15:

638 108 22
                                    


Diana memandangi Keira dengan pandangan iba. Lalu beralih pada Nathan yang sedang terlelap di kasurnya. Ia mengusap air matanya sendiri. Ke kagumannya pada Keira meningkat drastis.
Di usianya yang masih muda, gadis itu sudah memiliki tanggung jawab yang berat. Menjadi ibu sambung untuk Nathan.

"Kamu sendiri, bagaimana?".

Diana diam, melirik Keira dengan kerutan dahi. Saat melihat mata itu saja, ia sudah tau hal yang di tanyakan sahabatnya itu.

"Aku menjalani hari luar biasa ku di negeri orang". Jawab Diana terkekeh sendiri.

Keira mengulum senyum kecilnya. "Aku tau gimana perjuangan kamu buat bersama Bumi".

"Kei, Nathan umurnya sebaya sama Raka kan?. Kayaknya Raka suka sama kamu." Alih Diana.

Keira menghela napas berat, membuat Diana tersenyum kecut. Ia menarik kedua kakinya untuk di peluk. Kemudian tatapannya langsung sendu seketika.

"Aku nyaris mati merindukan nya". Kata Diana kemudian. Tidak menyangka akan di iringi oleh air mata. "Sangat berharap untuk bisa memeluknya kembali, tapi yang aku lakukan justru menyakitinya lebih dalam lagi".

Keira diam mendengar isi hati sahabatnya. Langsung bergeser untuk duduk di sampingnya, mengusap bahunya sekedar memberi semangat.

"Aku jahat banget sama dia kan?". Diana mengusap air matanya. "Gak ada bedanya sama Papanya".

"Kamu seharusnya bisa bicara yang sejujurnya sama keluarga kamu, tentang perasaan kamu. Tentang luka, sedih dan kesakitan kamu. Mereka sayang banget sama kamu, Di".

"Bokap, sudah berkali-kali di kecewakan anaknya. Bangdek dan aku!. Rasanya itu sudah cukup. Aku lebih mencintai Ayah ku. Bumi bisa menemukan yang lebih baik lagi". Jelas Diana.

Memikirkan itu hatinya sudah di remas kuat. Luka itu tiba-tiba muncul, hanya membayangkan pria itu bersama dengan perempuan lain. Apa dia bisa?.

"Perasaan kamu ke Agam?". Tanya Keira hati-hati.

Diana tidak langsung menjawab, gadis itu diam memandangi Nathan tidur dengan begitu lelap. Tangannya terulur untuk mengusap rambut anak laki-laki itu.

"Bumi dan Agam berbeda, begitu juga dengan perasaan ku." Kata Diana. "Gak sulit kok buat jatuh cinta sama Agam.".

Keira menelan ludahnya sendiri. Apa yang di katakan Diana adalah benar. Tidak sulit untuk jatuh cinta sama Agam. Pria baik hati yang memiliki kesabaran tiada batas.

***


Agam menghentikan mobil nya di parkiran kantor polisi Jakarta pusat. Ia menghela napas kasar nya sekali, menatap pada gedung kantor di depannya itu dengan penuh harap.
Lalu setelah ia bisa kembali menguasai diri, ia langsung memutuskan untuk turun dari dalam mobil. Kemudian berjalan menuju lobi.

"Selamat siang, Pak". Ucap Agam pada salah satu pria yang berseragam polisi yang sedang bertugas piket.

"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu, Pak?". Jawab polisi itu dengan nada bariton.

"Saya mau tanya, Devisi Detektif kepolisian kejahatan dimana ya?". Jawab Agam dengan sopan dan begitu ramah.

"Ada di lantai dua, dari lift belok kiri". Jawab polisi itu menunjukkan arah.

"Terimakasih, Pak". Jawab Agam. Setelah mendapat jawaban, pria itu langsung masuk ke lobi. Berjalan menuju lift dan menuju lantai dua sesuai arahan barusan.

Ayah, I Love HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang