12:

617 102 23
                                    


    Sepulang dari kantor, Agam langsung menuju ke rumah Diana. Dan melihat gadis itu sedang duduk di dalam ayunan yang ada di halaman depan dengan di hiasi banyak tanaman bunga.
Ia mengulum senyum, saat Diana menyadari kedatanganya. Gadis itu tersenyum kembali.

"Udah makan?". Tanya Diana menyambut kedatangan Agam dengan pelukan.

  "Belum, makanya aku beli nasi goreng kampung di warungnya Bu RT". Jawab Agam menunjukkan kantung kresek warna putih di tangannya.

"Tau aja, Kamu emang paling best". Ujar Diana mencubit gemas pipi pria itu. "Bentar, aku ambilin sendok sama piring". Lanjut Diana langsung beranjak dan pergi menuju rumahny.

  Agam hanya tersenyum kecil, memandangi gadis itu sudah masuk kedalam rumah.
Kemudian ia menghela napas berat. Semuanya sudah terlanjur kan, dan mereka tidak akan bisa mundur lagi. Ia tau apa yang ia lakukan adalah paling benar. Ia akan berusaha membuat Diana bahagia bersamanya. Ia sudah mengenal gadis itu. Sudah sangat lama, mereka selalu bersama. Dan selamanya juga akan begitu.

Untuk soal perasaan, itu adalah hal yang kecil. Cinta itu akan datang nanti pada waktunya.

  Suara langkah Diana mengambil kembali perhatiannya. Gadis cantik itu kembali dengan dua piring dan sendok. Lalu duduk di sampingnya. Ia langsung membuka dua bungkus nasi goreng yang ia beli tadi. Memberikannya untuk Diana satu dan untuk dirinya satu.

"Pedas kan?". Tanya Diana.

Agam mengangguk dengan senyuman. "Aku masih hafal kok".

"Harus!". Kata Diana.

  Agam hanya terkekeh, ia pun menyuapkan satu sendok nasi kedalam mulut.  Melirik Diana yang lahap memakan nasi goreng itu. Menyendok telur dadar dan kemudian mencampurkannya dengan nasi. Ia tersenyum, sepertinya dengan perlahan mereka akan berhasil.

"Oh ya, Mbak Wi tadi nelfon. Kita bisa datang buat fitting baju besok siang. Kamu bisa kan?". Ujar Diana menoleh padanya.

"Siang besok?". Diana mengangguk. "Mama sih yang bikin Janji". Lanjut Diana.

"Bisa kok, besok aku jemput kamu". Jawab Agam.

Diana mengangguk, tersenyum senang. Ia seolah sudah melupakan kejadian sore tadi. Bersikap semuanya baik-baik saja. Ia memang pintar menyembunyikan perasaannya.

"Gimana pertemuan kamu, dengan Bumi?". Tanya Agam tiba-tiba.

"Hm?". Tanya Diana. Kemudian meng oh tanpa suara. "Ya, begitu lah". Jawab nya kemudian.

  Agam mengangguk saja. "Tadi dia menemui Ayah". Kata Diana.

   Agam mengeryitkan dahi heran. "Aku gak tau apa yang ada di fikiran nya". Lanjut Diana. "Dan aku lega sekarang, karena sudah menyelesaikan semuanya". Diana tersenyum padanya.

Pria itu mengangguk mengerti. Ia suka karena gadis itu tidak menutupi apapun dari nya. Dan ia juga tidak menutupi apapun dari gadis itu. Kecuali...

"Gam,".

"Hm?".

"Kamu masih ingat gak, aku pernah bilang kalau aku cuma mau menikah sama kamu kalau sudah dewasa". Kata Diana.  "Dan jadi kenyataan sekarang". Lanjut Diana tersenyum sendiri.

"Kita sahabatan, aku sudah tau kamu luar dalam. Begitu juga dengan kamu. Aku fikir kita beruntung. Karena kita sudah saling memahami satu sama lain". Kata Diana.

"Benarkah?". Tanya Agam.

"Iya, kamu tau semuanya tentang aku. Begitu juga sebaliknya." Lanjut Diana.

   Agam menatap gadis itu, kemudian mengulum senyum manis. Begitu juga dengan Diana.


***

Ayah, I Love HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang