Alya menyusuri koridor kelasnya yang sepi, hari semakin sore, membuat koridor itu tampak seram untuk di lewati. Namun Alya tidak mengurngkan niatnya untuk kembali ke kelas.
Gadis itu membuka pintu kelasnya yang tertutup. Ia lalu melenggang masuk, merapihkan beberapa alat tulisnya kedalam tas kemudian meneteng tas itu keluar dari Kelas.
Baru saja ingin meneteng tasnya, tangan ya tiba-tiba di tarik dengan kuat oleh seseorang, otomatis tasnya terjatuh. Alya melihat tiga orang sedang menyeretnya dengan paksa ke suatu tempat. Gadis itu mencoba memberontak, berusaha lepas dari tiga orang itu. Namun usahanya sia-sia saja, ia tidak bisa melawan tiga orang itu seorang diri. Kini ia hanya pasrah, mengikuti kemana mereka membawanya.
Ken, Ryan, tolongin gue .... -lirih Alya dalam hati.
Ketiga cewek itu menyeret Alya dengan paksa menuju gudang belakang. Alya sama sekali tidak mengerti maksud ketiga cewek itu membawanya ke sana.
Brak!
Alya meringis saat merasakan perih dipunggungnya. Mereka mendorong Alya kuat hingga punggung gadis itu terbentur dinding.
"Mau kalian apa sih?!" tanya Alya.
"Duh, mau kita apa? Bisa gak sih jadi orang gak usah caper hah!" bentak orang itu.
"Lo punya masalah apa sama gue? Perasaan selama ini gue gak pernah ngusik ketenangan lo!" Alya membalas tatapan ketiga cewek itu.
Mereka berdecak, salah satu dari mereka melipat tanganya di depan dada, menatapnya sinis.
"Gue selama ini diem bukan berarti gue gak punya masalah sama lo. Dulu, gue masih ragu buat ngelakuin ini sama lo. Tapi sekarang, gue udah punya orang yang ngedukung gue!"
"Oke oke, jadi masalahnya apa? Emang gak bisa di bicarain baik-baik?"
"Jangan buru-buru Al, permainan baru aja di mulai!" Lagi-lagi Alya dibuat bingun dengan ucapan orang itu.
"Oh iya, hari ini lo bakal nginep di sini. Selamat menikmati gudang ini Alya."
Mereka bertiga berjalan meninggalkan Alya, gadis itu tidak tinggal diam. Alya berlari mengikuti langkah mereka, namun lagi-lagi tubuhnya di dorong mereka hingga tersungkur ke lantai.
"Selamat tinggal Alya!"
Pintu itu tertutup rapat. Alya mencoba bangkit, meskipun lututnya terasa perih. Ia memutar knop pintu berkali-kali, sayangnya pintu itu terkunci. Pasti mereka sengaja menguncinya disini.
Tubuh Alya merosot ke bawah, ia terduduk lemah di balik pintu sambil memeluk lututnya kuat-kuat. Matanya meneliti sekitarnya, banyak barang rusak yanh sudah berdebu di dalam sana. Semakin sore pencahayaan di gudang itu semakin minim. Alya mencoba menguatkan dirinya agar tidak takut.
"Tenang Al, lo berani lo gak boleh takut!"
Alya mengingat bahwa ia masih menyimpan ponselnya di saku. Dengan segera ia merogoh saku seragamnya lalu mengambil benda piph itu. Sialnya, ponsel Alya tidak bisa dinyalakan. Sepertinya batrai ponselnya sudah habis.
Kini Alya hanya bisa pasrah, ia berharap seseorang segera menolongnya.
"Ken, lo dimana?"
"Gue takut hiks ...," lirih gadis itu.
*****
Brak!
Ken membanting pintu kelas iu saat tidak menemukan Alya di dalam sana. Keringat sudah membanjiri pelipis cowok itu, dengan napas yang terengah-engah ia tetap melanjutkan langkahnya mencari Alya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Friend, not more [COMPLETE!✔]
أدب المراهقينTerjebak dalam Friendzone? Menyakitkan bukan? Saat dimana kita tidak bisa mengekspresikan perasaan, hanya karena takut dengan kata kehilangan. Alya dan Ken, adalah sahabat yang sudah berteman sejak kecil. Keduanya kerap disangka sepasang kekasih ka...