38. Surat Misterius (2)

2.6K 205 27
                                    

"perasaan yang dulu tidak pernah terbalas kini malah terbalas ketika seseorang sedang mengisi hatiku. Lalu aku harus pilih siapa?"

–Senja Audy Mentari–

"Apa maksud kamu tadi? Kenapa tadi kamu ngajak aku nikah di depan semua orang dan kasih aku cincin?" tanya Senja menggebu-gebu pada Bagas.

"Gue cuma bercanda Ja," ujar Bagas, enteng.

"Bercanda kamu bilang? Kamu pikir itu lucu. Kamu pikir tadi itu cuman main-main hah?" bentak Senja. Kesabarannya sudah habis sekarang. Tadi ia tidak bisa marah karena banyak orang.

Sekarang mereka berdua sedang berada di taman dekat pesta. Tidak ada siapapun disini. Mungkin orang-orang sedang menikmati pesta.

"Gue udah bilang tadi itu cuman bercanda," tegas Bagas.

"Bercandanya kelewatan," ujar Senja.

"Jadi lo gak ikhlas nolongin gue? Perasaan gue selalu nolongin lo dulu saat kesusahan. Dan sekarang lo malah gak ikhlas nolongin gue. Gak tau malu. Udah di tolongin tapi gak tau terima kasih," ujar Bagas.

Lagi dan lagi. Bagas selalu mengucapkan itu pada Senja. Bukannya Senja tidak tau terima kasih. Tapi ia juga tau mana yang bener mana yang enggak. Dan ini udah keterlaluan. Bagas seharusnya enggak lakuin kayak tadi.

Senja menghela nafas panjang. Ia harus tidak boleh lemah saat Bagas berbicara seperti itu.

"Kenapa kamu selalu ngomong kayak gitu ke aku? Kamu gak ikhlas nolongin aku dulu?" tanya Senja, balik.

"Kamu harus ingat Gas. Kita ini cuman pacaran pura-pura didepan orang tua kamu aja. Tapi kamu udah keterlaluan dengan apa yang kamu lakuin tadi di depan semua orang," lanjut Senja, marah.

"Lo keberatan?" tanya Bagas pada Senja.

"Jelas aku keberatan dengan apa yang kamu lakuin sama aku tadi di depan semua orang," jawab Senja.

"Jadi lo keberatan? Tapi kenapa lo gak keberatan saat Langit cium lo dikelas waktu itu." Bagas melipat kedua tangannya di depan dada seperti orang yang sedang menginterogasi.

Senja mengerutkan keningnya bingung. Dari mana Bagas tau tentang hal itu? Bukannya dia murid baru di sekolah.

"Ka–kamu tau dari mana?" tanya Senja mendadak gelagapan.

Bagas tersenyum miring. "Lo gak perlu tau siapa yang udah kasih tau ke gue," jawab Bagas.

"Kenapa aku gak boleh tau?" tanya Senja pada Bagas.

"Karena lo gak berhak tau," jawab Bagas.

"Oh jangan-jangan selama ini kamu selalu mata-matain aku ya?" tanya Senja, curiga.

"Kalau iya kenapa? Lo mau marah sama gue?" tanya Bagas, jujur.

"Kenapa kamu mata-matain aku?" tanya Senja, penasaran.

Bagas mendekat kearah Senja lalu ia langsung menangkup pipi Senja menggunakan kedua tangannya.

"Karena gue sayang sama lo. Gue suka sama lo dan gue gak rela kalau lo milih orang lain daripada gue. Gue juga gak rela kalau sampai kehilangan lo," ujar Bagas pada Senja.

*****

Senja masih memikirkan perkataan Bagas tadi. Kenapa sih dia harus mengatakan itu semua padanya. Senja hanya berharap bahwa perasaan dulu itu tidak akan tumbuh kembali. Perasaan yang tak pernah terbalas kini malah terbalas ketika seseorang sedang mengisi hatinya. Lalu dia akan memilih siapa?

Langit & Senja [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang