak saja Senja dkk akan beranjak dari sana tetapi Awan dan Jio menghampiri mereka bertiga.

"Ngapain kalian kesini?" bentak Hanum.

"Ihhh Hanum jangan galak-galak dong sama Jio! Dia kan pacar gue!" ujar Icha tidak terima karena pacarnya dibentak-bentak.

Hanum hanya mendelik ketika mendengar itu dari Icha. Lebay, pikirnya.

"Nih surat dari Langit." Awan menyodorkan sebuah kertas ke arah Senja.

"Aku gak butuh!" ketus Senja.

"Lo harus terima Ja! Atau lo bakal nyesel!" paksa Jio.

"Kalau aku bilang enggak ya enggak! Aku sama Langit itu gak ada hubungan apa-apa lagi! Aku gak butuh surat itu. Dan bilangin sama Langit. Kalau aku benci banget sama dia," tutur Senja dengan menekankan kata 'benci'.

Langit & Senja [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang