Plak! Sebuah tamparan berhasil mendarat di pipi gadis itu. Eileen menggigit bibir bawahnya menahan rasa perih pada pipinya yang terasa panas.
"Kau benar-benar memalukan! Apa appa pernah mengajarimu melakukan hal seperti itu hah? Kau benar-benar anak kurang ajar!" Bentak tuan Park pada gadis yang ada di hadapannya.
"Bukan aku yang melakukannya Appa! Sungguh!" Sahut gadis itu berusaha meyakinkan ayahnya.
Tuan Park memijit pelipisnya dan kembali menatap putrinya tajam."Jika bukan dirimu lalu siapa? Dan kenapa Appa harus di panggil oleh wali kelasmu hah? Apa selama ini yang Appa berikan padamu kurang sampai kau mencuri? Sebenarnya apa yang ada di pikiranmu?Bad girl!"
Air mata Eileen tak terbendung lagi. "Appa keterlaluan! Aku bukan pencuri! Aku bersumpah tidak melakukannya!"
"Gadis bodoh!" Ucap lelaki itu lalu meninggalkan Eileen.
"Kenapa Appa tidak mempercayaiku? Hah?"
Gadis itu mengusap air matanya dengan kasar. "Kenapa Appa tidak mau mendengarku? Kenapa? Aku ini putrimu tapi kenapa Appa tidak percaya padaku?"
"Benar, aku memang tak berarti apa-apa bagi Appa. Tapi pernahkah Appa berpikir bagaimana aku di sekolah? Yang Appa pikirkan hanya uang dan kesenangan Appa. Appa tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi! Appa terlalu egois!"
Laki-laki itu menghentikan langkahnya lalu membalikkan badannya menatap gadis itu tajam.
"Apa kau bilang? Kau berani pada Appamu hah?" Ayah Eileen membentak gadis itu dengan keras.
"Itu memang benar! Sekarang berapa banyak waktu yang Appa berikan untukku? Appa selalu sibuk dengan urusan bisnis Appa. Sementara Appa menuntutku untuk selalu melakukan apa yang Appa mau. Aku rela meninggalkan sekolah musik, lalu belajar dengan keras sampai mendapat ranking seperti yang Appa inginkan. Tapi saat aku ingin sebentar saja Appa meluangkan waktu untukku, Appa tidak bisa. Aku tidak meminta apa-apa, aku hanya ingin Appa lebih peduli dan sedikit saja meluangkan waktu untukku, hanya itu!" ucap gadis itu kemudian berlari kecil menuju kamarnya.
....
Eileen menghapus air matanya dan segera mengemasi barang-barang miliknya dan memasukkannya dalam koper. Ia tak tahu lagi harus bagaimana. Yang ada dalam pikirannya saat ini adalah pergi dari rumah.
Ia muak dengan semuanya dan benar-benar kesal. Di saat seperti ini sebenarnya ia ingin bercerita pada ayahnya dan berharap ia dapat menyelesaikan masalahnya atau paling tidak ia mendapat kekuatan untuk menghadapai masalah itu. Tapi nyatanya tidak! Ia malah terpojokkan. Bahkan ayahnya tak percaya dan hanya menyalahkannya.
Malam semakin larut. Gadis itu menatap jam dinding kamarnya yang menunjukkan pukul 11 malam sementara ia tak tahu harus kemana sekarang. Gadis itu memejamkan matanya menahan rasa pening pada kepalanya. Rasanya semua ini begitu berat.
Eileen terus berjalan tanpa tujuan. Perutnya terasa lapar tapi ia tetap tak peduli. Pikirannya benar-benar kacau sampai akhirnya ia berhenti di sebuah atap gedung yang tinggi.
Ia berjalan ke arah tepi gedung itu sementara beberapa orang yang ada di bawah mulai meneriakinya agar tak melakukan hal bodoh itu. Tapi Eileen tak peduli. Kini air matanya tak bisa lagi ia tahan. Ia menangis terisak. Ia benci dengan semuanya! Ia muak dengan semuanya! Satu-satunya yang ada dipikiranhya saat ini adalah mengakhiri hidupnya.
Ya, benar. Eileen rasa ini yang terbaik. Ia tidak akan lagi menderita dan tertekan seperti saat ini. Ia juga akan bertemu dengan ibunya dan hidup dengan tenang di sana. Tidak ada lagi air mata dan luka yang menyakitkan. Semua orang juga pasti akan senang dengan kepergiannya.
....
Taehyung yang baru saja pulang dari rumah Jungkook merasa penasaran melihat keramaian di depan sebuah gedung bertingkat. Pandangan namja itu lalu tertuju pada seorang gadis yang ada di tepi atap gedung itu. Tanpa peduli lagi, namja itu segera turun dari mobil dan memasuki gedung itu lalu segera menuju atap gedung itu secepat mungkin.
Tap tap tap
Samar-samar Eileen mendengar suara derap langkah seseorang. Gadis itu menoleh dan mendapati seorang namja yang berjalan ke arahnya dengan napas tersenggal-senggal.
"Taehyung?"
"Eileen, micyeosseo? Apa yang kau lakukan?"
Gadis itu hanya terdiam dan masih terus terisak.
"Jangan lakukan itu!"
Eileen menggelengkan kepalanya. "Biarkan aku mati. Pergilah!"
"Ku mohon jangan lakukan itu!"
"Jangan mendekat! Atau aku akan benar-benar turun dari sini" ancam gadis itu sambil menatap tajam ke arah Taehyung.
Taehyung menghela napas berat. "Yaa! Sadarlah! Apa yang kau lakukan ini tidak benar!"
Eileen menggeleng. "Biarkan aku mati! Aku ingin mengakhiri semuanya!"
Gadis itu melangkahkan kakinya semakin menepi sementara semua orang yang ada di bawah berteriak histeris.
Selangkah lagi dan...
Grab
Taehyung menarik gadis itu dan mendekapnya erat.
Eileen terus terisak. Ia memukul-mukul Taehyung melampiaskan semuanya. Taehyung hanya diam dan merasakan tangan gadis itu begitu dingin dan tubuhnya yang semakin terasa lemah. Gadis itu mengerjap-kerjapkan matanya menahan pening. Perlahan pengelihatnnya mulai kabur, ia tak bisa lagi mendengar dengan jelas dan tiba-tiba saja tubuhnya ambruk.
Dengan sigap Taehyung menahan tubuh gadis itu "Eileen! Kau kenapa?"
.....
Thanks for read my fanfic...
Vote and comment yaaa
Mian kalo kurang panjang dan banyak typo...
Gomawoyo^^

KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss the Rain
FanfictionKau tahu? Rasa cintaku bahkan jauh lebih banyak daripada rintik hujan yang turun. Tak perlu kau hitung seberapa banyak, karena aku begitu mencintaimu Aku ingin berlari menembus hujan bersamamu. Bernyanyi, menari dan tertawa menikmati setiap tetes ke...