Part 1

14.4K 884 15
                                    

Winter 2015

Ponsel Taehyung berdering beberapa kali membangunkan lelaki itu dari bunga tidurnya. Ia membuka matanya perlahan lalu meraih ponselnya yang ada di sampingnya. Dengan nyawa yang belum sepenuhnya tekumpul, Taehyung bangun dan menatap ponselnya cukup lama. Lelaki itu menghela napas berat lalu mengusap ponsel touch screen-nya.

Today: Hyerin's Birthday

Seperti pada 19 Januari sebelum-sebelumnya, pagi ini lelaki itu disambut oleh ponselnya yang mengingatkannya pada hari ulang tahun sahabatnya-Hyerin. Lelaki itu beralih menatap sebuah foto gadis kecil yang tersenyum manis pada pigora di atas meja. Jari-jari tangan lelaki itu mengusap foto Hyerin dengan lembut dan mata sipitnya terus menatap senyum yang merekah pada wajah mungil gadis itu. "Selamat ulang tahun Hyerin-ah..." Ia tersenyum tipis meski dadanya terasa begitu sesak tiap kali mengingat gadis itu-sahabat kecilnya yang sekarang entah di mana. Tak ada kabar tentangnya sejak kecelakaan kapal 7 tahun yang lalu.

Taehyung mencoba tersenyum dan tatapan matanya tak juga berpaling dari foto gadis mungil itu. "Kapan kau akan kembali? Sampai kapan aku harus menunggumu seperti ini?" Tanyanya.

"Kau tahu? Sekalipun semua orang mengatakan kau sudah mati, tapi bagiku kau masih hidup. Jadi cepatlah kembali..." Lelaki itu memeluk foto gadis itu lalu memejamkan matanya. "Aku sangat merindukanmu..."

***

Kali ini musim dingin gadis itu mungkin akan berbeda. Setelah menempuh perjalan beberapa jam dan akhirnya mendarat di tanah kelahirannya, Eileen menghela napas lega. Setibanya ia di rumah barunya, gadis itu memamerkan senyumnya yang menawan dan tampak sekali rona bahagia itu terpancar dari wajahnya.

"Kau suka?" Tanya seorang pria pada putrinya. Gadis itu mengangguk dan tersenyum sambil mengamati rumah barunya.

"Baguslah! Anggap saja ini sebagai hadiah ulangtahunmu!" Pria itu tersenyum sambil mengelus rambut putrinya dengan halus.

"Terimakasih Appa...," ujarnya berterimakasih.

"Oh ya, perkenalkan ini Bibi Oh. Ia yang akan mengurus pekerjaan rumah di sini dan menjagamu jika Appa pergi," lanjutnya.

Eileen membungkukkan badan dan tersenyum ramah pada wanita itu."Annyeonghaseyo, Eileen imnida."

***

Sekalipun rasa lelah itu masih eggan pergi, namun Eileen tak ingin melewatkan harinya begitu saja. Usai beristirahat sejenak, gadis itu berniat untuk berjalan-jalan menikmati keindahan kota Seoul bersama ayahnya sekaligus merayakan hari ulang tahunnya hari ini.

Gadis itu dengan penuh semangat menuruni anak tangga. Tak lama ia menghentikan langkahnya tatkala melihat ayahnya sedang merapikan dasi lalu memakai sebuah jas hitam. Eileen pun melangkahkan kakinya menghampiri ayahnya dengan dahi mengerut.

"Appa akan ke mana?"

Pria paruh baya itu tersenyum pada putrinya. "Appa akan ke kantor hari ini karena ada beberapa urusan yang harus Appa selesaikan dan pertemuan dengan beberapa rekan bisnis Appa."

"Sekarang?"

"Tentu saja! Maaf Eileen, Appa harus segera berangkat," Sahut lelaki itu lantas pergi meninggalkan putrinya yang menatapnya dengan rasa kecewa.

Eileen hanya diam dan rasa kesal bercampur kecewa semakin merasukinya. Ternyata ayahnya masih saja tidak berubah. Sesibuk itukah sampai mengacuhkanku? Hari ulang tahun yang menyedihkan.

***

Eileen setidaknya dapat menghela napas lega, semua itu karena gadis cantik bernama Yujin-putri Bibi Oh yang bersedia menemaninya menyesap keindahan Seoul di hari pertamanya menetap di sini. Tak terasa matahari hampir kembali ke paraduannya. Warna jingga mulai membaur dengan warna biru yang menghiasi langit sore. Hampir 5 jam kedua gadis itu berkeliling Seoul dan keduanya berakhir di sebuah distrik-Myeongdong.

Kiss the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang