Negara Angin

3.4K 637 27
                                        


日食

Fajar baru menyongsong, namun para penghuni kerajaan telah berkumpul di halaman istana. Seorang pemuda gagah mendekati ibunya, menatap surai lembut dengan penuh kasih sayang.

"Ibunda, mohon pamit. Doakan aku. Aku akan segera kembali dengan menantumu," kata Taehyun.

Sementara sang bunda meneteskan sedikit air mata seraya berkata, "Jaga dirimu baik-baik anakku." Ibunya mengusap lembut bahu pangeran, menyalurkan sejuta semangat untuk petualangannya.

Pangeran melepaskan pelukannya, ia lalu menaiki kuda coklat yang sedari tadi telah menunggunya. Jubah hitam beraksen maroon khas Negara Api, menjadi kebanggaan keberangkatannya. Ia mulai mengendarai kudanya diikuti Panglima Yeonjun di sampingnya. Mereka berangsur meninggalkan wilayah istana.

Arah timur dipilih sebagai awal tujuan, artinya mereka akan menuju Negara Angin. Negara Angin, sebuah negara yang terletak pada sisi timur. Berbatasan dengan Negara Api di utara, Negara Bumi di barat, dan Negara Air di selatan. Negara cantik yang memiliki banyak savana dengan angin yang berhembus kencang. Konon, negara ini dinobatkan sebagai negara paling aman di antara 3 lainnya. Hal itu bisa jadi benar, mengingat raja di negara ini sangat menghormati orang dari luar dan memperketat keamanan saat terlihat mencurigakan. Rakyatnya pandai berdagang, area geografisnya cocok ditanami gandum.

Setelah melakukan perjalanan hingga tengah hari menggunakan kuda, sampailah mereka berdua pada gerbang masuk Negara Angin. Penjaga gerbang mempersilakan mereka memasuki ruang perijinan. Memang agak sedikit rumit ketimbang negara lain yang hanya memberi pajak saja sudah diperbolehkan masuk. Negara ini memang berusaha menjaga keamanan rakyatnya.

"Siapa Anda berdua ini? Apa tujuan Anda memasuki wilayah kami?" tanya petugas imigrasi. Taehyun tersenyum manis lalu menjawab, "Perkenalkan, saya Kang Taehyun dari Kerajaan Atsui. Lalu, ini teman saya, Panglima Yeonjun. Tujuan kami kemari untuk mencari tunangan saya yang hilang." 

Petugas imigrasi mengambil dua helai pita putih dengan sulaman aksara di tengahnya. Ia lalu memberikannya pada dua orang di hadapannya ini. "Gunakan ini, jangan sampai hilang. Jika Anda menghilangkan ini, Anda dapat dianggap sebagai penyusup. Ketika akan keluar dari Negara Angin, Anda berdua juga harus mengembalikannya," kata si petugas.

Mereka berdua lalu memasuki Negara Angin. Sederetan padang rumput nan hijau membentang sejak awal perjalanan mereka. Angin tak terlalu kencang membuat suasana sejuk khas lereng gunung menjadi lebih terasa di badan. Tak jauh mata memandang, tampak pemukiman warga yang damai. Taehyun menampilkan senyum ringan, bersiap menemui takdirnya.

"Panglima, kita cari dulu tempat makan untuk makan siang sambil mencari informasi," kata Taehyun menengok ke arah Yeonjun dengan mengendalikan kudanya pelan. Panglima hanya menjawab dengan anggukan, lalu mengikuti laju si pangeran di depannya.


日食

Makan, istirahat, perjalanan lagi. Hari pertama mereka nihil. Mereka memutuskan untuk mencari penginapan.

Malam itu Taehyun duduk termenung di jendela, lagi-lagi dengan menatap rembulan. Dinginnya angin malam yang menusuk, ia abaikan. Yeonjun menatap dengan tatapan khawatirnya. "Taehyun, jika kau duduk di sana sepanjang malam, bisa-bisa kita tak bisa mencari Mataharimu besok pagi. Beristirahatlah, besok kita akan melanjutkan perjalanan," kata Panglima Yeonjun

"Apa kau tahu tujuan akhir kita kemana?" tanya Taehyun dengan tatapan lelah.

"Hmm ... belum, tapi kita harus usaha dulu, 'kan? Sekarang istirahatlah, jika kau sakit kita tidak bisa berlanjut." 

"Baiklah," ucap Taehyun pasrah.


日食

Besoknya, mereka kembali melanjutkan misinya. Berulang terus berhari-hari tanpa hasil, hingga pada suatu hari mereka mendengar suatu percakapan di sebuah tempat makan.

"Dia pengendali api, tapi lahir dari keluarga air, hahaha aneh bukan?" ucap seorang lelaki paruh baya yang sedang meneguk tehnya.

"Mungkin saja ibunya berselingkuh dengan pengendali api, kita mana tahu, 'kan?" kata pria lainnya menyahut diiringi tawa.

"Tapi, rumor-rumornya dia itu anak yang istimewa. Dengar-dengar banyak yang menyukainya, ia banyak dicari."

Tiga orang lelaki paruh baya, sedang berbincang-bincang di meja makannya. Rupanya hal itu menarik perhatian telinga Taehyun. Ia lalu berjalan menghampiri mereka.

"Permisi Paman, bolehkah saya bergabung?" tanya Taehyun.

Ketiga lelaki itu tersenyum, lalu mempersilakan Taehyun bergabung bersama mereka. Sementara itu, Yeonjun mengawasi mereka dari meja lain.

"Saya tidak sengaja mendengar obrolan Anda, jadi saya ada sedikit penasaran. Memangnya ada pengendali api yang lahir dari keluarga air?" tanya Taehyun memulai pembicaraan.

"Sebenarnya kami juga belum pernah melihat orangnya langsung, tapi rumor-rumor di masyarakat mengatakan begitu," kata seorang yang memakai gelang di tangannya. Taehyun mengernyitkan dahi. "Tapi itu kan hanya rumor, bisa jadi tidak benar 'kan, Paman?" sanggah Taehyun.

"Aku rasa itu bukan hanya rumor biasa, karena yang kudengar sampai ia dilarang masuk ke Negara Angin."

"Benarkah?" tanyanya terkejut.

"Kau tau, kan, raja di sini sangat menjaga keamanan rakyatnya. Kabarnya anak itu diincar oleh para raja bumi."

"Mengapa? Apakah dia melakukan kejahatan?" Taehyun semakin penasaran.

"Dengar-dengar dia sudah diramalkan dapat memberi Negara Bumi kekuatan yang besar. Makanya dia jadi incaran."

"Kasihan sekali ..." kata Taehyun. Wajahnya menampilkan raut wajah sedih. "Apakah Anda tahu, saat ini dia ada dimana?" tanya Taehyun.

"Entahlah anak muda, dengan latar belakang seperti itu, bisa saja Negara Air jadi korban keganasan para pengincarnya," kata pria berambut gondrong.

Satu pria lainnya menatap dengan penasaran lalu bertanya, "Kau terlihat begitu tertarik padanya? Kau ini siapa?"

Taehyun tersenyum ramah. "Saya tidak pernah mendengarkan cerita seperti itu Paman, jadi saya merasa penasaran. Saya ini hanya pengembara yang sedang menjelajah bersama Kakak saya itu," kata Taehyun sambil menunjuk Panglima Yeonjun. Mereka semua menengok ke arah yang ditunjuk Taehyun. Yeonjun hanya tersenyum sambil meminum air di depannya. 

"Apa kalian dari Negara Api?" 

Taehyun hanya mengiyakan pertanyaan itu. Jubah hitam dengan aksen maroon yang ia kenakan tentunya sangat khas dengan Kejaraan Api, berbanding terbalik dengan jubah putih yang biasa orang dari wilayah angin kenakan.

Informasi yang ia dapatkan dirasa telah cukup untuk melanjutkan perjalanan. Ia lalu memohon pamit kepada tiga orang itu, takut-takut jika mereka mempertanyakan hal yang lebih detail tentang asal-usulnya. 

Ia lalu melanjutkan perjalanannya, menuju arah selatan.

"Aku akan menyelamatkanmu, matahariku."


日食

Solar Eclipse | TaegyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang