Masa Kekosongan

2.2K 442 26
                                    

Nyalakan musiknya ^^





日食

Perang telah berakhir, pemulihan sedang terjadi. Taehyun duduk pada kursi yang tersedia di antara dua ranjang dalam ruangan, menunggui kedua orang tuanya yang terbaring lemah. Hatinya terus merasa gusar sepanjang waktu, terlebih ketika melihat kondisi Ayahnya yang belum pulih.

Beomgyu membuka pintu, memasuki ruangan dengan membawa keranjang berisi ramuan obat-obatan bersama dua pelayan di belakangnya. Kedatangannya mengalihkan atensi sang Pangeran.

"Kau sudah makan?" tanya Beomgyu kepada Taehyun sambil mendekat ke tempat tidur Raja. Taehyun menggeleng, menatapnya dengan senyum pahit.

Beomgyu mulai membersihkan bekas ramuan di luka Ayah Taehyun. "Makanlah, biar aku yang menjaga mereka di sini." kata Beomgyu lalu membalurkan ramuan baru pada luka sang Raja. Taehyun hanya bergeming menatapnya.

"Atau kau ingin makan di sini?" tanya Beomgyu di sela-sela kegiatannya. Taehyun masih tak menjawab, namun memerhatikan Beomgyu dengan seksama. 

Setelah selesai, Beomgyu mendekat ke arah Taehyun, lalu memberikan keranjangnya pada seorang pelayannya untuk di bawa kembali ke ruang tabib. 

"Tolong bawakan makan siang Pangeran." perintah Beomgyu pada pelayan yang satunya, membuat pelayan itu segera bergegas keluar.

"Kalau kau tak mau makan, aku nanti juga harus merawatmu. Jadi, aku akan menyuapimu." kata Beomgyu lembut sambil meletakkan dagunya di atas bahu Taehyun yang lelah itu, sementara tangannya mengelus lembut rambutnya.


日食


"Kenapa Ayah melakukan itu?" kalimat pertama yang terlontar dari bibir merah Yeonjun ketika menemui Ayahnya di dalam penjara. Berbataskan jeruji yang menghalangi mereka, Yeonjun bersandar pada dinding melihat Ayahnya yang duduk di dalam penjara.

"Aku ... sangat terkejut saat Ayah sengaja menusuk Paman Kang waktu itu." kata Yeonjun, matanya tampak berkaca-kaca. Tangannya ia lipat di depan dada, pasrah menghadap Ayahnya yang tak sekalipun menatap mata Yeonjun.

"Mengapa Ayah lakukan itu?" tanya Yeonjun. Ayahnya menunduk, makin tak terlihat sorot matanya karena tertutup bayang-bayang jeruji penjara. Tak ada sahutan dari dalam, Yeonjun geram dibuatnya.

"Jawab aku, Ayah." kata-katanya kini terdengar parau terasa beribu kesedihan mengalun bersamanya.

Ayahnya menarik napas dalam, lalu melihat Anaknya yang tampak kecewa di hadapannya. "Aku telah mengabdi selama bertahun-tahun, bahkan semenjak kau belum ada. Tapi Raja tak pernah sedikitpun menghargaiku yang telah bekerja keras kepadanya. Selalu saja Tabib itu yang mendapat pujian. Dia lebih mendengarkan Tabib itu ketimbang perkataanku. Dia lebih mempercayainya." suara Ayahnya yang terdengar memelan di akhirnya.

Yeonjun berdecak, matanya kini menatap langit-langit ruangan yang lumayan gelap dengan menahan air mata yang hendak tumpah. "Lalu, apa tujuan Ayah bekerja sama dengan mereka?" tanya Yeonjun pelan, namun masih dapat terdengar karena heningnya ruangan.

"Sejujurnya ... aku tidak ingin Tabib itu mendapat kekuasaan lebih karena ia dekat dengan calon menantu kerajaan." jawab Ayahnya.

Yeonjun memejamkan matanya, merasakan pusing yang terlampau hebat menghampiri kepalanya. Hatinya penuh dengan kekecewaan, ketika tahu alasan Ayahnya melakukan hal yang bertolak belakang dengan ajarannya.

"Ayah dulu pernah berkata untuk melakukan sesuatu tanpa mengharapkan imbalan. Ayah juga pernah berkata untuk tidak iri dengan pencapaian orang lain." kata Yeonjun, suaranya mulai goyah.

"Oh iya, Ayah juga pernah berkata bahwa lelaki sejati itu mereka yang loyal dan tak berkhianat. Terakhir, Ayah berkata untuk tidak melanggar kata-kata sendiri. Tapi, mengapa Ayah melanggar kata-kata Ayah sendiri?" lanjutnya dengan bulir-bulir air mata yang menetes dari matanya.

"Aku kecewa, Ayah."


日食


"Menurutku Pangeran Taehyun tidak bisa memimpin untuk saat ini!" kata seorang penasihat kerajaan. Dewan penasihat kerajaan sedang mengadakan rapat mendadak untuk menentukan siapa yang akan memimpin kerajaan sementara, saat Raja dalam masa istirahat.

"Kenapa tidak? Dia putra kandung Raja." sahut anggota lainnya.

Lima orang anggota penasihat kerajaan memang sedang beradu argumen. Dua orang menolak Taehyun untuk menjadi raja, dua orang menyetujui, sementara satu orang belum memutuskan.

"Pangeran Taehyun kuat, terlebih sekarang ia sudah bersama dengan 'takdirnya', ia makin kuat. Ia juga cerdas dan bijak saat mengambil keputusan. Wawasannya luas, kau tahu? Ia sudah dipersiapkan untuk menjadi raja sejak kecil." kata anggota yang berjenggot panjang.

"Sekuat apapun dia, tidak akan merubah fakta jika dia tidak bisa menggunakan elemen api." sahut anggota yang berkumis tebal, "apa kata rakyat nanti jika mereka dipimpin oleh seorang pengendali air?" lanjutnya.

"Apa salahnya jika ..."

"Rakyat akan kehilangan kepercayaan terhadap kerajaan. Mereka akan mengira Atsui sudah diambil alih oleh orang asing."

"Orang asing bagaimana? Orang buta saja bisa tahu kalau Taehyun itu anak kandung Raja!" tegas salah satu penasihat yang setuju.

"Kau sudah menentukan pilihanmu?" tanya anggota yang berambut gondrong kepada satu penasihat yang belum menentukan pilihan.

"Aku harus menimbang beberapa hal dulu."

"Lama sekali!" protes anggota yang lain.

Mereka terus berdebat di dalam sana, hingga tak ada yang menyadari bahwa Taehyun sejak awal telah berdiri di balik pintu mendengarkan segala percakapan mereka. Sejujurnya hatinya sedikit terluka, namun ia juga tak mampu menyangkal fakta tentang keahliannya. 

Dirasa sudah cukup lelah, Taehyun berjalan pergi. Pikirannya berkecamuk, ia butuh ketenangan. Ia lalu masuk ke dalam kamar Beomgyu tanpa permisi.

"Tinggalkan kami berdua." kata Taehyun kepada pelayan yang sedang berjaga di kamar Beomgyu. Para pelayan itu pergi, menyisakan Taehyun sendiri yang langsung merebahkan badan di tempat tidur Beomgyu.

Beomgyu yang baru selesai berpakaian, keluar dari ruang ganti dan terkejut saat melihat Taehyun tengkurap di tempat tidurnya. Ia berjalan mendekat, lalu duduk di pinggir ranjang sambil menatap kepala Taehyun.

"Ada apa? Apa sesuatu terjadi?" tanya Beomgyu.

Taehyun yang mendengarnya seketika mengubah posisinya menjadi terlentang, menatap Beomgyu dengan tatapan lelah. Beomgyu paham betul bila saat ini Pangeran sedang tidak baik. Ia lalu menaikkan kakinya ke atas ranjang, duduk berselonjor sambil menepuk pahanya untuk mengisyaratkan agar Taehyun meletakkan kepalanya di sana.

Sang Pangeran mendekat, menjadikan paha Beomgyu sebagai bantalannya. Ia tersenyum lembut menatap wajah Beomgyu yang terlihat semakin rupawan dari bawah. Beomgyu tak tinggal diam, ia membelai rambut Taehyun yang sedikit berantakan dengan tangannya yang halus.

"Ada apa?" tanya Beomgyu lagi.

Bukan jawaban yang diterima, namun pergerakan mendadak tangan Taehyun yang meraih kepala Beomgyu untuk mendekatkan ke wajahnya. Wajah mereka kini hanya berjarak beberapa milimeter. Taehyun tersenyum lalu menyesap bibir mungil Beomgyu. Meminta secercah afeksi untuk dirinya. Matanya terpejam merasakan lembut bibir Beomgyu yang menenangkan hatinya.

Tak begitu lama, ia segera melepaskan ciumannya. Dapat dengan jelas ia lihat rona merah pada pipi Beomgyu, serta wajah gugup yang menggigiti bibir sendiri. 

"Mau lagi?" tanya Taehyun jahil.

Beomgyu yang mendengar sontak menutup wajahnya malu dan mengerang panjang sambil menggeleng. Taehyun tesenyum dibuatnya, terlalu gemas menyaksikan calon pendamping hidupnya seperti itu.

Solar Eclipse | TaegyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang