13: Masa Lalu

602 94 16
                                    

Agam sudah menunggu Diana berdandan hampir dua jam di sofa ruang keluarga.
Rumah itu sedang dalam suasana ramai. Ada banyak saudara-saudara nya yang datang dari luar kota. Demi untuk menghadiri acara pernikahan Akmal yang akan berlangsung besok.

Jadi, tidak heran jika banyak orang hilir mudik sejak tadi. Suara tangis anak kecil, atau suara teriakan Kayla yang begitu melengking meneriaki saudara sepupu nya.

"Fadil! Bangai! (Bodoh!)". Ia melirik dua remaja di seberangnya.

Kayla, keponakan nya itu sedang memukuli Fadil habis-habisan dengan bantal sofa. Sambil terus menggerutu kata bangai pada Fadil - keponakannya Diana-. Keduanya beda umur hampir tiga tahun tapi Kayla enggan menyematkan kata Abang pada Fadil kecuali di depan orang tua dan opa-omanya. Keduanya berlaku layaknya seumuran. Setiap kali melihat mereka berdua, ia langsung bercermin.

"Loe sama Noah sama aja!. Bangai, ngeut (bodoh)". Kayla mengakhiri serangan bringasnya dengan napas tersengal. "Jadi cowok gak peka banget!". Dan Kayla berlalu pergi meninggalkan Fadil yang mendelik kesal.

"Dil". Panggilnya ketika Fadil juga akan pergi. "Ke atas gih,. Liat Cek Di.".

"Males, ah, Cut!.".

"Fadil". Cowok remaja itu langsung menghela napas berat. Kemudian menuruti perintah Acutnya itu dengan langkah malas.
Dan baru cowok itu naik beberapa anak tanga, Diana muncul. Agam langsung menghela napas lega. Tapi, ia terdiam sejenak.

Gadis itu tampak cantik malam ini. Dan Diana memang selalu terlihat cantik mengenakan apapun. Meski itu hanya kaus bisa dan celana training. Tidak ada yang heran jika gadis itu selalu menjadi pusat perhatian dimana ia berada.

"Kedip Cut!". Agam terkejut, dan langsung menoleh kesamping nya. Ia mendelik saat melihat Miftah anak sulung Om Devin meledeknya.

Cowok yang baru mendapatkan gelar S1 itu terkekeh geli melihatnya. Ia kembali beralih pada Diana yang berjalan ke arahnya.

"Sorry lama". Kata Diana.

"Gapapa, jalan sekarang yuk". Jawab Agam dan mengajak gadis itu untuk segera pergi.

Diana mengangguk, ia langsung mencari keberadaan orang tuanya untuk berpamitan. Dan tidak lupa juga dengan saudara-saudara nya yang lain.

***

"Diiiiiii".

Seorang gadis seumurannya langsung berseru senang saat melihat kedatangannya.
Fira, sahabatnya sejak SMP. Mereka langsung berpelukan mengucapkan kata rindu dan kemudian saling melempar hinaan. Cara dua orang itu saling memuji.

"Kalian berdua nempel terus, dari dulu sampai sekarang". Kata Fira melirik ia dan Agam.

"Gua denger kalian mau nikah?". Tanya Dinda yang datang menyusul kemudian.

Diana melirik pada Agam sebentar, kemudian keduanya sama-sama mengangguk.

"Tuhkan!". Seru Dinda tiba-tiba menepuk bahu Fira. "Gue bilang juga apa? Nih anak berdua gak mungkin cuma sahabatan doang!. Laki-laki dan Perempuan gak akan pernah bisa bersahabat tau". Lanjut Dinda terlihat senang karena tebakkannya dari dulu benar.

Mereka berdua tidak memberikan respon berarti,. Hanya mengulum senyum. Dan Agam berpamitan untuk menyapa teman-teman nya.

Dinda dan Fira langsung menarik Diana menuju meja yang sudah di isi oleh dua orang gadis lainnya.

"Keira?". Kata Diana cukup kaget dan antusias saat melihat seseorang yang sangat di kenal olehnya.

"Hai Di". Kata Keira yang berdiri dan memeluk nya.

Ayah, I Love HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang