"Berhenti Ken!" Nayla menepuk-nepuk punggung Ken, mengisyaratkan agar cowok itu menghentikan motornya.
Ken menaikan kaca helmnya, ia sedikit berbalik agar bisa melihat Nayla yang sedang duduk di jok belakang.
"Kenapa Nay?"
"Jalan-jalan dulu, Yuk. Jangan langsung pulang dulu."
"Kenapa emangnya?"
"Bokap gue jam segini belum pulang, gue pasti sendiri di rumah. Boleh gak temenin gue jalan-jalan dulu? Bentar aja bisa?"
Cowok itu mengangguk, mengiyakan permintaan Nayla. Dipikir-pikir sudah lama Ken tidak ke mall, mungkin tidak ada salahnya ke sana bareng Nayla. Itung-itung jalan-jalan sekaian kencan.
"Yaudah ayuk gaskeun!" ucap Ken, membuat Nayla tersenyum senang.
Motor Ken kembali melaju, bukan ke rumah Nayla melainkan ke mall.
Tidak butuh waktu lama untuk mereka sampai di mall. Ken memarkirkan motornya terlebih dahulu setelah itu barulah mereka masuk kedama mall yang juga ramai dengan remaja sepantaran mereka.
Nayla merangkul lengan Ken dengan posesif, seolah menunjukan ke orang-orang bahwa Ken miliknya. Bukan tanpa alasan ia melakukan itu. Sejak tadi Nayla banyak melihat cewek-cewek yang menyuri-nyuri pandanhan terhadap Ken. Mereka juga memuji paras tampan yang dimiliki cowok itu. Nayla yang merasa risih dengan tatapan mereka memilih untuk merangkul Ken. Ia ingin mereka tau, bahwa Ken miliknya seorang.
Ken tersenyum tipis melihat rangkulan Nayla ditangnnya. Gadis itu selalu saja betindak secara tiba-tiba, membuat jantung Ken berdegup sangat kencang jika berada di dekat gadis itu.
Mereka berdua terlihat seperti sepasang kekasih yang sangat serasi. Banyak yang melihat mereka dengan iri, banyak juga yang mendukung dua sejoli.
"Mau kemana dulu?" tanya Ken.
"Makan dulu yuk, gue laper," ujar Nayla.
Mereka memasuki salah satu restaurant yang berada di mall itu. Restauran bergaya classic, cocok menjadi tempat tongkrongan untuk anak-anak muda.
Mereka memilih meja yang terletak di dekat jendela, setelah memesan makanan mereka kini sedang munggu pesanan itu datang sambil berbincang-bincang.
Ken pikir Nayla adalah gadis yang kaku, ternyata ia salah. Gadis itu mudah bergaul dan ramah, sangat mirip dengan Alya. Bahkan Ken merasa ia seperti sedang bersama Alya saat ini. Bicara tentang Alya, Ken jadi teringat gadis itu. Sedang apa Alya sekarang? Apakah ia sudah pulang?
Cowok itu merogoh saku jaketnya, mencari benda pipih yang ia simpan di sana. Ken mengecek pesan yang ia kirim pada Alya. Tidak ada balasan sama sekali yang ia terima dari gadis itu. Saat ingin meletakkan ponselnya di atas meja, ponsel itu tiba-tiba berdering, menampilkan nama Ryan yang tertera disana.
Tumben sekali Ryan menelponnya, apa cowok itu hanya iseng saja. Panggilan pertama tidak Ken angkat, ia terlalu gengsi untuk mengangkatnya.
Namun Ryan tidak henti-henti menelponnya. Hal itu sangat menarik atensi Ken. Dengan segera ia menekan tombol hijau, mungkin ada urusan penting hingga Ryan terus menelponnya seperti itu.
"Kena--"
"Bang!! "
Teriak Ryan dengan napas terengah-engah.
"Kenapa?"
"Lo-Lo lagi sama Alya? Alya ada sama lo?"
Alis Ken menyatu, mengapa Ryan terdengar begitu panik? Bukankan Alya masih d sekolah?
"Gak, dia gak sama gue. Bukannya ada rapat osis sama lo?"
"Tadinya ada sama gue, sekarang gue gak tau dia dimana."
"Lo bercanda Yan? Kalo lo bercanda gak lucu tau gak! Jelas-jelas Alya di sekolah sama lo!"
"Gue serius bang!"
Ryan menjelaskan semua yang terjadi pada Ken. Mulai dari Alya yang meminta izin ke kelas sampai Alya yang tiba-tiba menghilang.
"Terus di mana dia sekarang?!" Ken mulai panik.
"Gue juga gak tau."
"Udah lo cari? Cari ke toilet gitu atau ke mana?"
"Udah, tapi dia gak ada di sana."
Ken menggebrak mejanya kesal, membuat Nayla yang duduk didepannya terkejud.
"Gue ke sana sekarang!" ucapnya, lalu memutuskan telepon dari Ryan secara sepihak.
"Kenapa Ken?" Kini Nayla bersuara, ia sangat penasaran dengan sikap Ken yang tiba-tiba berubah panik.
"Alya hilang!" Nayla tercengang. Dia tidak salah dengar? Alya hilang?
"Sorry Nay, tapi gue harus ke sana sekarang!"
"Tapi lo kan lagi sama gue."
"Iya, maaf. Tapi gue harus pergi, maaf banget Nay."
Ken menyambar kunci motornya, ia melenggang meninggalkan Nayla. Bahkan cowok itu sampai berlari agar ia cepat sampai disekolah.
"Kenapasih lo sekhawatir itu sama Alya!" kesal Nayla, ia menggebrak meja restauran itu saking kesalnya. Banyak pengunjung resatauran yang menatap Nayla aneh, namun gadis itu tidak peduli
Drrtt ... drtt ....
Ponsel Nayla yang terletak di atas meja bergetar, saat melihat nama orang itu tertera di layar ponselnya dengan segera Nayla menekan tombol hijau.
"...."
"Jadi itu ulah, lo?!"
"...."
"Bagus sih, tapi karena dia Ken ninggalin gue gitu aja!"
"...."
"Oke kalo gitu," Nayla memutuskan panggilan secara sepihak.
*****
Ken berlari menuju ruang OSIS, menemui Ryan yang sedang menunggunya di sana.
Ia berlari seperti orang yang kesurupan, begitulah Ken jika sudah menyangkut perihal Alya.Saat sampai di ruang OSIS, Ken mendapati Ryan yang sedang mondar-mandir karena gelisah. Ryan tidak berbohong, ia tidak bersama Alya sekarang.
"Dimana Alya?" tanya Ken.
Ryan menggeleng, "Gue juga bingung mau nyari dia kemana lagi!"
Ken mengusap wajahnya kasar, ada apa lagi ini? Mengapa semua masalah muncul tiba-tiba? Ken mengeluarkan ponselnya, ia menelpon Raka, menyuruh cowok itu datang bersama Bayu untuk membantunya menemukan Alya. Semakin banyak yang mencari semakin cepat gadis itu ditemukan.
"Oke Ka, buruan gue tunggu!" setelah itu, Ken kembali menyimpan ponselnya.
"Gini, kita cari Alya bareng-bareng. Gue udah nelpon Raka sama Bayu supaya dateng bantu kita nyariin Alya."
"Oh iya lo udah cek cctv? Kali aja di depan kelas ada cctv kita bisa tau dimana jejak terakhir Alya."
Ryan menepuk jidatnya, "Oke, lu cari di sekitar sekolah biar gue cek cctvnya."
Mereka berdua berpisah di ruang osis, Ken melenggang mencari Alya ke setiap sudut sekolah. Sedangkan Ryan melenggang menuju ruang keamanan, mengecek cctv berengkali ada sesuatu yang bisa digunakan untuk menemukan Alya.
Maafin gue Al, harusnya tadi gue gak ninggalin lo!-batin Ken.
[ To Be Continue ]
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Friend, not more [COMPLETE!✔]
Fiksi RemajaTerjebak dalam Friendzone? Menyakitkan bukan? Saat dimana kita tidak bisa mengekspresikan perasaan, hanya karena takut dengan kata kehilangan. Alya dan Ken, adalah sahabat yang sudah berteman sejak kecil. Keduanya kerap disangka sepasang kekasih ka...