"Gue butuh lo Alya!" gumam Ken.
"Gue di sini, Ken!"
Ken mengangkat wajahnya, ia mengerjapkan matanya berkali-kali. Apakah ia tidak salah lihat? Apakah itu benar Alya? Ataukah ia sedang berhalusinasi sekarang.
"Alya?"
Alya mengeluarkan sapu tangan dari sakunya. Ia berjongkok di depan Ken, mengelap air mata cowok itu. Hati Ken terenyuh, ia semakin merasa bersalah.
"Gue udah nepatin janji gue sekarang. Gue akan selalu ada saat lo butuh, gue selalu siap kapanpun itu!" tutur Alya.
Ken menunduk, ia kembali terisak. Ia tidak peduli Alya menganggapnya cowok lemah dan cengeng, ia hanya sedang ingin menangis.
"Maaf," ucap Ken tiba-tiba.
"Maaf buat apa?"
"Maaf buat semuanya, maaf udah ngebentak lo tadi, maaf karen udah kasar, maaf karena belum bisa jadi sahabat yang baik buat lo, dan maaf ... karena gak peka terhadap perasaan lo."
Alya mengangkat wajah Ken, ia tersenyum, "Gue juga mau minta maaf."
"Maaf gue gak nepati janji gue waktu itu. Janji buat jadi sahabat lo selamanya, perasaan gue yang berubah jadi cinta aja udah mengingkari janji itu."
Ken menari Alya ke dalam pelukannya, kali ini giliran ia yang menenagkan gadis itu. Alya terisak dalam pelukan Ken. Ia senang karena saat ini mereka sudah baikan.
Setelah di rasa lega, Alya melepaskan pelukan Ken. Ia mengangkat jari kelingkingnya di depan cowok itu, "Jadi kita temenan lagi?"
Ken terkekeh,ia menautkan jari kelingkingnya dengan kelingking Alya, "Iya, kita temenan lagi!"
*****
"Lo udah ngelaggar perjanjian kita!" cetus Dina.
Saat ini Nayla berada d rooftop, bersama Dina dan kedua temannya. Dina tidak terima Nayla bertindak sendirian, rencana Nayla sangat berbeda jauh dengan rencana Dina yang sudah mereka sepakati sejak awal.
"Rencana lo butuh waktu terlalu lama. Lo lihat kan? Rencana gue berhasil, Ken sekarang udah jadi pacar gue!"
"Tapi tetep aja, lo harus nepatin janji lo. Lo akan ngasih apapun yang gue mau, inget kan?"
"Yaudah, lo mau apa?"
"Putusin Ken, biarin gue jadi pacar dia."
Nayla menatap Dina sinis, "Maksud lo apa? Bukannya lo ngedukung gue?"
Dina melipat tangannya di depan dada, "Lo bodoh Nay. Lo terlalu percaya sama gue, padahal lo gak tau apapun tentang gue!"
"Gue suka sama Ken udah lama, asal lo tau! Dan tiba-tiba lo minta bantuan gue buat deketin Ken? Lo pikir gue bodoh mau bantuin lo? Gak Nay! Gue cuma manfaatin lo, buat ngejauhin Alya dari Ken!"
"Dan lo ngegagalin rencana gue, lo malah ngerebut Ken dari gue!"
Nayla tercengang, ternyata selama ini ia salah memberikan kepercayaannya.
"Jadi lo mau? Nyerahin Ken buat gue?"
"Gak! Gue gak mau!"
Tangan Dina terulur menarik rambut Nayla, gadis itu meringis, "Oke kalo gitu, liat aja apa yang terjadi sama lo!"
"Jangan pernah main-main sama gue Nay!"
*****
Nayla berjalan menuju kelasnya, sepanjang koridor banyak orang yang menatap aneh kearahnya. Nayla di buat bingung, memangnya ada yang salah dengan penampilannya? Mengapa mereka menatapnya sinis?
"Kenapa kalian lihat-lihat hah?" teriak Nayla.
Mereka semakin berbisik-bisik.
"Kayaknya dia belum baca berita sekolah deh!"
"Dih nyesel gue dukung dia, ternayata yang jahat dia!"
"Mukannya kelihatan polos, tapi kelakuaanya? Bener-bener di luar ekspetasi!"
Begitulah sekiranya bisik-bisikan mereka yang masih bisa Nayla dengar. Dengan segera gadis itu mengecek ponselnya, ia membuka berita sekolah hari ini. Nayla menutup mulutnya tidak percaya dengan apa yang ia baca.
Disana diberitakan tentang kebenaran antara Alya dan Nayla. Yang jadi penikung ternyata Nayla, dan ia menuduh semuanya pada Alya. Nayla bisa melihat banyak komentar negatif yang orang-orang berikan padanya.
Nayla yakin, ini pasti ulah Dina!
Gadis itu berlari, mencari keberadaan Dina. Ia tidak terima gadis itu membongkar semua aibnya.
*****
"Gue bilang hapus!"
"Gak akan Nayla, lagian lu sih, bandel gue kasih tau!"
"Gue bakal ngasil lo uang, sebanyak apapun yang lo mau tapi tolong hapus berita itu!"
"Permintaan gue masih sama, gue mau Ken!"
"Tapi gue gak mau sama lo!" Suara berat seseorang membuat keemlat gadis itu menoleh. Ken sedang berjalan ke arah mereka.
"Siniin ponsel lo!" bentak Ken.
"Buat apa, beb?"
"Siniin!" Ken merebut ponsel Dina dengan paksa. Ia lalu mengotak-atik ponsel itu, untung saja ponsel Dina tidak terkunci. Dengan segera ia menghapus semua berita menyakut Nayla. Setelah selesai, barulah ia megembalikan ponsel itu.
Ken menggandeng tangan Nayla.
"Urusan lo sama dia udah selesai, jangan pernah ngusik kita lagi!" Setelg mengucapkan itu, Ken menarik Nayla pegi bersamaanya dari tempat itu.
Nayla menyentakkan tangan ken dengan kasar, cowok itu mencekal tangannya terlalu kuat hingga berbekas tanda kemerahan.
"Jadi gitu cara lo buat dapetin gue?!" nada bicara Ken naik satu oktaf.
Nayla menunduk tidak berani menatap cowok itu.
"Lo pikir gue barang? Yang bisa seenaknya buat lo jadiin taruhan?"
"Gue pikir lo cewek baik Nay, itu yang buat gue tertarik sama lo. Tapi ternyata gue salah, lo bukan cewek baik!"
Nayla masih diam, ia benar-benar tidak tahu harus menjawab apa.
"Jawab, Nay!"
"Jadi mau lo apa?"
"Gue mau lo minta maaf sama Alya!"
"Iya gue juga niatnya gitu, gue merasa bersalah banget sama dia."
Ken menghela napas, sulit mengatakan ini namun ia tetap harus memutuskannya.
"Maaf, Nay. Tapi gue gak bisa ngelanjutin hubungan kita."
Nayla terdiam, matanya mulai memanas, "Maaf, Nay. Gue sadar, di sini gue yang salah. Gue juga sadar kalo gua telah mencintai dua hati di saat yang bersamaan. Gue salah, maafin gue!"
Nayla tersenyum samar, "Iya. Gue nerima keputusan lo. Makasih udah ngisi hari-hari gue selama ini. Maaf karena gue gak bisa jadi yang terbaik buat lo."
Nayla menatap Ken lekat, "Makasih untuk hari-harinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Friend, not more [COMPLETE!✔]
Teen FictionTerjebak dalam Friendzone? Menyakitkan bukan? Saat dimana kita tidak bisa mengekspresikan perasaan, hanya karena takut dengan kata kehilangan. Alya dan Ken, adalah sahabat yang sudah berteman sejak kecil. Keduanya kerap disangka sepasang kekasih ka...