Alya melepaskan helmya lalu ia berikan pada Ken. Hari ini, ia verangkat bersama cowok. Mau menolak rasa tidak mungkin, karena Ken pasti tetap memaksanya.
Setelah menyerahkan helm pada Ken, Alya ingin segera pergi dari tempat itu. Ia tidak mau Nayla melihatnya bersama Ken, bisa salah paham gadis itu.
"Bentar dulu Al, buru-buru banget. Mau ketemu cowok lu ye?" ucap Ken. Ia mencekal lengan Alya agar gadis itu tidak pergi darinya.
"Dih cowok apaan, gue belum ngerjain tugas jadi harus buru-buru ke kelas."
"Yaudah, belajar yang bener." Ken mengusap pucuk rambut Alya lembut, gadis itu hanya mengangguk singkat.
"Iya, dah." pamit Alya, bergegas melenggang pergi menuju kelasnya.
Nayla yang sejak tadi hanya menyimak adegan mereka mulai mengayunkan kakinya pergi meninggalkan tempat itu. Ia menuju sebuah tempat terlebih dahulu sebelum menuju kelasnya.
Setelah berjalan cukup jauh, sampai lah Nayla di rooftop sekolah. Tempat orang yang ia cari biasa nongkrong di sana.
"Eh, ada Nayla. Gimana rencana gue kemaren? Bagus kan? Itu masih awal aja, permainan yang sebenarnya baru di mulai." ujar Dina saat melihat kehadiran Nayla di sana.
Nayla duduk di salah satu kursi kayu panjang tersedia di sana, "Bagus, tapi kurang asik. Karena dia, Ken ninggalin gue!"
Lala ikut duduk di samping Nayla, ia merangkul bahu gadis itu, "Tenang aja Nay, Dina punya seribu satu cara. Lo gak perlu khawatir."
"Bener tuh, Nay. Tenang aja!"
Nayla bangkit, sebentar lagi bel masuk berbunyi, "Oke, gue pegang omongan kalian. Gue nawarin bonus buat kalian gak main-main, jangan ngecewain gue." Setelah mengucapkan itu, Nayla melenggang pergi, tanpa meninggu balasan dari Dina.
"Oke, kita lihat aja akhirnya. Siapa pemenang yang sebenarnya," gumam Dina.
*****
Alya memasuki kelasnya yang ramai, di sana ia belum menemukan tanda-tanda kehadiran Nayla. Hanya ada Resya yang sedang duduk di bangku miliknya sambil mencatat sesuatu di sana.
Gadis itu berjalan mendekati Resya, ia merasa tidak enak bermusuhan dengan gadis itu. Harusnya saat itu, Alya tidak perlu marah, Resya kan hanya memberitahunya. Belum tentu gadis itu benar-benar membenci Nayla.
"Pagi Res," sapa Alya, mendaratkan bokongnya di bangku yang terletak di samping Resya.
Resya menoleh, gadis itu bingung sekaligus senang karena Alya sudah menegurnya kembali.
"Lo, nyapa gue?" tunjuknya pada diri sendiri.
Alya mengangguk, "Iya, masa nujuk setan sih!"
Tiba-tiba Resya menarik tubuh Alya ke dalam pelukannya. Dengan senang hati Alya membalas pelukan itu, jujur ia juga rindu sahabatnya satu ini.
"Gue pikir lo gak mau lagi temenan sama gue Al, gue kira lo bener-bener musuhin gue. Nyebelin banget lo!" ujar Resya meluapkan kekesalannya.
Bukannya meminta maaf, Alya justru terkekeh mendengar pernyataan Resya.
"Lo gak salah, kenapa gue harus musuhin lo. Gue yang minta maaf waktu itu udah bentak-bentak lo."
"Udah Al, gak usah di bahas lagi. Mending bagi contekan, gue belum tugas fisika!" celetuk Resya mengundang jitakan Alya.
"Baru juga baikan, udah bikin darah tinggi aja lo!" Alya merogoh tasnya, mencari buku bersampul hijau lalu ia berikan pada Resya.
"Nah gini kan, enak!"
"Enakan di lo!"
Kedatangan Nayla membuat Alya beralih menatap gadis itu. Tidak seperti biasanya, tidak ada senyum ceria yang tercetak di paras cantik milik Nayla.
"Pagi, Nay!" sapa Alya namun tidak dihiraukan gadis itu.
Resya ikut menatap ke arah Nayla, ada apa dengan gadis itu? Resya bisa menebak, sebentar lagi sikap aslinya akan nampak.
Alya membalikkan badannya, siap menghujani gadis itu beribu pertanyaan tentang sikap Nayla yang berubah.
"Nay, lo gak papa? Lo sehat, kan?"
"Gak usah sok peduli, Al," jawab Nayla sekenannya.
Alis Alya menyatu, kenapa tiba-tiba Nayla bersikap dingin seperti itu? Apa ia telah membuat kesalahan.
"Lo kenpa gitu, Nay? Kok berubah sih gue kan --"
"Pagi anak-anak!" sapa Pak Bimo yang baru saja memasuki kelas.
Nayla menatap ke depan dengan tatapan datar, Alya menghela napas. Ia akan menayakan gadis itu saat jam istirahat saja.
*****
Sekarang kelas XI IPS sedang free, sudah tentu menjadi surga tersendiri untuk mereka. Ken dan Bayu bersama teman cowok mereka yang lain sedang duduk dipojokan kelas. Mereka mengadakan konser dadakan.
Raka baru saja masuk kelas, sebelumnya cowok itu mampir ke kanti terlebih dahulu. Ia menyerahkan sebuah kresek hitam pada Ken.
"Nih, buat lo."
"Wih, tumben lu nraktir gue, Ka. Lo ultah apa gimana?" Ken menerima kresek itu dengan senang hati.
"Kok dia aja, Ka. Buat gue mana?"
"Itu bukan dari gue bambang!"
"Lah terus dari siapa?"
Raka mengedikkan bahunya, tidak tahu, "Tadi ada adek kelas yang nganterin, katanya titipan buat Ken. Pas gue tanya dari siapa, dia gak jawab."
Ken membuka kresek itu. Isinya banyak snak dan jajan-jajanan yang bisa di bilang lumayan mahal. Yang menarik perhatian Ken adalah coklat. Ketika melihat coklat ia teringat Alya, gadis itu dulu sangat menyukai coklat.
"Wah, si Ken punya pengagum rahasia. Pengen juga punya gituan," celetuk Amar.
"Mimpi aja lu!" sahut Raka.
"Orang syirik bilaik ya kayak gitu!" balas Amar tidak terima.
"Lo berdua sama aja!" timpal Bayu.
Raka merebut kresek hitam itu dari Ken, tanpa permisi ia membuka kresek itu tanpa izin Ken.
"Wih banyak coklat, buat gue ya Ken."
Ken merebut coklat itu dari Raka, "Enak aja, ini coklat mahal!"
"Baru pulang di marahin, ngajak berantem?!"
"Goblok!"
"Eh Ken, ada suratnya nih," ujar Amar menyodorkan secarik kertas itu pada Ken.
"Cie cie, siapa sih nih orang. Kok demen ya modelan kek Ken."
Ken tidak menghiraukan ucapan Raka. Ia membuka lipatan kertas itu, lalu membaca surat yang di tulis tangan oleh seseorang.
Udah nerima hadiahnya? Gimana suka? Mungkin itu belum seberapa, tapi gue harap lo suka. Lo penasaran siapa yang ngirim kan? Lo pasti penasaan juga siapa gue. Kalo gitu gue tunggu lo di rooftop pulang sekolah. Gue mau ngomong sesuatu sama lo.
See you💋
Alis Ken menyatu, otaknya terus menebak siapa orang di balik surat itu. Ia kenal banyak cewek sampai bingung salah satu di antara mereka yang menyukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Friend, not more [COMPLETE!✔]
Teen FictionTerjebak dalam Friendzone? Menyakitkan bukan? Saat dimana kita tidak bisa mengekspresikan perasaan, hanya karena takut dengan kata kehilangan. Alya dan Ken, adalah sahabat yang sudah berteman sejak kecil. Keduanya kerap disangka sepasang kekasih ka...