01: Kembali Pulang

1.1K 127 10
                                    

Agam duduk dengan penuh kecemasan di tempatnya. Ia seperti orang yang sedang tidak tenang, sambil tidak berhenti melirik pada jam di pergelangan tanganya. Dirinya seolah sedang menunggu waktu.
Seorang pria sebayanya sedang berbicara di depan sana. Menjelaskan apa yang sedang di tampilkan di proyektor itu.

Kalau bukan karena rapat ini penting untuk kelangsungan hidup perusahaan nya. Ia sudah sejak tadi ingin menyudahi nya. Menghentikan rapat itu, tapi untuk sekarang ia tidak bisa.

Drt Drt Drt.

Satu notif chat masuk ke hpnya. Membuat Agam langsung meliriknya sejenak.

Pak Wa: Biar Pak Wa aja yang jemput Di, di bandara.

Huft.

Agam langsung menghembuskan napas kasarnya. Membuat se isi ruangan itu terdiam. Bahkan pria yang sedang melakukan presentasi di depan sana juga ikut terdiam. Entah mengapa mereka merasa situasi tenang tadi berubah menjadi tegang. Mendengar helaan napas kasar dari bos mereka.

Menyadari itu, Agam langsung mengendalikan dirinya kembali. Ia meminta Rifat untuk kembali melanjutkannya.

"Lanjutkan". Perintahnya. Dan dengan ajaib Rifat langsung kembali melanjutkan pekerjaannya.

Rapat itu berlangsung cukup lama, hingga dua jam kedepan.
Sampai membuat Agam merasa bosan dan ingin segera menyudahinya. Namun, lagi-lagi ia harus bertahan. Karena semua ini untuk kelangsungan perusahaan nya.

Drt Drt Drt

Hp nya bergetar saat ia baru saja keluar dari ruang rapat. Dan saat melihatnya, ada nama Diana tertera di layar ponselnya. Maka dalam tidak sampai tiga detik ia langsung menjawab panggilan tersebut.

"Halo, Di. Kamu sudah sampai?". Ujarnya langsung. Bahkan ia sampai meminta sekertaris nya untuk diam dulu saat ia menerima telfon Diana.

"Sudah, lagi di jalan sama Ayah. Kamu dimana?".

"Masih di kantor, tadinya mau jemput. Tapi ada rapat penting. Maaf ya?".

"Jadi, ada yang lebih penting dari ku sekarang?". Terdengar nada manja dan penuh intimidasi dari suara gadis itu.

Agam tersenyum kecil, sambil berjalan keruangan nya ia terus mendengar ocehan perempuan yang sudah di kenalnya sejak ia masih kecil. Sahabat sekaligus saudaranya sendiri.

"Iya". Jawab Agam tersenyum. "Kenapa? Kamu tidak terima?".

"Tentu saja tidak!. Aku harus selalu menjadi paling penting untuk kamu Agam!."

Agam tertawa mendengar ungkapan posesif itu. Khas seorang Diana.

"Tidak lagi sekarang".

"Kampret!." Klik.

Dan sambungan telfon langsung terputus. Agam hanya terkekeh gemas. Membayangkan muka cemberutnya Diana sekarang. Pasti cewek itu sedang kesal sekarang. Ia hanya menggeleng dan meletakkan hp di atas meja. Barulah saat itu ia menoleh pada Winda sekertaris nya yang sejak tadi mengikutinya dan berdiri di depan meja kerjanya.

"Thanks". Katanya menerima map yang di berikan oleh Winda. "Tolong Cancel nanti sore, saya akan pulang awal hari ini". Ujarnya tanpa menoleh pada Winda.

"Tapi pak, itu pertemuan dengan Pak Orion -". Winda langsung terdiam saat Agam mengangkat wajah menatapnya. "Ba.baik Pak". Ralatnya kemudian.

Agam kembali menunduk pada pekerjaannya. Mengabaikan Winda yang berpamitan untuk kembali ke mejanya sendiri. Sedangkan ia memilih untuk kembali bekerja. Menyelesaikan semuanya dan kemudian pulang lalu bertemu dengan Diana. Yang sudah sangat lama tidak bertemu.

Ayah, I Love HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang