24:

819 125 15
                                    

Diana baru bangun tidur saat mendengar suara-suara teriakan nyaring entah dari mana. Kemudian berjalan masuk kedalam kamar mandi untuk membasuh muka, setelah itu ia tidak langsung memutuskan untuk turun. Ia berjalan ke balkon kamarnya.

Suara-suara ramai itu ternyata berasal dari jalanan depan rumahnya. Lalu terdengar suara-suara anak kecil yang sedang berlarian di halaman depan yang memang luas.
Lalu ada banyak bapak-bapak yang sedang bergotong royong. Termasuk Pak Gibran yang menjadi ketua RT setempat.

Dan kemudian ia terkejut saat melihat ada Bumi yang sedang bersama Abang Akmalnya dan juga Rafan dan Kevan di sudut lain. Mereka terlihat mengobrol. Tepatnya, Abangnya dan Rafan saja yang terlihat mengobrol sedangkan Bumi terlihat lebih ke mendengar saja. Sesekali hanya mengulum senyum di saat Akmal dan Rafan tertawa.

Tok Tok Tok

Diana menoleh kedalam, mendengar suara pintu kamarnya di ketuk dari luar, kemudian di susul suara seseorang yang ia tau itu adalah kakak iparnya.

"Iya,. Bentar". Saut nya berbalik masuk kedalam lagi.

Ia menguncir rambut panjangnya dengan asal, lalu membuka pintu.

Cklek.

"Kamu udah bangun? Di panggil Mama". Ujar Kak Elmira padanya.

"Iya, bentar lagi Di turun". Jawab Diana memperhatikan kakak iparnya itu sejenak.

"Yaudah, Kakak ke bawah lagi". Diana mengangguk saja, dan Elmira pun berbalik pergi.

Ia memilih untuk mengganti baju yang pantas. Tidak mungkin keluar dengan menggunakan baju tidur kurang bahan. Bisa di penggal Ayahnya nanti.

Setelah mengganti baju yang lebih sopan, Diana turun kebawah, mendengar suara-suara ibu-ibu dari dapur sedang mengobrol asik. Ia pun memilih ke sana.

"Di, udah bangun? Tolong antarkan minum ke bapak-bapak yang lagi gotong royong". Pinta Mamanya saat melihat kemunculannya.

"Iya, Ma". Jawabnya mengambil nampan dan kemudian berlalu pergi.

Kak Elmira juga membantu membawa nampan yang lain. Berdua mereka memutuskan untuk keluar, menghampiri Ayahnya yang sedang beristirahat dengan yang lainnya.

"Sini Di". Panggil Ayahnya. Ia menurut, melangkah menuju ayah sambil sekali melirik pada Bumi yang juga menoleh ke arahnya.

"Wahh... Diana makin cantik sekarang, udah lama gak liat jadi tambah cantik". Seru Pak Niko tetangga nya. Rumah beliau berada tidak jauh dari rumahnya. Anak beliau, yaitu Bang Reyhan adalah teman dekat Bangdeknya dulu hingga sekarang.

"Udah punya calon belum, Pak anak nya?". Tanya Pak Niko lagi.

"Udah". Diana cukup kaget mendengar jawaban ayahnya. Berharap masih ada kelanjutan nya. "Itu". Dan ia ikut menoleh pada arah yang di tunjuk oleh Ayahnya. Ia mengernyit heran saat melihat Bumi kini bersama dengan Agam yang membawa sebuah cangkul.

"Agam?". Tanya Pak RT. Membuat ia lebih terkejut lagi.

Diana melirik pada Ayahnya lagi, berharap kalau ada bantahan atau menimpali jawaban yang lain.
"Agam kan keponakan saya, mana mungkin mereka bisa menikah". Jawab Ayahnya yang entah mengapa membuat hatinya lega.

"Oh iya, saya lupa". Jawab Pak RT. "Lalu, yang mana? Pria yang bersama Agam?".

Diana bisa melihat lirikkan sang Ayah padanya. Walau hanya sekilas ia bisa melihat kepala sang Ayah mengangguk. Membuat hatinya langsung bersorak girang dalam hati. Menggigit bibir bawahnya dengan kuat menahan senyum senang.

Ayah, I Love HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang