Pelan-pelan saja volumenya, bacanya jangan buru-buru.
日食
Soobin menatap pria di hadapannya dengan was-was. Tangan kirinya menggenggam jemari Beomgyu erat. Tak jauh berbeda, Beomgyu pun menatap Hueningkai dengan waspada.
Hueningkai memakai baju pelindung, nampak bersiap berangkat perang. Jubah cokelat yang dipakainya melambai-lambai menambah kesan gagah berpadu dengan auranya.
"Apakah sesusah itu duduk manis di kamar, Tuan Choi?" tanya Hueningkai lembut penuh penekanan dengan senyum di akhirnya. Bibirnya tersenyum, namun tidak dengan sorot matanya. Beomgyu dan Soobin sedikit ngeri dibuatnya.
"Kembali ke kamarmu, aku tidak akan melukaimu." kata Hueningkai lagi.
Soobin melepaskan genggamannya, lalu dengan cepat ia menggerakkan tangannya ke depan wajahnya. Dari dalam genggamannya muncul air yang seketika membeku membentuk sebuah pedang besar sebagai senjatanya.
"Beomgyu!" teriak Soobin. Beomgyu yang mendengar segera melesatkan bola-bola api yang sedari tadi ia persiapkan tangannya ke arah Hueningkai. Hueningkai tak punya banyak waktu untuk membuat perlindungan, namun bola-bola api itu tidak mengenainya karena tiba-tiba meledak dan menghasilkan asap tebal yang membuat mata pedih.
Pandangan Hueningkai terganggu. Soobin bergerak dengan cepat maju menyerang Hueningkai dengan pedangnya, mengenai bahu yang tertutup baju pelindung.
"Jadi kalian lebih suka cara kasar, ya?" retoris Hueningkai.
Kedua tangannya mengambil benda dari belakang punggungnya. Dua buah katana kini tergenggam apik di kedua tangannya.
Hueningkai menyerang ke arah depan, kini merasa tak tahu ampun terhadap si Choi pertama. Soobin melawannya dengan penuh ambisi. Beberapa kali katana itu beradu dengan pedang, bergesek menginginkan pertumpahan.
Meskipun tangannya sibuk dengan katana kesayangannya untuk melawan Soobin, namun kakinya tetap bergerak lincah memberikan serangan tanah kepada Beomgyu. Gerakannya kian lama kian agresif, Soobin dibuat kewalahan olehnya. Dengan mata yang menyala penuh kebencian, ia menghempaskan Soobin hingga tersungkur di sana.
Beomgyu tak tinggal diam, ia menyerang Hueningkai dari belakang. Sayangnya, serangannya berhasil digagalkan. Beomgyu jatuh ke tanah tak berdaya setelah perutnya mendapat tendangan dari kaki Hueningkai.
"Tuan Choi, kenapa kau sangat bebal?" kata Hueningkai dengan menaikkan satu alisnya. Ia berjalan mendekati Soobin yang setengah mati merintih berusaha bangkit di sana. Hueningkai menyeringai menatap Soobin dengan penuh rasa puas, menghiraukan Beomgyu yang sedang berusaha bangkit di sisi lainnya.
"Ja ... jangan sakiti Kakakku! Aku mohon! Aku akan penuhi permintaanmu." kata Beomgyu dengan suara lemah. Hueningkai tak menoleh, namun ia menjawab, "Kenapa? Kau sangat keras kepala sebelumnya. Aku tak akan tertipu untuk kali ini, Tuan Choi."
"Karena dia ... karena dia Kakakku! Aku tak ingin mengorbankan orang lain hanya karena keegoisanku!" jawab Beomgyu. Wajah Hueningkai mendadak berubah. Bibir yang melengkung ke atas seketika menjadi datar. Hatinya sedikit terusik dengan kata-kata yang dilontarkan oleh Beomgyu.
Hueningkai perlahan mengangkat senjatanya, bersiap menghabisi nyawa Soobin yang tak berdaya. Matanya lurus menatap sasarannya dengan seksama, melihat sesosok lelaki yang bahkan bernapas saja sudah susah dibuatnya.
"Ada permintaan terakhir?" tanya Hueningkai.
"Kumohon jangan sakiti dia!" teriak Beomgyu dengan suara serak. Pangeran Huening lalu mengayunkan katana-nya, bersiap mengakhiri hidup si Pengendali Air.
日食
Sebuah tendangan kasar tepat mengenai bahu kanan Hueningkai, membuatnya terlempar hingga menabrak dinding. Orang yang menendangnya berdiri menatap Hueningkai dengan penuh amarah, menggenggam pedangnya kuat dengan napas terengah-engah.
"Tae ... hyun." kata Beomgyu yang berusaha bangkit dengan sisa-sisa tenaganya. Taehyun segera berjalan ke arahnya, lalu membantu Beomgyu untuk bangkit. Ia memeluk Beomgyunya, mengembalikan energi masing-masing yang hilang banyak akibat berpisah beberapa hari.
Taehyun kemudian melepaskan pelukannya, dilihatnya lelaki bumi itu berjalan menatapnya tak suka. Ia berjalan perlahan dengan menyeret katana-nya. Taehyun lalu berdiri dan memasang kuda-kuda dengan pedang yang ia arahkan ke depan.
"Jangan bunuh dia, Taehyun." kata Beomgyu. Taehyun terkejut mendengarnya, namun pandangannya tetap lurus ke depan menatap si lawan.
"Kenapa?" tanya Taehyun perlahan.
"Dia menginginkan perdamaian dunia, tapi caranya salah. Aku yakin dia tak sejahat itu." jawab Beomgyu. Semua terdiam, perhatian terpusat kepada Beomgyu. Taehyun tersenyum menyeringai, lalu berlari menyerang Hueningkai yang juga telah bersiap.
Matanya menyala biru bak cahaya bulan yang menembus lautan di malam hari. Air-air dari dalam tanah berkumpul dan mulai bergerak naik mengikuti perintahnya. Taehyun mengayunkan pedangnya, mengarahkannya ke Pangeran Hueningkai. Bersamaan dengan itu, Hueningkai dengan sikap siaga menangkisnya.
Pertarungan mereka melibatkan banyak serangan satu sama lain, merusakkan bangunan istana akibat percampuran elemen yang mereka gunakan. Air dan tanah berkelahi, mencari satu pemenang yang menentukan hidup sang Api.
Beomgyu menatapnya serius, hatinya sedikit takut melihat Taehyun yang bertarung seperti kesetanan. Ia ingin bangkit, lama-kelamaan bola matanya berubah kemerahan seperti matahari di sore hari. Dari kanan dan kirinya timbul api yang mengiringi. Makin lama kian membesar, Beomgyu nampak berenergi. Ia kemudian berdiri. Matanya menatap tajam kedua orang yang bertarung di depannya. Beomgyu lalu berlari menuju tengah-tengah mereka saat kedua orang itu akan menyerang satu sama lain.
Taehyun dan Hueningkai terpental secara bertolak belakang. Kekuatan asli Beomgyu terlalu dahsyat untuk dilawan. Beomgyu lalu berjalan mendekati Hueningkai yang sedang kesakitan. Tatapan matanya tajam, seperti mata elang yang melihat mangsanya.
"Dengarkan aku sebentar saja!" kata Beomgyu tegas. Beomgyu lalu menarik kerah jubah Hueningkai sambil terus menatapnya. Badan Hueningkai sudah lemas tak dapat melawan.
"Kau ini munafik! Kau bilang ingin perdamaian, tapi kau mengorbankan orang lain, bahkan banyak prajurit yang mati karenamu. Orang sepertimu hidup selamanya pun tak akan mengubah apapun. Tebus kesalahanmu dengan memerintah dan lindungi rakyatmu di sana dengan benar, bodoh." kata Beomgyu. Ia lalu melepaskannya, membiarkan Hueningkai jatuh tersungkur ke lantai.
Perlahan, Beomgyu kemudian berjalan menuju Soobin. Menilik bagaimana kondisi Kakak semata wayangnya. Ia menyandarkan Soobin yang tak sadarkan diri pada tembok di dekatnya. Taehyun bangkit dan mendekati mereka. Tak lama, beberapa Prajurit Api datang, mengiringi berakhirnya sore berdarah itu.
日食
Hai, lama tak jumpa!
Hihi itu editannya bonus spesial dariku.
Terima kasih ya sudah membaca sampai sejauh ini 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Solar Eclipse | Taegyu
FanfictionPutra mahkota Kang Taehyun ditakdirkan sebagai sang Bulan sejak lahir. Ia harus menikahi sang Matahari sebelum bulan purnama ketiga tahun naga api, atau ia akan mati. Berhasilkah ia menikahi sang Matahari sebelum waktunya berakhir? Genre: Boys Love...