02: Niat Orang Tua

766 114 4
                                    

Mobil yang di kemudikan oleh Agam berhenti di depan sebuah caffe. Malam ini ia dan Diana akan bertemu dengan teman-teman sekolah keduanya yang memang sudah lama tidak bertemu karena tidak menetap di kota yang sama.

Brak!.

Suara dentuman lumayan keras terdengar tepat saat Diana menutup pintu mobilnya. Keduanya langsung berpaling ke sumbernya. Dari seberang jalan sana terlihat mulai berkerumunan orang-orang. Sepertinya baru saja terjadi bentrokan antara dua pengendara. Diana memandang cukup lama, melihat seseorang yang tidak terlalu jelas karena mulai di kerumuni orang-orang.

"Di". Panggilan Agam membuatnya menoleh. "Ayo". Ajak pria itu.

Diana mengangguk, lalu kembali menoleh sekali ke tempat yang sama. Setelah itu melanjutkan langkahnya menuju caffe. Di pintu masuk entah mengapa ia ingin kembali melihat ke arah tempat itu lagi. Masih dengan kurang jelas ia melihat seorang pria sedang membantu motor yang jatuh. Ia tidak bisa melihat wajahnya karena pria itu membelakanginya. Menggeleng kepala Diana kembali memilih untuk menyusul Agam masuk kedalam Caffe.

"Diiiii". Seorang perempuan cantik sebaya dengan nya berseru dari salah satu meja yang berdekatan dengan dinding kaca transparan.

Ia langsung tersenyum lebar, berjalan lebih cepat menghampiri Dinda sahabatnya.

"Aaaa.. gua kangen banget sama Lo..". Seru Dinda lagi langsung memeluknya. Begitu juga dengan Diana. Terlihat keduanya sama-sama senang bertemu lagi setelah sekian lama. "Gila, loe cantik banget sekarang!". Lanjut Dinda melepaskan pelukan mereka.

"Lo juga, udah kayak idol-idol Korea sekarang kayanya". Kata Diana.

"Kiblatnya tuh". Celetuk Indra yang langsung mengundang delikkan dari Dinda dan tawa dari Diana dan Agam.

"Btw, ada apaan sih di luar? Kecelakaan ya?". Tanya Indra pada Agam.

Mereka langsung mengalihkan perhatian ke luar sana. Memang suara riuh tadi terdengar sampai kedalam Caffe. Belum lagi orang-orang sekitar pada berlari dan berhenti. Sehingga membuat jalanan menjadi macet sementara.

"Hm, kesenggol kayaknya". Jawab Agam yang ikut melihat ke seberang sana.

Diana juga ikut melihat kesana, ia bahkan sampai memicing matanya untuk melihat lebih jelas siapa korbannya dan siapa tersangkanya. Namun, tetap saja tidak terlihat karena terlalu banyak kerumunan orang disana.

***

Setelah melepas rindu dengan teman-teman nya, pukul 11 malam Diana mengajak Agam untuk menemaninya ke suatu tempat. Tempat yang paling ia rindukan selama ini, sekaligus tempat yang harus ia hindari sebenarnya.

Tapi, ia merindukan tempat itu.

"Kamu mau makan mie ?". Tanya Agam tidak percaya saat mereka tiba di sebuah warung tenda yang terletak di pinggir jalan raya.

"Hm, lagi pengen".

"Ini udah jam sebelas lho, nanti kamu nyesel lho". Goda Agam padanya.

Ia hanya mendelik sebal, pria itu tau saja jika ia memang selalu pantang makan mie instan lewat pukul sembilan malam.
Tapi, untuk malam ini pengecualian. Dia sangat ingin makan mie instan abang-abang saat ini.

"Nyebelin banget jadi orang". Gerutunya sambil turun dari dalam mobil.

Agam hanya tertawa saja mendengar dumelan itu. Pria itu juga ikut keluar, menyusul Diana yang sudah masuk kedalam warung tenda itu.
Ternyata masih ramai di malam selarut ini. Wanginya juga sangat menggoda.

Ayah, I Love HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang