04: DELAPAN TAHUN YANG LALU

682 108 1
                                    

Brak!

Diana terkejut di balik kemudinya. Ia menjadi sangat gelisah dan juga cemas saat mendapati mobil yang ia kemudi kan baru saja menabrak sesuatu. Atau, seseorang-.

Dirinya masih terlihat shock di kursi kemudinya. Lalu setelah itu ia langsung meraih hp di dalam saku balzer sekolahnya dan menelfon Agam.

"Gam, kamu dimana?. Aku nabrak orang. Gimana i-". Ucapannya terhenti tiba-tiba. Saat matanya menangkap seseorang yang tidak asing berjalan mendekati pintu kemudi.

Tok tok tok.

Cowok itu mengetuk kaca jendela mobilnya. Dan ia masih terdiam memandangi si laki-laki yang tidak asing untuknya. Ia mengetahui siapa laki-laki itu, karena mereka memang satu sekolah.

"Di, kamu dimana? Di kamu gapapa kan?. Kamu bisa mengawalinya dengan meminta maaf.. Di, kamu dengar aku?".

Diana tidak mendengar suara Agam lagi sejak ia melihat siapa yang telah ia tabrak. Dengan perasaan gugup dan cemas ia menurunkan kaca jendela mobilnya. Laki-laki berkaca mata transparan itu tampak kaget awalnya. Kemudian mengerutkan dahinya, namun sedetik kemudian langsung mampu menguasai dirinya kembali.

"Ma. Maaf". Ujar Diana gelisah dan merasa bersalah.

Laki-laki yang sebaya dengan nya itu menghela napas berat. Diana langsung membuka pintu dan keluar melihat kondisi si korban.
Ia terkejut saat melihat siku cowok itu berdarah dan kemudian beralih pada sepeda sport milik cowok di depannya.

"Diana!". Panggilan itu mengalihkan perhatian Diana.

Dari kejauhan, lobi gedung sekolah ia melihat Agam berlari kearahnya dengan muka panik. Ia kembali pada cowok di depannya.

"Maaf, aku beneran gak sengaja. Aku bakal-".

"Gapapa". Sela cowok itu dengan nada datar. Bahkan setelah itu, si laki-laki berkacamata itu langsung berbalik menuju sepedanya.

"Hei, aku-".

"Di, kamu gapapa? Ada yang luka?". Tanya Agam dengan panik.

Diana menggeleng, gadis cantik berambut panjang itu langsung menghampiri si korban yang sedang mendirikan sepedanya.

"Bumi, luka kamu harus di obati". Kata Diana menarik lengan cowok itu.

Bumi terkejut, tapi tidak terlihat. Ia menoleh datar pada Diana yang menatapnya cemas. Ia melirik pada Agam yang sedang memperhatikan mereka. Bahkan bukan hanya Agam. Beberapa siswa dan siswi yang baru saja datang juga mulai memperhatikan mereka.

"Cuma luka kecil". Jawab Bumi.

Diana terkejut saat Laki-laki itu menepis tanganya di siku Bumi. Lalu berlalu pergi dengan sepedanya begitu saja menuju belakang gedung SMA Bintang.
Ia masih memperhatikan kepergian Bumi dengan menggigit bibir bawahnya sendiri menahan ... Senyum. Agam bisa melihat hal tersebut.


***

Bumi.


Cowok itu tidak terlalu terlihat di sekolah. Lebih terkesan menyembunyikan diri. Tidak memiliki banyak teman. Diana mengenalnya, emm.... Tidak. Tepatnya Diana mengetahui nama cowok berkacamata itu.

Pertama kali mereka bertemu saat ia tidak sengaja melihat Bumi sedang membantu seorang nenek yang akan menyebrang jalan. Dari seberang yang berbeda, cowok itu rela bolak balik hanya untuk membantu orang. Itu memberi kesan tersendiri untuk Diana. Karena di jaman sekarang sudah sangat jarang anak muda peduli pada orang-orang tidak mereka kenali.

Lalu pertemuan kedua mereka, sebenarnya tidak bisa di katakan pertemuan. Karena, Diana lah yang selalu secara kebetulan melihat cowok itu.

Seperti saat ia baru saja menerima telfon dari Ayahnya di belakang gedung kelasnya.

Ayah, I Love HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang