Malam itu

2.8K 500 50
                                    

Anu, ada adegan kissingnya. Kalau ngga nyaman bisa skip hehe




Keluarga kerajaan sangat baik, mereka merawat Beomgyu dengan patut. Berjuta-juta cinta Beomgyu dapatkan selama tinggal di kerajaan. Pagi harinya sarapan dengan makanan bergizi, siangnya berlatih elemen api bersama panglima kerajaan. Selain itu, ia juga belajar meramu dan konstitusi kerajaan.

Sore harinya digunakan untuk mempercantik diri. Berendam, lulur, merawat rambutnya, semua dilakukan atas permintaan Ibu Ratu. Tak heran, baru dua minggu di sini ia nampak cantik mempesona. Pangeran jadi tak betah jika tidak melihat dirinya walau hanya sebentar.

Jangan lupa tentang pernikahan mereka, rencananya akan diadakan dua minggu lagi saat bulan purnama. Kerajaan sedang mempersiapkannya agar acara berjalan dengan lancar.

"Sedang menatap apa, Sayangku?" tanya Taehyun lembut. Ia datang tiba-tiba dan memeluk dari belakang saat Beomgyu sedang berdiri menatap ikan Koi pada malam itu. 

"Menatap ikan." jawab Beomgyu dengan senyum mengembang. 

Taehyun mengeratkan pelukannya, lalu menempatkan dagunya di bahu kiri Beomgyu. Ia hirup dalam-dalam aroma tubuh Beomgyu yang menenangkan baginya. Dikecupnya singkat pipi sang Matahari, hingga menoleh menatap si Bulan terkejut.

"Ada pelayan di sini." kata Beomgyu perlahan.

"Lalu, kenapa? kita akan menikah sebentar lagi." bisik Taehyun membuat Beomgyu menunduk. "Aku ... malu." jawabnya pelan.

"Mereka sudah ku usir sedari tadi." kata Taehyun. Ia lalu melepaskan pelukannya.

"Aku tidak tahu."

Taehyun membalikkan tubuh Beomgyu supaya berhadapan dengannya, lalu ia peluk dengan penuh kasih sayang. Rambutnya wangi kamelia, badannya yang beraroma mawar ia hirup dalam. Dinginnya angin malam yang menyentuh raga tak ada gunanya, sebab terganti dengan kehangatan dari keduanya.

Rambut Beomgyu yang halus di belainya lembut dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya sibuk mengusap pipi yang mengembang karena tersenyum menatapnya. Walaupun hanya sedikit penerangan dari lampu gantung teras kamar, bibir kecilnya masih nampak cantik mengusik mata.

Taehyun menatapnya Mataharinya dalam, mungkin ia terhipnotis wajah eloknya. Perlahan ia mendekatkan wajahnya, berniat menyentuh bibir manis itu dengan bibirnya. Jantungnya kian berdebar, mungkin dapat terdengar jika tak ada suara gemercik kolam ikan. Beomgyu memejamkan matanya kala bibir dingin sang Pangeran menyentuhnya.

Lembut memanja keduanya, mengalahkan sapuan angin yang berkelebat di kulit lehernya. Semua rasa di bumi menjadi terlupa kala lidah Pangeran yang gesit bermain cantik di dalam mulutnya, beradu gulat bersama, mencari kehangatan. Sang Matahari pun tak mau kalah, di sela-sela permainan Pangeran yang mendominasi, kadang ia menggigit kecil bibir Pangeran. Menciptakan sensasi menggelitik namun tak membosankan.

Pangeran melepaskan ciumannya, lalu tersenyum menatap Beomgyu yang sedikit tertunduk menggigit bibir bawahnya. Ia mengecup sebentar kening Beomgyu. Poninya ia benahi, supaya dapat ia lihat dengan jelas wajah Mataharinya yang cantik.

"Setelah ini aku ada pembicaraan dengan Ayah dan para petinggi kerajaan. Besok raja-raja dari berbagai negara akan datang untuk membicarakan pernikahan kita." kata Taehyun.

"Yang mau menikah kita, 'kan? kenapa mereka yang membicarakan?" tanya Beomgyu.

Taehyun tersenyum, lalu menarik kepala Beomgyu dalam dekapannya. "Akan sangat berbahaya jika tiba-tiba mereka datang menyerang kita, mereka yang sudah berbuat jahat terhadapmu." 

Beomgyu mengerti. Tangannya mengusap punggung Pangeran dengan lembut. Tak lama, Taehyun melepaskan pelukannya lalu berkata, "Aku harus menghadap Raja. Segera tidur, ya."

Beomgyu mengangguk, lalu membiarkan Pangeran pergi dari hadapannya. Di sini cukup dingin, ia mulai berjalan masuk ke kamarnya.

Setelah sampai di kamar, ia duduk di ranjang. Ah benar, ia juga sesekali belajar merajut dari Ibu Ratu. Ia memutuskan untuk melanjutkan rajutannya. Harapannya, ia dapat membuat syal indah untuk menghangatkan Pangeran.

"Permisi, Tuan Beomgyu." kata seorang pelayan dari luar sambil mengetuk pintu.

"Masuk." jawab Beomgyu.

Pelayan itu masuk ke dalam kamar Beomgyu dengan membawa sebuah nampan berisi cangkir di atasnya.

"Kami membawa minuman rempah dari Ibu Ratu, untuk menghangatkan Anda dari cuaca dingin." kata pelayan.

"Ah, iya." jawab Beomgyu. Pelayan itu lalu memberikan cangkir itu kepada Beomgyu. Setelah cukup diamati dan dihirup aromanya, Beomgyu meneguk minuman itu sampai habis.

"Rasanya aneh, apa ada ramuan tam ..." belum sempat Beomgyu menyelesaikan kalimatnya, ia tiba-tiba tak sadarkan diri.


日食


Ibu Ratu keluar dari ruang rapat kerajaan, berniat mengambil kotak berisi hadiah untuk kerajaan lain. Ia berjalan menyusuri teras kamar-kamar ditemani satu pelayannya. 

Saat melewati deretan kamar Beomgyu, ia merasa ada yang janggal karena melihat pintu kamar Beomgyu terbuka lebar. Ia lalu berlari menuju kamar Beomgyu.

"Siapa!" kata Ibu Ratu saat melihat dua lelaki bertopeng mencoba mengangkat tubuh Beomgyu. Lelaki yang berambut panjang lantas menyerang Ibu Ratu dengan menghentakkan kakinya, menghasilkan gelombang tanah menyerang cepat ke arah Ibu Ratu.

Ibu Ratu tak tinggal diam, ia reflek membuat tameng api untuk menghentikan pergerakan elemen tanah milik lelaki itu. 

"Pelayan, cepat panggil Raja!" perintah Ibu Ratu.

Si Pelayan segera berlari untuk menemui raja. Ibu Ratu mengeluarkan bola-bola api dari tangannya, lalu dengan capat ia melemparkannya kepada kedua lelaki itu. Lelaki berambut panjang terkena lemparannya, jubahnya yang sedikit terbakar lalu ia lepaskan. Sementara lelaki satunya yang menggendong tubuh Beomgyu segera menghentakkan kakinya, menghasilkan tangan raksasa dari tanah muncul tepat di bawah kaki Ibu Ratu. Tangan itu lalu menggenggam tubuh Ibu Ratu dengan kuat.


日食


"Yang Mulia! Yang Mulia! Ada yang mau menculik Tuan Beomgyu!" teriak pelayan kerajaan begitu memasuki ruang rapat.

Seluruh petinggi kerajaan reflek berdiri karena terkejut. Raja segera keluar diikuti pangeran dan beberapa petinggi kerajaan lain di belakangnya.

"Ibu Ratu tadi sedang melawannya, Yang Mulia." kata pelayan. Raja mempercepat langkahnya, lalu memasuki kamar calon menantunya.

"Ibu!!" teriak Pangeran begitu melihat Ibunya tak sadarkan diri dalam genggaman tangan tanah raksasa. Ia segera mengeluarkan energi airnya, melarutkan tanah itu supaya Ibunya terbebas.

"Yang Mulia, ini jubah resmi milik Kerajaan Deitan dari Negara Bumi."

Raja marah. "Hubungi semua kerajaan Bumi dari aliansi barat! juga hubungi Kerajaan Deitan! Jika mereka tidak mau mengembalikan Beomgyu dengan selamat, kita akan memulai peperangan." perintahnya.




Solar Eclipse | TaegyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang