Istana

2.7K 537 93
                                    

ps: nyalakan musiknya sewaktu baca >.<




Gerbang terbuka, menampilkan bangunan megah nan apik dengan dominasi warna hitam cokelat dan sedikit aksen warna merah tua. Pangeran, Panglima, dan Beomgyu memasukinya. Seorang prajurit berlari ke dalam istana, menyampaikan pesan bahwa putra kerajaan telah kembali. 

Beomgyu menatap sekeliling, mengamati setiap detail tempat yang masih asing baginya. Senyumnya mengiringi disetiap tatapan kagumnya. Mereka memasuki istana, sudah banyak anggota kerajaan yang menanti kedatangannya.

Pangeran memberhentikan langkahnya di depan Raja yang berdiri pada tengah-tengah ruangan dengan Ratu di sampingnya. 

"Ayah, aku pulang!" ucap Pangeran.

Suasana haru di ruangan begitu terasa. Beomgyu menggigit bibir bawahnya karena malu. Raja kemudian mendekat dan memeluk Taehyun erat, dilanjutkan Ratu yang juga memeluknya. Mencurahkan segala kerinduan terhadap anaknya yang pulang dari mengembara. Ratu melepaskan pelukannya lalu bertanya, "Apakah dia sang Matahari?" 

Taehyun tersenyum sambil mengangguk. "Iya, Ibu. Namanya Choi Beomgyu, pengendali api dari Negara Air." kata Taehyun menjelaskan. Ibu Ratu sempat terkejut, lalu memandangi Beomgyu.

"Manisnya," kata Ibu Ratu, lalu perlahan ia mendekat dan memeluk Beomgyu dengan lembut. Rasanya hangat, bagi Beomgyu yang lama tak mendapat pelukan orang tua, pelukan ini serupa dengan yang ia rindukan, namun tak sama. Beomgyu memejamkan matanya, namun air matanya justru merembes keluar. Wanita itu mengelus rambut belakang Beomgyu lembut seraya berdesis berniat menyalurkan kasih sayang untuk menenangkannya.

"Nah, Beomgyu, mari Ibu antar ke kamarmu," kata Ibu Ratu setelah melepaskan pelukannya.

"Eh? Tidak sekamar saja denganku?" tanya Taehyun yang langsung dihadiahi tatapan intimidasi dari Ibunya dan para petinggi kerajaan. Taehyun menggaruk tengkuknya lalu menunduk sambil tertawa canggung karena malu.

"Jangan mimpi, anak muda," kata Ibunya lalu membawa Beomgyu pergi.


日食


Bangunan kerajaan nampak asri dengan taman bunga di depan kamar-kamar istana. Kamar Beomgyu berada pada ujung bagian barat istana, menghadap sebuah kolam kecil berisi ikan-ikan Koi. Beomgyu masuk ke dalamnya, terasa sejuk dan cukup pencahayaan karena dekat dengan pepohonan rimbun di luar serta jendela yang lumayan besar.

"Ini kamarmu, Nak," kata Ibu Ratu.

Beomgyu melangkah mendekat ke tempat tidur, lalu mendudukkan diri di sana. Ia nampak senang mencoba kenyamanan tempat tidur barunya. 

"Beomgyu, aroma bunga apa yang kau sukai?" tanya Ibu Ratu.

Beomgyu nampak berpikir sejenak lalu berkata, "Aku suka lavender, Ibu Ratu. Tapi, aku juga suka mawar."

"Panggil Ibu saja, ya," kata Ibu Ratu lalu memanggil satu pelayan dan nampak membisikinya sesuatu. Beomgyu mengangguk tersenyum. 

"Ibu akan menyiapkan pakaianmu, nanti pelayan akan memanggilmu saat kolam berendam sudah siap. Setelah mandi, kita makan bersama di ruang makan. Silakan jalan-jalan dulu dengan pelayan jika kau mau," kata Ibu Ratu lalu pergi meninggalkan Beomgyu di kamar.

Beomgyu merebahkan tubuhnya di kasur empuk kerajaan. Ia mengambil napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya secara perlahan. Langit-langit kamar nampak indah, dengan tambahan sorot matahari yang menembus celah-celah atas jendela. Coba Kak Soobin masih bersamanya, mungkin ia akan senang sekali. Namun, Beomgyu hanya bisa berkhayal.

Sesekali tangannya bermain mengusap-usap seprai tempat tidurnya, begitu halus dan menenangkan. Ia lalu beranjak dan berjalan menuju jendela. Pemandangan cantik kebun bunga memanjakan matanya. Aster, lavender, mawar, serta bunga-bunga lain yang tak Beomgyu tahu namanya memberikan aroma sedap untuk dihirup dalam-dalam. Sungguh, hidup menjadi pangeran enak sekali.

"Tuan Beomgyu, sudah saatnya mandi. Mari, saya antarkan ke tempat pemandian," kata seorang pelayan di ambang pintu. Beomgyu lalu mengikuti pelayan itu hingga sampai di tempat pemandian.

Aroma mawar bercampur lavender mengetuk indra penciuman Beomgyu. Setelah melepas pakaiannya, menggantinya dengan celana pendek yang disiapkan kerajaan, ia masuk ke dalam kolam pemandian. Airnya hangat beradu dengan suara gemercik yang berasal dari air macur bambu, menenangkan tubuhnya yang lelah.

Baru saja berendam, datanglah dua orang pelayan kerajaan. "Permisi Tuan, kami tukang pijat kerajaan. Ratu memerintahkan kami untuk memijat Anda." 

"E, i ..., baiklah. Sebenarnya aku tidak biasa mandi ketika ada orang lain, tapi baiklah. Anda bisa memijat bahuku." kata Beomgyu malu. Kemudian mereka langsung saja memijat bahu Beomgyu. Pijatannya enak, pantas mereka menjadi tukang pijat kerajaan.

"Apa yang kau usapkan itu jahe?" tanya Beomgyu.

"Iya, Tuan. Supaya lelah di badan Anda menghilang. Bagaimana Anda bisa tahu?" 

Beomgyu menatap air mancur bambu di depan sana dengan tersenyum. "Aku tahu banyak rempah-rempah dan obat-obatan herbal, keluargaku bekerja dibidang kesehatan semua," kata Beomgyu menjelaskan.

"Anda pasti akan senang tabib kerajaan dan diskusi bersamanya, Tuan."

"Benarkah?" tanya Beomgyu sekali lagi.

"Iya, Tuan," jawab Taehyun. Eh? Taehyun? Beomgyu menoleh ketika mendengar suara pelayan yang berubah menjadi suara Taehyun. Benar saja, Taehyun sedang asyik memijat bahunya.

"Apa yang kau lakukan di sini? dimana pelayan tadi?" tanya Beomgyu gugup.

"Aku mengusir mereka. Rileks, Sayang. Apa pijitanku kurang enak?" tanya Taehyun dengan nada menggoda. Pipi Beomgyu memerah, untung Pangeran di belakangnya, sehingga ia tak perlu repot-repot menyembunyikan wajahnya.

"Bukan begitu maksudku," katanya perlahan, masih gugup. Taehyun tersenyum, sembari terus melanjutkan pijitannya di bahu Beomgyu.

Gemercik air, aroma bunga yang semerbak, ditambah pijitan lembut dari Pangeran memberikan suasana damai saat berendam sore itu. Beomgyu hampir mengantuk merasakan indahnya kehidupan yang ia terima saat ini.

"Choi Beomgyu," panggil Pangeran dengan lembut. Beomgyu hanya menjawab, "Hmm?"

"Maukah kau menghabiskan sisa hidupmu bersamaku?"

Semilir angin yang berhembus melalui celah-celah ventilasi dinding kerajaan menyapu telinganya bersamaan dengan kata-kata yang baru ia dengar. Menggelitik sedikit kulitnya, namun terasa hingga hatinya. Beomgyu tersenyum.

"Kau bahkan tidak perlu bertanya kepada sesuatu yang sudah menjadi milikmu, Bulan."

Solar Eclipse | TaegyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang