JFNM | 17. Sahabat atau Cinta?

61 6 0
                                    

Jam pelajaran fisika sedang berlangung, seluruh siswa/siswi kelas XI IPA 2 sedang sibuk berkutat dengan selembaran kertas berwaran putih, yang berisi soal-soal.

Resya menatap nanar Alya yang duduk di depannya. Gadis itu meminta Nayla untuk duduk di tempat Resya, alhasil Resya duduk di bangku milik Nayla.

Alya menoleh kesamping, menatap Nayla yang sedang fokus mengerjakan soalnya. Pernyataan Resya kembali menghantui pikirannya. Apakah Nayla benar-benar melakukan itu? Lalu untuk apa? Bukankah selama ini persahabatan mereka baik-baik saja?

"Alya? Kamu sudah selesai?" tegur Pak Bimo, saat mendapati Alya yang sedang menghayal.

Gadis itu mengangguk, "Sudah Pak!"

"Buset, dah selesai aja lu Al. Gue baru satu nomor udah puyeng nih pala!" celetuk Tresno, menatap lembar kertas miliknya dengan tidak minat.

"Alya kan pinter, otak kentank kek lu mending diem deh!" sahut Zaki, rival bebuyutan Tresno.

Masih banyak pujian lainnya yang mereka layangkan untuk Alya. Tanpa gadis itu sadari, Nayla di sampingnya tersenyum simpul. Tidak suka dengan semua pujian itu tertuju pada Alya.

Kali ini nikmatin aja pujian mereka, sebelum semuanya berubah jadi hujatan.

Alya berjalan ke arah meja guru, menyetor lembaran jawabannya pada Pak Bimo. Setelah itu, ia diperbolehkan untuk keluar kelas.

Kaki Alya terus mengayun tanpa henti, daripada gabut, gadis itu memilih mengunjungin perpustakaan saja. Membaca beberapa buku untuk menghilangkan rasa jenuh.

Saat membuka pintu perpustakaan, suasana pertama yang ia rasakan adalah hening. Gadis itu menyusuri rak buku, mencari beberapa buku yang bagus untuk dibacanya.

Alya menemukan buku yang menarik perhatiannya. Sayangnya, buku itu terletak di rak paling atas. Gadis itu sedikit berjinjitkan kakinya, mencoba meraih buku itu. Namun usahanya sia-sia saja, tanganya bahkan tak sempat menyentuh sampul buku itu.

Sebuah tangan terulur dengan mudah menjangkau buku itu. Alya mengangkat kepalanya, menatap si pemilik tangan yang tiba-tiba muncul disampingnya.

Orang itu menyodorkan buku yang ia ambil pada Alya, "Ini, mau buku ini kan?" tanyanya.

Alya mengangguk, lalu tersenyum pada orang itu, "Makasih," ucapnya.

Tangan orang itu terulur mengusap lembut pucuk rambut Alya, "Makanya tumbuh tuh ke atas!"

Alya mencebikkan bibirnya, ia menepis tangan orang itu lalu berjalan kearah salah satu meja yang tersedia di dalam perpustakaan.

Orang itu tertawa, gemas melihat tingkah Alya. Ia mengekori gadis mungil itu, juga ikut bergabung di meja yang ditempati Alya.

"Jangan ngambek dong, Al," katanya, menatap Alya yang sedang fokus membaca bukunya.

"Al, jangan lupa lo masih punya utang traktiran sama gue!" celetuk orang itu, menarik atensi Alya.

Alya menurunkan bukunya, agar bisa melihat dengan jelas wajah lawan bicaranya saat ini.

"Lu sama aja kayak Ken, perhitungan!" timpal Alya, membuat cowok itu terkekeh.

Suasana kembali hening, Alya dan Ryan sibuk dengan bacaan mereka masing-masing. Orang tadi adalah Ryan. Ia tidak sengaja mendapati Alya yang kesusahan meraih bukunya. Karena gemas, Ryan mendekati gadis itu dan membantunya mengambil buku itu.

Gadis itu kembali teringat sesuatu, ia menatap Ryan. Mungkin tidak ada salahnya bertanya pada cowok itu.

"Ryan!" panggil Alya.

"Hmm?" jawab Ryan, tanpa memalingkan wajahnya dari buku yang sedang ia baca. Seperti itulah Ryan jika sudah tertarik dengan bacaanya.

Alya menutup kembali bukunya, "Gue mau tanya."

"Tanya apa?"

"Antara sahabat sama cinta, lo pilih yang mana?" Pertanyaan Alya mengundang atensi Ryan. Cowok itu juga menutup bukunya, agar bisa menanggapi pertanyaan Alya dengan serius.

Ryan meletakkan jarinya di dagu, menimang-nimang jawaban apa yang ia pilih dari pertanyaan Alya tadi.

"Hmm, dua-duanya hal yang penting bagi seseorang," ujarnya.

"Tapi kalo gue, gue lebih milih sahabat," jawan Ryan, setelah sekian lama berpikir.

"Alesannya?"

"Cinta masih bisa di cari, kalo emang jodoh kita bukan dia. Sedangkan nyari sahabat itu susah, apalagi sahabat yang benar-benar setia dan peduli. Ada sih, tapi sulit dapetnya." ucap Ryan.

"Tapi gue gak mau kehilangan salah satunya."

"Iya, memang gak ada orang yang mau kehilangan cintanya. Tapi lo mau, persahabatan lo rusak karena cinta?"

Alya menggeleng lemah, "Gue bingung, yan."

Ryan tersenyum samar, sekarang ia tahu maksud dari pertanyaan Alya yang sudah pasti berkaitan dengan Ken.

Harusnya lo tau Al, gue juga ada di posisi yang sama kayak lo.

"Masalah Ken ya?" tanya Ryan.

"Iya."

"Lo suka sama dia?" Alya mengangguk.

"Tapi dia suka sama orang lain," lanjut Alya, "Gue salah ya yan? Jatuh cinta sama sahabat gue sendiri?"

"Lo gak salah Al, kita kan gak tau pada siapa hati kita akan jatuh."

"Terus gue harus gimana, Yan? Gue bingung."

"Kalo emang dia pantes untuk lo perjuangin, ya lo harus perjuangin. Tapi kalo gak, coba deh lo belajar buka hati lo. Masih banyak orang yang peduli dan cinta sama lo."

Gue misalnya....

Alya mengangguk, ucapan Ryan ada benarnya juga. Ia tidak boleh memaksa Ken untuk membalas perasaannya yang jelas-jelas Ken mencintai orang lain.

"Al," panggil Ryan, ia menatap gadis di depannya lekat.

Alya menoleh, "Kenapa?"

"Kalo lo butuh teman buat cerita, jangan sungkan buat cerita sama gue.  Mungkin gue bukan Ken, yang selalu bisa buat lo nyaman. Tapi gue bakal ada disaat lo butuh."

Sudut bibir Alya terangkat, membentuk sebuah garis senyuman. Gadis itu senang, setidaknya masih ada Ryan yang bisa ia ajak bicara. Mau curhat sama Resya rasanya tidak mungkin, mengingat saat ini Resya membeci Nayla.

"Makasih Yan."

Ken menatap Ryan dan Alya dengan tatapan nanar. Ia tidak dapat mendengar suara mereka dengan jelas, karena jaraknya dari meja Ryan dan Alya bisa dibilang jauh. Namun Ken tau, mereka sedang membahas sesuatu yang penting. Ada rasa kecewa yang Ken rasakan, saat Alya lebih memilih memberitahu Ryan ketimbang dirinya. Apa sekarang Alya sudah tidak mau bersahabat dengannya?

Ia meletakkan sapu yang tadi dipengangnya dengan asal. Tadinya ia dihukum untuk membersihkan perpustakaan, karena tidak mengerjakan tugas dari Bu Ani. Tapi melihat Ryan dan Alya, mood Ken seketika berubah.

Perasaan apa lagi ini?

[To be Continue]

Up lgi hehe
Mulai sekarang aku akan up double, udah di kejar deadline hehe

Jangan lupa votmennya ya

See you👋

Just Friend, not more [COMPLETE!✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang