Ken berjalan di koridor kelas 11 Ipa, mengunjungi kelas Alya lebih tepatnya mengunjungi Nayla. Ia ingin mengajak gadis itu pulang bersama. Akhir-akhir ini mereka jarang sekali berangkat sekolah bersama. Ken merasa ada yang berbeda dari Alya.
Ia sudah mengirim pesan pada gadis itu, namun Alya 'tak kunjung membalas pesannya. Alhasil Ken mendatangi langsung gadis itu kekelasnya.
Saat di persimpangan koridor, ia berpapasan dengan Nayla yang sedang berjalan dari arah yang berlawanan darinya. Gadis itu tersenyum, ia berlari kecil mendekati Ken.
"Ken, mau kemana?"
"Mau ke kelas lo."
"Ngapain? Mau ketemu gue ya?" tebak Nayla.
"I-iya mau ketemu lo," bohong Ken.
"Mau ngajakin pulang bareng ya? Ayo deh kalo gitu,kebetulan gue gak di jemput hari ini."
Bukan itu sebenarnya maksud Ken, tapi tidak apa, tidak mungkin ia menolak keinginan gebetannya.
"Yaudah ayo!" Nayla merangkul lengan Ken, membuat cowok itu tersenyum tipis.
Mereka berdua berjalan bersamaan menuju parkiran.
*****
"Karena hari ulang tahun sekolah kita sudah dekat, Pak Kepsek meminta kepada saya dan kalian untuk merancang acara yang meriah untuk hari itu. Jadi jika kalian ada saran, ide, atau semacamnya silahkan keluarkan pendapat kalian," ucap Ryan membuka rapat bersama anggota OSIS hari ini.
"Kita bikinnya yang meriah kak, dan terbuka untuk umum. Jadi yang dateng bukan cuma siswa di sini aja, tapi mereka bisa mengajak temen atau saudara mereka supaya ikut meramaikan," usul Tata, salah satu anggota OSIS.
Ryan mengangguk, "Boleh juga ide kamu, yang lain? Ada yang mau menambah atau meberi masukan?" tanya Ryan pada anggota yang lain.
Ia melirik ke arah Alya yang sedang duduk disampingnya. Sejak tadi gadis itu terus menundukan kepalanya, tidak biasanya Alya seperti itu. Jika sudah membasah tentang kegiatan sekolah, pasti gadis itu yang paling bersemangat.
"Alya? Lo ada masukan?" tanya Ryan membuyarkan lamunan Alya.
Alya mengangkat wajahnya, "Hah? Kenapa?"
"Fokus Al," pesan Ryan.
Alya mengangguk lemah, "Maaf."
"Yaudah gimana? Lo ada pendapat atau tambahan buat ide Tata tadi?"
Alya berpikir sejenak. Kegiatan yang meriah? Terbuka untuk umum? Tiba-tiba ia teringat Ken. Dulu waktu kecil, ia sangat menyukai tempat ramai. Mereka berdua sering mengunjungi tempat itu bersama. Bazar, satu kata itu yang saat ini terlintas di kepala Alya.
"Gimana kalo kita adain bazar? Terbuka untuk umum. Konsep acaranya kita rancang se-meriah mungkin. Terus kalo bisa kita tambahin stand-stand yang menjual makanan. Jadi nanti tamu yang datang bisa sambil jajan," usul Alya.
Ryan tersenyum, ia memang tidak salah memilih patner. Selain ramah dan baik, Alya juga cerdas dan kreatif.
"Yang lain? Setuju?"
Seluruh anggota OSIS kompak mengangguk. Mereka sangat bersemangat dengan topik rapat hari ini. Buktinya mereka dengan mudah saling bertukar pendapat.
Karena terlalu asik berbincang, tidak terasa hari sudah semakin sore. Setelah Ryan menutup rapat dengan resmi, barulah para anggota OSIS dipersilahkan untuk pulang.
Tinggalah Alya dan Ken di dalam ruang OSIS, gadis itu merapihkan beberapa proposal sebalum pergi. Ia menyalakan ponselnya yang tadi sempat ia nonaktifkan untuk menghemat baterainya yang lemah.
Matanya membulat saat dapat banyak panggilan tidak terjawab dari Ken. Cowok itu juga banyak mengirimkannya pesan.
Ken😤
Alya
Al
Lo kenapa sih? Ngembek?
Jan ngambek lah entar cantiknya ilang
Al, pulang bareng yuk
Bales napa Al:v
Alya gue ke kelas lo
Angkat kek telponnya
Alya gue balik duluan ya
Bareng Nayla.
Alya tersenyum tipis ketika membaca pesan terakhir yang Ken kirim. Tidak apa, ia sudah mulai terbiasa.
Ryan melirik Alya yang begitu fokus pada ponselnya, "Al!"
Panggilan dari Ryan membuat Alya menoleh, "Kenapa, yan?"
"Pulangnya bareng gue aja ya, Ken kan udah pulang duluan," tawar Ryan.
"Eh gak usah, gue bisa pulang sendiri kok."
"Naik apa? Angkot? Jam segini udah gak ada angkot yang lewat. Bareng gue aja ya, gue khawatir kalo lo pulang sendiri," bujuk Ryan. Akhirnya Alya mengangguk megiyakan.
"Yaudah, gue ke kelas dulu ambil tas."
"Mau gue anter?"
"Gak usah, gue masih berani kali," tolak Alya membuat Ryan mengangguk.
*****
Alya menyusuri koridor kelasnya yang sepi, hari semakin sore, membuat koridor itu tampak seram untuk di lewati. Namun Alya tidak mengurngkan niatnya untuk kembali ke kelas.
Gadis itu membuka pintu kelasnya yang tertutup. Ia lalu melenggang masuk, merapihkan beberapa alat tulisnya kedalam tas kemudian meneteng tas itu keluar dari Kelas.
Baru saja ingin meneteng tasnya, tangan ya tiba-tiba di tarik dengan kuat oleh seseorang, otomatis tasnya terjatuh. Alya melihat tiga orang sedang menyeretnya dengan paksa ke suatu tempat. Gadis itu mencoba memberontak, berusaha lepas dari tiga orang itu. Namun usahanya sia-sia saja, ia tidak bisa melawan tiga orang itu seorang diri. Kini ia hanya pasrah, mengikuti kemana mereka membawanya.
Ken, Ryan, tolongin gue .... -lirih Alya dalam hati.
*****
Ryan mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja, sudah 30 menit Alya pergi namun tak ada tanda-tanda gadis itu kembali. Ryan bangkit, lebih baik ia menyusul gadis itu.
Namun saat tiba di kelas Alya, Ryan tidak menemukan gadis itu disana. Tas Alya masih ada, namun kemana orangnya? Ryan berjalan keluar, mungkin Alya sedang pergi ke toilte atau tempat lain.
Setengah jam menunggu di kelas itu, Alya juga tidak kunjung kembali. Ryan mulai panik, ia memilih mengecek Alya ke toilet cewek. Kepanikan itu semakin menjadi saat ia tidak menemukan Alya disana. Ryan mencari ke setiap kelas, ia mempercepat langkahnya mencari keberadaan gadis itu.
"Alya, lo di mana sih?"
"Harusnya tadi gue nganterin lo!"
[TBC]
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Friend, not more [COMPLETE!✔]
Roman pour AdolescentsTerjebak dalam Friendzone? Menyakitkan bukan? Saat dimana kita tidak bisa mengekspresikan perasaan, hanya karena takut dengan kata kehilangan. Alya dan Ken, adalah sahabat yang sudah berteman sejak kecil. Keduanya kerap disangka sepasang kekasih ka...