07:

565 102 11
                                    

Agam sudah duduk di samping Diana sejak setengah jam yang lalu. Pria itu entah sudah berapa kali melirik pada gadis itu sejak ia datang. Tadi, tiba-tiba Diana menelfon dan bilang ingin bertemu.
Dan sekarang setelah bertemu, gadis itu hanya diam saja dengan raut gelisah. Membuatnya menjadi cemas.

"Gam". Diana akhirnya membuka suara.

Agam menoleh, menatap Diana dengan tatapan menunggu. Perasaan nya mengatakan jika Diana ingin mengatakan sesuatu sekarang.
"Gimana perasaan kamu ke aku?". Kedua pupil matanya langsung kaget seketika.

Saat Diana menoleh padanya, Agam langsung membuang mukanya dari gadis itu.
"Kamu yakin akan menikah dengan ku?". Tanya Diana lagi.

"Kamu gak yakin?". Tanya Agam balik.

Diana diam memandangi Agam dengan lekat. Dengan tatapan penuh arti yang sulit di mengerti oleh Agam yang sudah bertahun-tahun pria itu kenal.

"Aku takut, jika semua ini gagal. Maka semua tidak akan sama lagi". Gumam Diana menatap kosong kedepan.

Agam mengernyitkan dahinya bingung. Tidak mengerti dengan maksud gadis itu. "Karena aku punya masa lalu yang tidak pernah bisa aku lupakan".

Saat itulah Agam tersentak dan memahami semuanya. Ia memandangi Diana yang menundukkan kepalanya dan tersenyum begitu miris.

"Sampai aku takut menyakiti kamu, Ayah, Mama dan semuanya". Lanjut Diana. "Aku takut, kalau benar-benar tidak bisa melu-".

"Aku akan bantu kamu". Sela Agam.

Diana menoleh padanya. Menatapnya dengan lekat. "Aku akan bantu kamu untuk melupakan nya". Lanjut Agam dengan tatapan penuh keyakinan. "Kamu hanya membutuhkan Rebound, dan aku siap menjadi rebound itu. Kamu hanya butuh pelampiasan. Dan kamu tau, kalau kamu bisa memanfaatkan aku".

"Gam-".

"Di, semua tergantung sama diri kamu sendiri. Kamu berniat untuk lepas dari dia?". Ujar Agam menatapnya dengan lekat.

Diana terdiam lagi, menatap pria itu dengan gelisah. Lalu membuang pandangan kedepan. Setelah itu menunduk dalam, memandangi kedua tangannya yang saling meremas cemas. Dan Agam tau itu.

"Kamu tau mengapa aku ingin bersama nya dulu? Hancur saat meninggalkan nya?".

"Di-".

"Karena dia butuh aku". Sela Diana tidak merespon Agam yang ingin protes. "Dan aku tidak bisa meninggalkan nya sendiri".

"Dia baik-baik saja kan sekarang? Tanpa kamu dia baik-baik saja." Jelas Agam.

Diana tidak langsung menjawab. Bayangan Bumi muncul di matanya. Pria itu memang terlihat baik-baik saja. Tidak seburuk delapan tahun yang lalu. Tapi, ia mengenal Bumi lebih dari siapapun. Pria itu sangat kecewa dan terluka saat Mamanya mengatakan kalau ia akan menikah. Dan itu membuat hatinya sakit.

***

Bugh!

Bugh

Bugh.

Bugh!.

Bumi meninju samsak di depannya dengan sepenuh tenaga. Tatapannya terlihat begitu fokus. Matanya memerah, keringat sudah membanjiri tubuh dan sudah membasahi kaus tanpa lengannya bahkan sampai rambut pendeknya juga basah.

"Kalau kalian ada waktu, nanti datanglah ke hari pernikahan putri kami".

Bugh!

Ia mendaratkan pukulan terakhir dengan sekuat tenaga. Lalu tiba-tiba ia menjatuhkan lututnya ke lantai, memegangi dadanya yang ia rasa sesak sehingga membuatnya kesulitan untuk bernapas.

Ayah, I Love HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang