Perundingan

2.3K 464 49
                                    

Musiknya pelan-pelan aja ya xixixi


日食

Meja bundar kerajaan tampak ramai siang itu. Pasalnya, ada beberapa raja dari negara lain yang datang. Awalnya mereka datang untuk membahas pernikahan Taehyun, namun berubah menjadi pembahasan perang.

"Kerajaan Deitan menolak untuk berdamai, Yang Mulia." kata Panglima Yeonjun.

Raja menghembuskan napasnya lelah, raut wajahnya nampak kesal. 

"Bukankah Kerajaan Deitan itu tidak masuk ke dalam Aliansi Barat Negara Bumi?" tanya Raja Api Sute.

"Mereka membentuk aliansi sendiri dengan Kerajaan Huening." jawab Raja Angin.

"Kerajaan Huening sering mengacau di Negara Air, mereka memburu kekasihku." sahut Taehyun dengan wajah nampak murung di akhir kalimatnya.

Raja Angin menatap Taehyun, lalu beralih menatap Raja Air. "Hei! Kenapa kau tidak mengehentikan mereka saat mereka menyerang wilayahmu?" tanya Raja Angin kepada Raja Air yang sedari tadi terdiam.

"Tidak ada laporan dari rakyatku." jawab Raja Air.

"Raja macam apa kau ini?" sindir Raja Angin.

"Aku sibuk mengurusi bajak laut yang mencuri ikan dan merampok nelayan. Permasalahan di laut banyak, tahu!" kata Raja Air membela dirinya.

"Tuan, aliansi barat mengatakan tidak ingin ikut campur. Namun, mereka mendukung tindakan kita."

"Payah! Dimana tanggung jawab mereka sebagai penjaga perdamaian Negara Bumi!" kini Raja Api Fuego marah sambil berdiri, kedua tangannya masih memegang pinggiran meja.

"Kang, aku memutuskan untuk tidak ikut campur masalahmu demi keselamatan rakyatku. Tapi, dua lawan satu sangatlah tidak adil. Aku akan menyumbangkan beberapa kuda dan makanan untuk pasukanmu." kata Raja Angin memberi dukungan.

"Karena ada salah satu rakyatku yang terancam di sana, aku akan membantu memberikan pasukan medis. Maaf, kami biasa bertempur di laut." kata Raja Air.

Raja Api Fuego berkacak pinggang, lalu berkata, "Kerajaan Deitan sangat besar, 'kan? Bahkan hampir setara dengan aliansi barat. Tentu aku akan mengirim pasukan Fuego. Sute, jika kau tak mengirimkan pasukanmu ..." 

"Tentu saja aku akan mengirimkan pasukanku juga, bodoh!"bentak Raja Api Sute.

Raja tersenyum menyambut banyaknya dukungan yang ia terima. "Aku sangat berterimakasih pada kalian." katanya.

"Sudah sepatutnya kami membantumu. Menurutku ini sudah bukan masalah keluarga, namun menyangkut keamanan bersama juga." kata Raja Api Sute.


日食


Suara pintu terbuka, Beomgyu menghentikan aktivitasnya dan melihat Hueningkai masuk membawa nampan. "Saatnya makan siang." kata Hueningkai dengan senyum lebarnya, berjalan menuju nakas.

Beomgyu lalu melanjutkan pekerjaannya. "Kau punya banyak pelayan, kenapa repot-repot membawakan makananku?" tanyanya. Hueningkai tersenyum, lalu duduk di ujung ranjang yang Beomgyu tempati. "Karena aku ingin memastikan makananmu aman dan sampai pada tempatnya." jawab Hueningkai.

Gulungan benang warna merah pada keranjang rotan di pangkuan Beomgyu menarik perhatiannya. "Apa itu?" tanya Hueningkai.

"Rajutan." jawab Beomgyu singkat.

Hueningkai menatap wajah lelaki itu penasaran, lalu bertanya, "Untuk apa?"

"Untuk calon suamiku." jawab Beomgyu. Si Pangeran Bumi hanya tersenyum menyeringai, ia menatap ke arah lain lalu kembali menatap Beomgyu remeh. "Kau percaya diri sekali rupanya." katanya.

"Hmm." jawab Beomgyu dengan mata terus melihat anyaman benang yang ia buat. Beomgyu menghembuskan napasnya perlahan, lalu menatap Huening. "Pangeran Huening. Kenapa kau ingin menjadi kuat dan hidup selamanya?" tanya Beomgyu.

Huening memperhatikan kuku-kukunya, dengan santai ia menjawab, "Aku ingin membahagiakan kedua orang tuaku. Aku ingin Kerajaan Huening menguasai bumi."

"Kenapa kau ingin menguasai bumi?" tanya Beomgyu lagi, kali ini ia melanjutkan rajutannya.

"Aku ingin tidak ada perang, tidak ada perebutan yang dilakukan karena berbeda kekuasaan. Tidak ada penderitaan, aku ingin perdamaian." jawab Hueningkai masih menatap kukunya.

Beomgyu tertawa miris, lalu bertanya, "Kau sangat percaya diri sekali, ya? Dimana orang tuamu?"

Hueningkai menoleh menatap Beomgyu dengan raut wajah serius. "Mereka terbunuh saat melawan aliansi barat." jawab Hueningkai.

"Oh, maaf. Berarti kita sama-sama tak punya orangtua?" kata Beomgyu.

"Hmm."

Beomgyu menghentikan aktivitas merajutnya, ia lalu beradu tatap dengan Hueningkai di sana. "Tapi, kau tadi mengatakan ingin membahagiakan mereka, 'kan? Apa kau yakin, saat kau menguasai dunia mereka akan bahagia?" tanyanya dengan nada lembut.

Hueningkai terdiam menatap lelaki di depannya itu. "Kau ingin tidak ada penderitaan, kau juga bilang menginginkan perdamaian. Tapi, kau ingin membunuhku? Apa kau tidak berpikir bagaimana menderitanya Kakak dan Calon Suamiku saat mereka tahu aku engkau bunuh?" kata Beomgyu dengan tawa mirisnya.

"Mereka pasti juga tak akan tinggal diam." lanjutnya dengan wajah datar namun mengintimidasi. "Mereka akan memulai peperangan, Tuan Huening." kata Beomgyu pelan dengan seringaian di akhir.

"Sejauh apapun kau berusaha untuk mencegah perang dan penderitaan, jika sejak awal caramu salah ... hanya akan melahirkan peperangan dan penderitaan baru." timpa Beomgyu lagi.

Matanya bercahaya bagai mentari, kata-katanya bagai sinar pagi yang bertemu diri. Beomgyu lalu tersenyum dan berbicara, "Orang-orang yang terbunuh, melahirkan dendam pada orang kesayangannya. Orang kesayangannya membalas dendam, akan begitu terus jika kita tak menghentikannya. Ayahku, dibunuh oleh rekan kerjanya karena dia iri. Ia masih dalam pemeriksaan sekarang. Apa aku marah? Tentu saja. Aku ingin ia juga merasakan apa yang Ayahku rasakan. Tapi, Ayahku pernah berkata untuk selalu hidup berguna bagi orang lain. Hidup tanpa menyakiti orang lain."

"Omong kosong! Semua yang kau katakan hanyalah caramu agar bisa keluar dari sini!" bentak Hueningkai. Ia lalu berdiri dengan raut wajah kesal, meninggalkan Beomgyu sendiri di kamar yang menatap kepergiannya.



Solar Eclipse | TaegyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang