musik on, sekalian streaming kan asik 😁👍
日食
Hari masih siang, burung-burung sibuk bernyanyi di luar jendela, mungkin iri menyaksikan dua orang manusia yang sedang asyik berduaan di dalam kamar. Taehyun masih nyaman di sana. Berbantalkan paha beomgyu yang di lapisi selimut, rasanya Taehyun tak mau beranjak walau sebentar saja.
"Ada apa?" tanya Beomgyu. Entah sudah berapa kali ia bertanya, namun tak ada jawaban dari sang Pangeran sedari tadi.
Taehyun memejamkan matanya, lalu mengubah posisinya menjadi miring menghadap perut Beomgyu yang rata. Ia gesekkan dahinya, menimbulkan rasa geli bagi Beomgyu.
"Ayo katakan, ada apa?" tanya Beomgyu sekali lagi.
Taehyun memainkan telunjuknya di perut Beomgyu, seakan-akan menulis sesuatu. "Hanya ... sedang lelah saja." jawab Taehyun pelan. Beomgyu tersenyum, lalu membelai rambut Taehyun perlahan. Afeksi yang ia harap dapat mengurangi beban si Bulan. Taehyun terdiam sejenak sebelum akhirnya ia kembali terlentang menatap wajah Beomgyu dari tempatnya.
"Beomgyu, apa kau pikir aku cocok untuk menggantikan Ayah sementara ini?" tanya Taehyun.
Si Matahari terdiam sejenak. Ia menatap sorot mata si Bulan yang tampak bimbang, lalu menjawab, "Kalau bukan kau, memang siapa lagi?"
Taehyun merengut mendengarnya, lalu menghembuskan napasnya panjang. "Maksudku bukan karena keturunan, Sayang." katanya.
"Lalu?" tanya Beomgyu bingung.
Sang Bulan menatap langit-langit kamar, lalu berkata, "Karena kemampuan. Apa kau pikir aku pantas menjadi Raja? Terlebih, aku bukan pengendali api. Apakah mungkin jika kerajaan api dipimpin oleh seorang pengendali air?"
"Mau dengar cerita?" tanya Beomgyu lagi.
"Apa?"
Tangan Beomgyu berlanjut mengelus rambut Taehyun yang tebal. "Dulu, pemimpin pusat kesehatan negara air sebelum Ayahku adalah seorang pengendali angin." kata Beomgyu. "Dan kau tahu apa yang menarik?" lanjutnya.
Beomgyu tersenyum lembut sembari melihat ke arah pintu. "Dia bahkan tidak ada darah Air sama sekali, dia pendatang." katanya. Ia lalu menatap Taehyun lagi dengan senyum manisnya. "Menurutku, bahkan jika kau bukan keturunan kerajaan ini, tapi kau mencintai seluruh kerajaan, mau melakukan apapun demi melindungi kerajaan ini, dan kemampuanmu mumpuni untuk menjadi raja, kau pantas Taehyun." kata Beomgyu.
Taehyun terdiam. Tangannya lalu memegang tangan Beomgyu yang sedang sibuk mengusap kepalanya. Ia mulai bangkit dari tidurnya, menatap Beomgyu sebentar, lalu memberikan kecupan singkat di bibir manis Beomgyu. Setelahnya, ia turun dari tempat tidur dan berjalan menuju pintu.
"Mau kemana?" tanya Beomgyu bingung.
"Menemui Guru Besar kerajaan."
"Ah, iya." kata Beomgyu sambil menggaruk tengkuknya.
Baru beberapa langkah berjalan, ia berbalik badan lalu kembali dan memeluk Beomgyu sambil membubuhkan beberapa kecupan di telinganya.
"Terima kasih untuk semuanya, aku senang sekali. Aku juga senang bisa memilikimu seutuhnya sebentar lagi." bisik Taehyun di telinga Beomgyu. Beomgyu tersipu mendengarnya, sekali lagi hatinya berdebar kencang.
日食
Di sini Taehyun sekarang, berdiri di depan pintu perpustakaan. Tempat yang memberikannya berbagai pengetahuan sejak kecil. Berbekalkan sekeranjang madu dan apel, ia membuka pintu dan masuk ke dalamnya.
"Pangeran, sudah lama kau tak berkunjung kemari sejak keberangkatanmu mencarinya." sambut seorang lelaki yang sudah lanjut usia. Ia duduk sendiri di salah satu kursi di meja bundar perpustakaan sambil menulis sesuatu pada kertas cokelat miliknya.
Taehyun tersenyum melihatnya, lalu berkata, "Benar. Maafkan aku karena belum mengunjungimu, Guru."
"Tidak apa-apa. Aku tahu kau sibuk." kata Gurunya. Kerutan di sekitar matanya menunjukkan bahwa ia sedang tersenyum pada Taehyun.
Taehyun berjalan mendekat. Setelah ia sampai di dekat meja bundar, ia meletakkan keranjangnya. Atensi sang Guru tertuju pada keranjang yang ditutup kain itu, lalu beliau bertanya, "Apa itu?"
"Madu dan apel kesukaanmu, Guru." kata Taehyun sembari mengambil kain penutup dari dalam keranjang.
"Terima kasih." kata si Guru sambil tersenyum senang. Ia lalu meletakkan tintanya. "Apa yang membawamu kemari?" tanyanya pada Taehyun.
"Hanya mengobrol."
Sang Guru hanya mengangguk. Rambut putihnya yang panjang sempat tertiup angin kecil sebentar yang masuk melalui jendela yang terbuka. "Ah, begitu. Ngomong-ngomong, kau tidak bersamanya?" tanyanya.
"Tidak, dia butuh istirahat. Sepanjang hari ia terus saja di ruang perawatan." kata Taehyun.
"Calonmu itu sangat cerdas dan lembut, sosok sempurna yang dapat bersanding denganmu. Dia selalu tersenyum saat berpapasan denganku di sini." kata sang Guru dengan wajah berseri mengingat-ingat Beomgyu.
"Jodoh yang disiapkan Dewa kepadaku sangat bagus, 'kan?" gurau Taehyun.
"Haha iya, meski banyak sekali cobaannya." si Guru tertawa, diikuti tawa Taehyun juga.
Tak ada rasa canggung ketika bergurau dengan pak tua ini, karena Taehyun sudah mengenalnya sejak ia kecil. Baginya, orang ini sudah ia anggap seperti kakeknya sendiri.
Setelah puas tertawa, kini Taehyun tersenyum dan bertanya, "Guru Kim, Bagaimana aku bisa mengatakan aku mencintai kerajaan ini dan rakyatnya, bila bertemu mereka saja tidak pernah?"
Sang Guru menatap Taehyun. Ia lalu menarik napas cukup panjang dan menghembuskannya melalui mulut. Tak lama, ia mulai membuka mulutnya. Ia menjelaskan kepada Taehyun bagaimana pemikirannya. Taehyun memperhatikan dengan seksama, berusaha mencari jawaban atas pertanyaan yang membuat hatinya gusar.
Taehyun menyimak kata demi kata yang keluar dari mulut gurunya. Karena asyik mengobrol, ia bahkan meminta pelayan untuk membawakan teh dan kue kering untuk menjadi kudapan mereka. Ia tak tahu bahwa sedari tadi, salah satu anggota dewan penasihat kerajaan tengah berdiri terdiam mendengarkan percakapan mereka dari balik salah-satu rak buku.
日食
KAMU SEDANG MEMBACA
Solar Eclipse | Taegyu
FanfictionPutra mahkota Kang Taehyun ditakdirkan sebagai sang Bulan sejak lahir. Ia harus menikahi sang Matahari sebelum bulan purnama ketiga tahun naga api, atau ia akan mati. Berhasilkah ia menikahi sang Matahari sebelum waktunya berakhir? Genre: Boys Love...