Bertemu 2

3.2K 612 107
                                    

日食

"Aku pengendali api, Tuan."

Taehyun mematung tak percaya mendengarnya, tak jauh berbeda dengan Yeonjun yang membulatkan matanya. Soobin menatap keheranan terhadap dua orang itu.

"Maaf, bisa kau tunjukkan leher belakangmu?" tanya Yeonjun takut menyinggung.

"Tunggu! Jangan bilang ... Beomgyu coba kau perlihatkan tanda lahirmu," kata Soobin lebih mendekat.

Beomgyu berbalik badan dan memperlihatkan lehernya, membuat dua lelaki dari Negara Api itu semakin terkejut. Tanda lahir matahari persis seperti peramal tua itu katakan. Taehyun menunduk dan memperlihatkan tanda lahir bulannya. "Lihatlah, aku juga punya tanda lahir."

Soobin menampilkan senyuman kecil, tampak bahagia. "Jadi ramalan itu benar."

"Ra--ramalan? Ramalan apa?" tanya Beomgyu. Ia memang tak mengetahui akan ramalan yang dimaksud oleh Soobin, karena keluarganya selalu merahasiakannya. Alasannya sepele, mereka tak mau Beomgyu pergi mencari bulannya.

"Ramalan jika kita harus menikah, atau nasib buruk akan menimpa kita berdua."

Beomgyu menatap heran, dahinya mengernyit. "Aku? dan Kau? menikah?" Lalu ia tertawa canggung. "Kak, katakan jika itu semua bohong!" lanjutnya memohon pada Soobin. 

"Tidak ada yang berbohong Beomgyu. Maaf ... Ayah meminta merahasiakan ini sampai kau bertemu bulanmu."

"Kami mencarimu hingga sejauh ini," kata Yeonjun menimpali.

"Itu juga yang membuatmu terus dikejar orang-orang bumi. Menikahlah denganku, kita akan membuat simbiosis yang saling menguntungkan. Aku tak akan cepat mati, dan kau ... tak akan diburu orang lagi. Aku akan melindungimu semampuku," kata Taehyun bersungguh-sungguh.

Lelaki di depannya ini hanya memegangi kepalanya, mencoba mencerna segala hal yang baru saja ia dengar. Rasanya pening, selama ini yang ia tahu prajurit bumi mengincarnya karena darahnya akan memberikan mereka kekuatan, tanpa tahu tentang ramalan jodoh itu. 

Ia pikir, kejadian meruntut hari ini sudah sangat berat. Namun, hal yang ia dengar ini ternyata lebih berat lagi. Memberikan ia beban pikiran lebih dalam. Ia merasa ingin sendiri, ia berlari ke arah gua yang lebih dalam.

"Biarkan, dia hanya terkejut. Biarkan dia memikirkannya dulu," kata Soobin menenangkan.

Beomgyu berhenti pada tempat yang ia rasa cukup leluasa. Ia menyalakan api untuk memberi penerangan, sementara dirinya terduduk memeluk lututnya menghadap perapian. Semuanya cukup sulit diterima baginya. Setelah apa yang ia derita selama bertahun-tahun, tubuhnya terkejut mengetahui fakta ini.


日食

Terbilang cukup lama ia menyendiri di dalam sana, matahari sudah tenggelam sedari tadi. Bahkan yang lain telah menyelesaikan makan malam. Soobin mengkhawatirkan adiknya, padahal ia sendiri yang mengatakan untuk membiarkannya sendiri tadi.

"Dia belum makan malam, aku akan mengantarkan makan malam untuknya," kata Soobin lalu berniat mengambil makanan di perapian.

"Biar aku saja, aku ingin berbicara dengannya." Taehyun segera mengambil makanan di dekat perapian mendahului Soobin. Ia lalu berjalan menuju tempat yang lebih dalam di gua. Cahaya dari perapian milik Beomgyu samar-samar terlihat, mungkin karena jaraknya yang cukup jauh. Tak berapa lama, langkahnya terhenti.

"Kau belum makan." Taehyun menyodorkan ubi dan pisang kepada Beomgyu. Sementara yang diberi hanya menatapnya sejenak lalu menggeleng. "Aku tidak lapar."

Taehyun mendesah pelan, ia lalu duduk di sebelah Beomgyu dan mulai mengupas pisang yang ia bawa. "Makanlah, kita harus punya energi untuk pulang ke Negara Api. Bahkan kita tidak tahu jika orang-orang jahat itu menyerang lagi."

Beomgyu menatapnya sendu. "Kenapa kau mencariku?"

Taehyun balas menatapnya. "Karena kau matahariku." 

Tangannya mulai menyentuh rambut Beomgyu yang lembut itu dan mengelusnya. "Aku sudah menunggumu sejak remaja, tapi semua pasukan Ayah tidak ada yang menemukanmu. Aku memutuskan berangkat sendiri akhirnya. Sekarang lihat, kita bertemu. Kita bisa mengakhiri semua penderitaan yang menyakiti."

Tanpa sadar, Beomgyu menjatuhkan butiran-butiran air dari matanya. "Kau tahu? Semua ini  sangat mendadak buatku. Aku masih pusing mendengarnya."

Taehyun menurunkan tangannya, lalu memikirkan sesuatu. "Bagaimana kalau kita saling bertukar cerita? Saling jujur satu sama lain?"

Sejujurnya, ada sejengkal keraguan dalam hati Beomgyu. Takut jika orang di sebelahnya ini sama seperti orang-orang bumi. Takut jika ia menggunakan pendekatan halus untuk mendapatkannya. Namun akhirnya, ia menganggukkan kepalanya perlahan tanda setuju. "Kau dulu." 

Taehyun mulai menceritakan masa kecilnya, masa-masa berat saat ia harus sering berurusan dengan tabib istana. Kata demi kata ia tuturkan dengan antusias di depan mataharinya. Tanpa ada yang ia tambahi ataupun kurangi, semua apa adanya mengalir seperti aliran anak sungai yang lancar dan damai. Beomgyu menatap mendengarkan penuh dengan ketenangan. 

Kini giliran Beomgyu berbicara. Ia menceritakan pula alur kehidupannya pada sang bulan. Saat menceritakan momen bahagia, ia tertawa dan saat hal sedih, ia menangis. Lepas begitu saja tanpa beban. Tampaknya memudarkan keraguan dalam hatinya. Tak sadar cukup memakan banyak waktu hingga kini makanan di hadapannya tak bersisa. Namun, rasanya hanya beberapa pejaman mata bagi mereka.

"Oh, bolehkah aku meminta sesuatu?" kata Beomgyu sebelum Taehyun beranjak.

Taehyun tersenyum. "Katakan saja."

"Bisakah kau menciumku?"

Taehyun membatu mendengar permintaan mataharinya. Ia belum pernah berciuman sebelumnya. Hatinya berdetak hebat bagaikan genderang perang, membuat udara di sekitar berubah menjadi aneh dalam imajinasi. 

Anehnya ia langsung menganggukkan kepala menyanggupi keinginan mataharinya. Tanpa adanya keraguan dihatinya.

Ia menatap wajah sang matahari dalam-dalam. Meneliti setiap inci keindahannya dengan bantuan cahaya perapian. Matanya melihat bibir mungil nan cantik itu, tampak berseri indah.  Sementara yang ditatap perlahan mendekat. Tak sadar jarak antara mereka semakin terkikis.

Mata mereka terpejam perlahan kala bibir mereka bersatu. Merasakan sengatan kecil menjalar seperti arus listrik. Air api itu bertemu menghasilkan energi yang saling berlawanan, namun memberikan sensasi luar biasa dan tak terlupakan. Debaran jantung keduanya menjadi bukti betapa istimewanya mereka. Semilir angin dan perapian hanya menjadi secuil saksi bisu dua insan manusia itu. 

Taehyun menatap Beomgyu dalam saat ia melepaskan ciumannya. Tangannya lembut membelai surai halus milik Beomgyu. Ia tersenyum melihat sang mataharinya tersenyum lebih dulu kepadanya.

"Ayo jalani takdir kita, Bulanku."

日食

Solar Eclipse | TaegyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang