26:

913 141 6
                                    

Bumi mengantarkan Diana pulang tepat pukul sepuluh malam. Ia sudah memarkirkan mobilnya di depan gerbang rumah kekasihnya itu. Setelah berkumpul dengan teman-teman Diana, mereka berdua memilih untuk jalan-jalan berdua sebentar.
Setelah itu baru memutuskan untuk pulang.

"Mampir bentar". Kata Diana membuka seatbeltnya.

Bumi terlihat ragu, melirik pada rumah yang sudah terlihat sepi. "Ayah sama Mama Jam segini belum tidur, masih duduk-duduk di depan tivi". Lanjut Diana.

Pria itu akhirnya mengangguk. Keduanya memutuskan turun dan berjalan menuju rumah Diana.

Apa yang di katakan oleh gadis itu benar. Pintu rumah masih terbuka, dan samar-samar ia mendengar suara televisi dari dalam.
Apalagi saat mereka menginjak teras, seseorang terlihat keluar dari dalam.

"Lo!?". Diana yang lebih dulu berseru kaget.

Seorang perempuan se-usianya keluar dari dalam rumah bersama dengan sepupunya, yang ia jemput di bandara siang tadi.

"Di, kalian kenal?". Tanya Ikhsan dengan kernyitan heran.

Bumi melirik keduanya secara bergantian. Bisa melihat dengan jelas, dua gadis itu sedang beradu pandang dengan tajam dan rasa tidak suka.
Hingga kemudian, gadis itu lebih dulu memutuskan Kontak mata dan mendengus jengah sebelum beralih pada sepupunya Diana.

"Sayang, ayo". Ajak Freya.

"Eh". Tapi Freya sudah lebih dulu menarik lengan pria itu dengan mesra dan pergi.

Bumi hanya memandangi kepergian Freya dengan pandangan nya saja. Sampai deheman Diana membuatnya menoleh.

"Liatin aja terus!.". Ketus Diana.

Ia mengernyit heran, lalu kemudian menghela napas berat. Membuat Diana mendengus kesal dan berbalik masuk kedalam rumah.

"Assalamualaikum". Salam Diana melangkah masuk kedalam melewati ruang tamu dan menuju ruang tengah,. Dimana biasanya keluarganya berkumpul.

"Waalaikumsalam". Jawab Kedua orang tuanya yang sedang menonton. Dan menoleh pada mereka.

"Itu tadi siapanya Isan?" Tanya Diana sambil menyalami kedua orang tuanya.

"Masa kamu gak tau sih!. Itu kan Freya. Artis yang sekarang lagi terkenal!. Cantik banget kan?". Jawab Mamanya terlihat begitu antusias.

Diana mendelik tidak suka, sedangkan ia mengulum senyum kecil melihat betapa tidak sukanya sang kekasih pada Freya. Si musuh bebuyutan Diana saat sekolah dulu.

"Ngapain dia di sini?". Tanya Diana.

"Ya, ketemu Isan. Kan mereka pacaran!.".

"Hah? Gak . Mungkin!". Kata Diana tidak kalah terkejut. "Isan? Pacaran sama cewek kayak Freya?. Itu mustahil Ma!. Aku tau banget siapa Freya.". Kata Diana benar-benar menunjukkan ketidak suakaannya pada Freya. "Isan terlalu baik buat Freya.". Lanjut Diana.

Kedua orang tuanya hanya mengernyit heran mendengar ucapan Anaknya yang penuh kedongkolan. Lalu beralih pada Bumi yang sejak tadi berdiam saja.

"Assalamualaikum, Om, Tante.". Seolah tersadar, ia langsung menyalami keduanya. "Saya nganterin Di". Lanjutnya.

"Kamu sudah makan?". Tanya Kinal ramah.

"Sudah Tante". Jawab Bumi mengulum senyum kecil.

"Gimana pembicaraan kita kemarin?". Tiba-tiba terdengar suara bariton Ayahnya Diana.

Bumi langsung menoleh, dan menatap beliau dengan penuh arti. "Kamu sudah bicara dengan.. Papa kamu?". Lanjut Beliau melirik sekilas padanya.

Ia menelan ludahnya. "Belum Om". Jawabnya.

Ayah, I Love HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang