16:

641 125 21
                                    


Agam tersenyum lebar ketika turun dari mobil yang ia parkir di depan rumah Keira, kemudian melihat perempuan yang ia cintai sudah menunggu ke datangan nya di teras. Membuat lelah baik fisik dan fikiran menguap entah kemana.
Dengan penuh percaya diri, dan semangat yang menggebu-gebu ia melangkah menghampirinya.
Lalu berhenti di depan Keira.

"Kamu udah makan?". Tanya pertama yang muncul dari bibir ranum Keira.

Agam menggeleng sebagai jawaban. Matanya menatap intens penuh rindu pada gadis itu. Menyusuri setiap inci garis wajah cantik di depannya dengan tanpa ampun. Ia tersenyum lebih lebar lagi melihat muka itu bersemu. Tatapan nya naik pada mata hazel milik gadisnya.

Ia tau jika Diana memang sangat cantik. Dan semua akan setuju jika Diana memang paling cantik di sekolah. Namun, gadis di depan nya itu memiliki pesona sendiri. Hanya melihat senyum dan tatapan ke teduhan saja sudah membuatnya jatuh hati.

Agam masih ingat, bagaimana pertama kali gadis itu membuatnya terpaku dan terdiam saat pertama kali mata mereka bertemu.

Kala itu, Agam sedang melakukan sesi latihan sepak bola di lapangan. Seperti biasa dia selalu di temani oleh Diana.
Biasanya sahabatnya itu sendiri. Tapi, hari itu Diana membawa seorang teman. Yang ia ketahui keduanya sangat dekat. Diana pernah bilang, kalau dia sangat suka dengan Keira.

Selesai latihan, Agam menghampiri mereka. Diana memberinya satu botol minuman. Ia hanya melirik sekilas pada gadis di samping Diana. Ia tidak bisa terlalu dekat dengan anak perempuan. Ia tidak berteman dekat dengan anak perempuan, karena menurut Abang dan Mamanya. Perempuan itu perasaan nya lemah, cepat baper. Jika dari awal tidak suka, maka sewajarnya saja. Jangan memberi harapan palsu, kasian mereka. Begitulah kira-kira ucapan Abang dan Ibunya yang ia ingat.

"Kei, gue nitip ya. Mau ke toilet". Tiba-tiba saja Diana berpamitan pada temannya. Dan meninggalkan mereka berdua.

Agam meneguk minuman nya, lagi entah mengapa matanya melirik kembali pada gadis yang sedang duduk dalam jarak satu meter darinya.

Uhuk uhuk uhuk

Ia tersedak, rasanya perih sekali. Keira langsung mendekat untuk berniat membantu. Namun, ia menjauh. Ia menoleh pada Keira yang kaget, matanya tidak bermaksud menyorot tajam. Tapi, ia melihat Keira meringis. Gadis itu terlihat bersalah. Kembali mata mereka bertemu, dan tiba-tiba ia merasa kehilangan pasokan udara.
Jantungnya berdebar.

Ia mundur dan kemudian berbalik pergi, kembali pada teman-teman nya. Dengan telapak tangan memegangi dada.

Ia terkena serangan jantung, fikirnya saat itu.

Setelah kejadian itu, hidupnya mulai tidak tenang. Hampir setiap kali memejamkan mata, ia langsung teringat kembali bagaimana mata mereka bertemu. Dan kemudian, sadar atau tidak sadar ia hampir selalu mencari keberadaan gadis itu dalam diam. Mencari sendiri, tanpa melibatkan siapapun.

"Agam".

Suara lembut itu mengembalikan ia pada pijakkan. Agam menggeleng kepala, lalu maju selangkah untuk memeluk Keira. Ia dan napasnya merindukan gadis itu. Sangat.

"Kamu kenapa?". Tanya Keira dengan suara pelan bercampur cemas.

"Kangen".

"Kangen".

Mukanya langsung memerah saat itu juga. Jawaban itu, jawaban yang sama dengan dulu. Saat mereka berpisah lama. Saat Agam baru kembali dari libur lebarannya di Aceh. Pria itu juga memeluknya seperti saat ini, menatapnya seperti tadi. Kemudian akan memeluknya. Saat ia bertanya seperti tadi, maka jawaban nya sama. Itu juga yang membuatnya semakin bertanya-tanya dan berharap dulu. Jika, Agam punya perasaan yang sama. Karena pria itu hanya diam, tidak pernah mengatakan perasaannya. Sedangkan ia butuh pengungkapan untuk sekedar memastikan dan tidak lelah menerka-nerka sendiri.

Ayah, I Love HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang