Kunjungan

2.2K 437 32
                                    


日食


Jendela kamar Beomgyu terbuka lebar, menampilkan dua orang manusia yang tampak sibuk dengan meja penuh makanan. Beomgyu berdiri di samping meja sedangkan Taehyun duduk di kursinya. Beomgyu memasukkan makanan kedalam keranjang dibantu Taehyun sambil sesekali memakan anggur hijau di hadapannya.

"Kau yakin aku tidak ikut bersamamu?" tanya Taehyun. Ia berhenti sejenak dan menatap Beomgyu tak berkedip menantikan jawaban yang hendak terucap. Beomgyu menghembuskan napas panjang, sudah cukup malas membahas ini lagi. Ia berkata, "Ayolah Taehyun ... kita sudah membicarakan ini dua hari berturut-turut."

Si Pangeran menampakkan wajah cemberut diikuti dengan bahunya yang turun. "Bukan begitu, aku khawatir jika dia menyerangmu." kata Taehyun sambil mengambil apel dan memasukkannya ke dalam keranjang.

"Ada Kak Soobin juga yang mengantarku, kau tak perlu khawatir," ujar Beomgyu. Ia tersenyum dan mengusap punggung Taehyun lembut. Ia lalu berjalan ke belakang Taehyun. Perlahan, ia tumpukan kepalanya di atas kepala Taehyun dengan tangannya yang memeluk leher si Pangeran penuh kasih. Beomgyu lalu berkata, "Lagi pula banyak penjaga."

"Baiklah, tapi selalu waspada, ya." jawab Taehyun sembari mengelus sebentar tangan si Matahari yang melingkar di lehernya.

Bukan tanpa alasan Taehyun mengkhawatirkan Beomgyu untuk bertemu orang ini. Musuh dapat kapan saja menyerang, kan? Terlebih, seseorang yang akan ditemui Beomgyu kali ini benar-benar tak dapat Taehyun sangka. Tapi, bagaimanapun juga Taehyun harus percaya.


日食



Celah-celah jendela berjeruji menjadi satu-satunya sumber cahaya yang menerangi sel tahanan kerajaan. Ditemani beberapa penjaga dan Soobin bersamanya, Beomgyu datang mengunjungi Hueningkai dengan keranjang di tangannya. 

Beomgyu duduk di bangku menghadap ke dalam tahanan, sedangkan Hueningkai yang di dalam menatapnya keheranan. Tak sekalipun ia berpikir bahwa Beomgyu akan datang mengunjunginya.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Beomgyu membuka obrolan.

"Kau gila, ya? Berani sekali menemui orang yang sudah menculik dan ingin membunuhmu?" kata Hueningkai.

Beomgyu tersenyum. "Kau juga tak akan bisa membunuhku sekarang." seloroh Beomgyu. Ia lalu meletakkan keranjang berisi makanan di atas meja yang menempel pada jeruji penjara.

"Makanlah. Di penjara kau tak akan dapat makanan seperti ini." kata Beomgyu.

Hueningkai sempat terdiam sebentar menatapnya sebelum akhirnya ia mendekat dan meraih potongan apel. "Terima kasih," ucap Hueningkai lalu menyuap apel tersebut ke dalam mulutnya. Sembari melanjutkan makannya, ia melihat Beomgyu mengambil sesuatu dari keranjang yang dibawa Soobin.

"Apa itu?" tanya Hueningkai penasaran.

Beomgyu tersenyum. Ia meletakkan sebuah syal rajutan di samping makanan. "Rajutan, untukmu." kata Beomgyu.

Hueningkai hampir tersedak mendengar perkataan Beomgyu. Ia menunjuk dirinya sendiri untuk memastikan bahwa ia tak salah dengar. Hueningkai lalu berkata, "Untukku? Bukankah itu rajutan yang akan kau berikan untuk Calon Suamimu?"

"Tidak jadi." jawab Beomgyu dengan gelengan.

"Tidak jadi menikah?" tanya Hueningkai.

"Tidak jadi diberikan padanya, Bodoh!" sahut Soobin yang sedari tadi terdiam. Beomgyu sampai tertawa mendengar kakaknya kesal.

"Aku pikir kau menyukainya, jadi aku berikan padamu." kata Beomgyu 

"Bagaimana kalau kita menikah saja?" tanya Hueningkai sambil memakan apelnya.

"Apa kau mau mati?" tanya Soobin dengan tatapan tajamnya. Hueningkai hanya meringis lalu melanjutkan makannya. 


日食


Kini Beomgyu dan Soobin berada di area kolam utama kerajaan, berjalan menuju gazebo kayu yang berdiri kokoh di pinggir kolam. Dari kejauhan tampak Panglima Yeonjun yang sedang duduk termenung sembari melempar kerikil ke dalam kolam. 

Beomgyu tak berani mendekat, takut mengganggu. Dirinya juga masih merasa tak enak atas kejadian berat yang baru dilalui Panglima Yeonjun. 

"Kenapa berhenti?" tanya Soobin. Beomgyu menggigit bibir bawahnya tampak ragu. "Haruskah kita ke sana?" tanya Beomgyu.

"Kau ingin menemuinya, 'kan?" tanya Soobin. Beomgyu tak menjawab, ia justru menunduk terlihat ragu-ragu. Merasa tak mendapat respon dari yang ditanyai, Soobin menarik paksa Beomgyu menuju tempat Yeonjun berada.

"Panglima Yeonjun, di sini kau rupanya!" seru Soobin dengan senyum sumringahnya. Yeonjun menoleh, menatapnya yang datang. Beberapa detik mereka bertiga terdiam bertatapan. Soobin yang merasa canggung kemudian menyenggol lengan Beomgyu agar segera bicara.

"Aku membawakanmu manisan. Kata Taehyun kau sangat suka manisan." kata Beomgyu takut-takut. Panglima Yeonjun tersenyum mendengarnya. Beomgyu lalu meletakkan keranjangnya di atas panggung gazebo. Yeonjun yang melihatnya segera bergeser mendekat dan meraih keranjang itu.

"Aku juga minta maaf atas semua yang terjadi." kata Beomgyu sambil menunduk. Yeonjun menatapnya terkejut dan berkata, "Kenapa minta maaf? Ini bukan salahmu, tenanglah."

Beomgyu masih terdiam, namun kali ini sudah berani menatap Yeonjun. Perlahan, Yeonjun tersenyum, ia menganggukkan kepalanya sebagai penegasan. 

"Kalian berdua duduklah di sini. Kita makan bersama manisan ini." kata Yeonjun sambil menepuk tempat kosong di sebelahnya. Mendengarnya, Soobin segera naik ke gazebo dan duduk di sebelah Panglima Yeonjun dengan sumringah diikuti Beomgyu yang naik dengan perlahan. 

Yeonjun tersenyum, ia lalu membuka penutup keranjang dan mengambil manisannya. Ia mulai menceritakan berbagai pengalamannya dengan kerajaan. Permulaan yang bagus untuk lebih mengakrabkan diri di antara mereka.


日食


Tiga hari berlalu, kini semua orang berkumpul di halaman utama kerajaan. Berbalutkan jubah maroon khas Negara Api miliknya, Taehyun berdiri di atas menara dengan gagah. Ia memandangi rakyat-rakyatnya yang datang untuk melihat raja baru mereka.

Suara bisik-bisik mulai memudar setelah genderang dibunyikan. Taehyun mulai menarik napas. Dengan lantang dan penuh wibawa ia berseru, "Namaku Kang Taehyun! Putra Mahkota Kerajaan Atsui! Mulai hari ini, aku yang akan menggantikan Ayahku sementara menjadi raja hingga beliau dapat bertugas kembali!"

Suasana hening sejenak. Para rakyat tertalu terpesona dengan raja baru mereka, hingga seorang di tengah-tengah kerumunan tiba-tiba berteriak, "Hidup Raja Taehyun!" diikuti sahutan dari yang lainnya. Suara rakyat menggema nyaring di seluruh penjuru kerajaan, menyambut raja baru mereka.

Rasanya mendebarkan. Taehyun tersenyum dengan senyum simpulnya memandangi orang-orang di sana. Hari-hari yang penuh tanggung jawab akan segera datang. Ia harus benar-benar bersiap.

Raja, orang yang memimpin seluruh penjuru negeri dengan kemampuannya. Raja juga orang yang mencintai segala elemen kerajaan baik yang hidup maupun yang tidak. Raja, harus mau berkorban demi menjaga keamanan wilayahnya. Begitulah kira-kira arti raja bagi seorang Choi Beomgyu, dan Taehyun berjanji akan memenuhinya.


日食


Solar Eclipse | TaegyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang