Takdirnya

4.8K 682 22
                                    


日食

Suasana sunyi malam itu sedikit mencekam. Terlihat tiga orang berada pada ruangan tabib kerajaan. Raja sedang berdiri melihat putranya terbaring di tempat tidur. Sementara Tabib Kerajaan sibuk memberikan ramuan obat di dahi sang Pangeran.

Pangeran yang masih berumur delapan tahun memang sering sakit-sakitan sejak kecil. Berbagai cara sudah tabib lakukan untuk menyembuhkannya, namun tetap belum ada hasil. Penyakitnya pun tidak diketahui. 

"Taehyun, bertahanlah ...." kata sang Raja lirih hingga tabib merasa kasihan melihatnya.

"Apa kau sudah ada rencana menemui Peramal Dojin, Yang Mulia?" tanya tabib.

Raja melihat tabib dan berkata, "Mengapa aku harus menemui orang itu lagi?"

"Maaf Yang Mulia, namun sudah sering aku katakan bahwa penyakit putra mahkota bukanlah penyakit biasa. Terlebih tanda lahir berbentuk bulan sabit di belakang lehernya, bukankah sudah menunjukkan kejelasan jika ia bukan manusia biasa?" kata si tabib.

Raja sedikit geram. "Dia terus mengatakan jika Taehyun adalah titisan Dewi Bulan. Bukankah itu tak masuk akal?"

"Yang Mulia, mungkin bagimu itu tak masuk akal. Namun, bagaimana jika hal itu benar?"

"Tapi Taehyun laki-laki!" kata raja.

"Lalu apa yang salah? Jika Taehyun bukanlah Dewi Bulan, bagaimana caranya ia bisa mengendalikan air?" tanya tabib.

"Yang Mulia, kau dan istrimu adalah seorang pengendali api. Sangat tidak masuk akal jika Taehyun tidak bisa mengendalikan api sedikitpun. Bahkan jika istrimu berkhianat dengan pengendali air, Taehyun harusnya bisa mengendalikan api. Tapi Yang Mulia, dia anakmu," lanjutnya.

Raja tertunduk memikirkan kata-kata tabib. Taehyun sudah dilatih mengendalikan api sejak umur 6 tahun. Tapi sampai sekarang, ia sama sekali tidak dapat mengendalikan api. Anak pengendali api harusnya bisa mengendalikan api tanpa diajari sekalipun.

Ia teringat saat Taehyun berumur 6 tahun. Taehyun melihat ayahnya yang sedang berlatih mengendalikan api. Ia lalu mempraktekkannya di tempat bermainnya. Bukan api yang menyala, justru air yang berada di gelas mengikuti arah tangan Taehyun. Raja melihat itu semua dan akhirnya memutuskan untuk memberi pelatihan kepada sang anak.

Mungkin iya, raja harus menemui Peramal Dojin.


日食

Keesokan harinya, Raja membawa pasukan untuk menemui Peramal Dojin. Tak terlalu jauh memang, hanya tiga jam perjalanan menggunakan kuda. Sebelumnya, raja pernah menemui peramal Dojin saat Taehyun berumur tiga tahun. Bedanya, saat itu ia membawa Taehyun namun saat ini tidak.

Setelah Raja dan pasukan tiba di kediaman Peramal Dojin, mereka masuk dan memberi salam.

"Yang Mulia, lama tidak berjumpa. Apakah putra mahkota sedang sakit?" tanya Peramal Dojin.

Raja menganggukkan kepala lalu berkata, "Aku ingin kau menjelaskan mengenai Taehyun dan ramalan itu secara mendalam. Aku membawa sekretaris kerajaan supaya tidak ada hal yang terlewat."

"Baiklah Yang Mulia jika itu maumu," kata Peramal Dojin.

"Aku telah melakukan persembahan kepada Dewa Bumi untuk berkomunikasi, lalu aku bertanya mengenai apa yang terjadi. Dewa Langit telah mengutuk Dewa Matahari dan Dewi Bulan untuk turun ke bumi. Dewa Langit mengatakan bahwa Dewi Bulan harus menikah dengan Dewa Matahari jika tidak ingin sengsara. Dewa Matahari pun mengalami kesengsaraan yang sama, ia diincar oleh banyak orang yang mengetahui kutukan ini." Peramal Dojin memberikan penjelasan.

"Kenapa mereka mengincar Dewa Matahari?" tanya Raja.

"Karena darahnya bisa memberikan keabadian dan kekuatan luar biasa bagi manusia yang meminumnya dengan ritual khusus. Kau harus menikahkan anakmu dengannya atau anakmu akan mati."

"Apa? Mati?" Raja terkejut mendengarnya. Lalu Peramal Dojin memperjelas perkataannya tadi, "ya benar. Mati Yang Mulia. Mereka harus menikah sebelum bulan purnama ketiga ditahun naga api."

"Ka‒kapan itu?"

Peramal Dojin tampak menghitung batu-batu kerikil yang tersedia di mejanya lalu menjawab, "Saat putramu berumur 22 tahun, yakni 14 tahun dari sekarang. Semakin cepat kau menemukan Dewa Matahari, semakin baik."

Raja terdiam, jemarinya saling bertautan dan memperlihatkan gestur cemas.

"Kau bilang jika meminum darahnya bisa memberikan kekuatan dan keabadian. Apa yang terjadi jika seseorang meminum darahnya?" tanya sang Raja.

"Jika orang lain yang membunuhnya, tentu saja putramu akan mati pada saat bulan purnama ketiga. Namun, jika putramu sendiri yang meminumnya. Dia akan mati saat itu juga. Dia tidak boleh membunuh mataharinya sendiri, karena itu nyawanya."

"Kemana aku harus mencarinya?" 

Peramal Dojin tampak berfikir, masalahnya ia juga tidak tahu dimana keberadaan sang Matahari itu. Ia hanya mengetahui sedikit ciri-ciri dari orang yang dibutuhkan itu.

"Aku tidak tahu Yang Mulia. Namun, ia memiliki tanda matahari pada belakang lehernya seperti putramu yang memiliki tanda bulan. Ia adalah seorang pengendali api, sepertimu. Kau pasti terkejut saat putramu dapat mengendalikan air, 'kan?"

Raja nampak terkejut. "Darimana kau tahu?" tanyanya.

"Itu hal wajar yang mulia, bulan memang mengendalikan air, kan?" kata Peramal Dojin seraya menampilkan senyum menyeringai. 

"Kalau begitu, mungkinkah dia tinggal di Negara Api?"

"Aku rasa tidak, Yang Mulia."

日食

Solar Eclipse | TaegyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang