Perang

2.3K 454 66
                                    



日食

Fajar baru menyingsing, namun pasukan Api sudah berjejer dihadapan gerbang perbatasan. Sebagai panglima perang utama, Yeonjun berdiri pada garda terdepan dengan pedangnya yang menyangga tangannya gagah.

Taehyun melangkah ke depan, berdiri di sebelah Panglima Yeonjun dengan sama gagahnya. "Kembalikan Choi Beomgyu!" teriaknya lantang. Raja Deitan menampakkan diri, tersenyum menyeringai menatap rombongan Kerajaan Api.

"Kalian juga harus mempertanggungjawabkan perbuatan kalian! Menyelinap masuk ke dalam wilayah kerajaan, serta menyakiti Ratu!" kata Taehyun lagi.

"Tidak mau." jawab Raja Deitan sambil tersenyum, ia lalu bertepuk tangan dua kali. Tepat setelah ia bertepuk tangan, pasukan prajuritnya keluar dan menyerang rombongan Negara Api. Mereka membuat tanah-tanah di sekitarnya melemparkan gumpalan ke arah Pasukan Api.

Pasukan Api tak tinggal diam. Prajurit yang berdiri pada barisan terdepan segera mengeluarkan dinding api pelindung, sehingga lemparan bebatuan yang menghantam mereka dapat tergerus olehnya. Tak hanya itu, Pasukan Bumi lalu berlari maju menyerang Pasukan Api secara fisik.

"Serang!"

Ada yang memakai pedang, ada juga yang memakai gada. Karena terlahir dengan kemampuan elemen, senjata-senjata itu bercampur kekuatan dengan energi dari masing-masing pemiliknya. Beberapa Prajurit Bumi merasa terbakar saat pedang yang berbalut api itu melukai tubuh mereka. Tak jauh berbeda pula dengan Prajurit Api yang merasakan kerasnya hantaman gada Prajurit Tanah.

Taehyun masih sibuk memainkan pedangnya, ia sendiri sebagai air diantara pertarungan api dan bumi. Kemampuan berpedangnya sudah berkali-kali lipat lebih hebat karena latihannya yang ketat. Tak butuh waktu lama, Taehyun sudah melumpuhkan banyak Prajurit Bumi dengan pedang berbilah baja miliknya. 

Suasana pertempuran masih kental terasa. Prajurit gugur mulai bertebaran, debu-debu kericuhan terbang kesana-kemari menambah riuhnya suasana perbatasan siang itu. Raja Deitan keluar, dengan pakaian pelindung lengkapnya, ia masuk ke arena pertempuran.

Lucutan peluru-peluru tanah yang tajam, menggoreskan luka baru di pipi kanan Taehyun. Meninggalkan sedikit darah menetes membasahi pipinya. "Sial!" runtuknya. 

Raja Deitan tiba-tiba muncul dari atas, hendak menyerang Taehyun dengan gadanya. Namun, Taehyun yang peka mengangkat sikunya untuk menutupi wajah dan menciptakan pelindung terbuat dari air miliknya. Karena terhalang, Raja Deitan menyerangnya lagi dari arah samping. Taehyun mengangkat pedangnya untuk melawan. 

Gada beradu pedang. Menciptakan suara unik yang membuat risih telinga. Serangan bertubi-tubi mereka lakukan, namun selalu berhasil dilawan. 

Taehyun belum menemukan kelemahan lawannya. Sembari terus menyerang dan bertahan, ia juga berpikir cepat. Ia lalu menghentakkan kakinya ke tanah di sela-sela pertarungannya, membuat air menyembur kuat di sekeliling lawannya.

Ketika lawannya kehilangan konsentrasi, ia lalu menendangnya dengan kuat hingga terhempas masuk ke dalam perangkap air yang ia buat. Taehyun lalu menguncinya, ia biarkan orang itu supaya kehabisan napas di sana.

"Kurang ajar kau!" teriak Panglima Kerajaan Deitan sambil berlari menyerangnya. Taehyun sigap, ia kini bertarung melawan orang itu. Karena ambisinya kuat, kekuatannya bertambah berkali lipat. Demi mataharinya, semua akan ia perjuangkan. Musuhnya kini tak berdaya di bawah injakan kakinya. 

"Dimana Choi Beomgyu?" tanya Taehyun dengan raut wajah tak kenal ampun.

"Di Is ... tana Huening." suara si Panglima Bumi hampir habis akibat dadanya yang terlampau sesak.

"Taehyun awas!" teriak Ayah Taehyun yang berlari ke arahnya. 

Terlambat, Ayahnya terkena tusukan pedang di pinggang kanannya. Mengakibatkannya ambruk tak berdaya. Taehyun membelalakkan mata tak percaya, ia terkejut saat mengetahui siapa pelakunya.

"Ayah!" teriak Taehyun dan Yeonjun secara bersamaan, namun dengan nada dan rasa yang berbeda. Taehyun berteriak karena Ayahnya terkena tusukan, sementara Yeonjun berteriak karena pelaku penusukan adalah Ayahnya sendiri, Sekretaris Kerajaan.

Taehyun segera mengangkat Ayahnya, membawanya mundur menuju tempat medis berkumpul. Sementara Yeonjun, kini harus terlibat konflik dengan Ayahnya sendiri. Luka di badannya memang banyak, namun tak lebih sakit dari rasa kecewanya kepada sang Ayah.

"Kenapa kau lakukan itu, Ayah!" teriak Yeonjun penuh kemarahan di antara riuhnya pertempuran yang kian meredup. Ayahnya mengangkat pedang, lalu berlari menyerang Anaknya.


日食


Suasana kamar Beomgyu masih seperti biasa, sepi namun penuh penjagaan di luarnya. Soobin menemani Beomgyu merajut di dalam kamar. "Kerajaan mereka saat ini sedang perang melawan Negara Api, Beomgyu." bisik Soobin, takut-takut jika di dengar oleh Penjaga.

Beomgyu menghentikan pekerjaannya, lalu menatap Soobin dengan seksama. "Apa Kakak tahu dimana mereka?" tanya Beomgyu. Soobin mengangguk lalu berkata, "Tadi aku dengar mereka berperang di perbatasan dengan Kerajaan Deitan." 

"Bukankah Kerajaan Deitan dan Huening letaknya terpisah? Bagaimana ini? Apa Kakak tahu jalan menuju Kerajaan Deitan?" tanya Beomgyu. Soobin berusaha mengingat-ingat kembali rentetan awal datangnya ia kemari. "Aku pernah sekali diajak ke sana. Aku masih ingat. Tapi, kita harus keluar dari tempat ini dulu." jawab Soobin.

"Apa Pangeran Hueningkai ikut berperang?" tanya Beomgyu.

"Aku tidak tahu."


日食


"Ular! Tolong!" teriak Beomgyu di atas ranjangnya. Para Penjaga yang berada di luar berhambur masuk ke kamar Beomgyu.

"Ada apa Tuan?" tanya salah seorang Penjaga. 

"Ada ular tadi masuk ke sana!" kata Beomgyu dengan ekspresi ketakutan menunjuk salah satu pojok ruangan. Para Penjaga segera memeriksa tempat yang ditunjukkan oleh Beomgyu, sementara dirinya pelan-pelan berjalan menuju pintu keluar.

Soobin yang berdiri di samping pintu lalu ikut mengendap-endap keluar mengikuti Beomgyu. Ia sampai di ambang pintu dan memastikan di luar tak ada siapapun. Beomgyu kemudian menempelkan kedua jarinya di depan bibir sambil menarik napas dalam, setelah itu ia semburkan bola api raksasa dari mulutnya saat seorang penjaga menyadari pergerakannya.

Mereka berdua lalu berlari melewati lorong-lorong istana. Beberapa Penjaga yang sadar menghadang mereka, namun mereka lawan dengan sekuat tenaga. Soobin dan Beomgyu terus berlari, sesekali melemparkan bola-bola api untuk mencegah Penjaga yang mengejarnya. Namun, tiba-tiba mereka terhenti akibat suatu hal.

"Mau pergi kemana, Tuan Beomgyu?" kata Hueningkai yang kini berdiri tepat di hadapan mereka berdua dengan tangan terlipat di depan dada.



Solar Eclipse | TaegyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang