06:

584 106 11
                                    

Setelah mendapatkan persetujuan dari Diana. Maka, tidak ada lagi yang perlu mereka khawatirkan. Mengatakan pada Agam, setelah itu segera mengadakan acara pertunangan an dan lamaran di waktu yang sama.

Menentukan tanggal baik untuk keduanya. Terlihat sama sekali tidak ada yang keberatan di kedua belah pihak.
Hanya sedikit rasa canggung di antara Agam dan Diana.
Karena tiba-tiba status mereka berubah.

Tapi itu hanya berlangsung beberapa hari saja. Karena setelah itu semua kembali seperti biasa. Keduanya mampu bersikap seperti sedia kala.

Kini mereka berdua tengah di sibukkan dengan berbagai persiapan pernikahan.
Diana meminta untuk tidak terlalu terburu. Karena ia ingin menyiapkan semua sesuai dengan ke inginannya. Mewujudkan pernikahan impian nya sejak kecil katanya. Jadi, ia benar-benar ingin mempersiapkan nya dengan baik.
Maka dari itu ia meminta waktu lima sampai enam bulan setelah pertunangan mereka.

Agam tidak keberatan sama sekali, karena ia sendiri juga masih ingin mengurus beberapa perkerjaan yang belum selesai. Dan ia juga punya waktu untuk menyelesaikan semuanya. Agar setelah menikah nanti, bisa pergi berkeliling Indonesia bersama dengan Diana. Tanpa harus terbebani oleh apapun. Termasuk pekerjaan nya yang menurut Diana sangat membosan kan.

"Bangdek".

Diana yang sedang menyuapkan nasi kedalam mulut melirik pada seberang ia duduk. Dimana Abangnya sedang memasang muka kusut sekusut kusutnya karena terus di todong menantu oleh Mama mereka.

"Mama serius ini ya, ingat umur kamu udah berapa? Udah 30 lho!. Mau menikah umur berapa?". Jengkel Mama Kinal dengan kesal.

"Ma, Mama tau Lee Min-ho? Dia aja udah lewat 30 belum nikah, masih santai aja tuh". Jawab Akmal jengah.

"Bangdek". Seru Kinal lelah. "Pokoknya Mama gak mau tau!. Nanti siang kamu harus ketemu sama Kara!. Titik!". Lanjut Kinal tidak mau di bantah.

"Ma, aku harus pergi sekarang!. Banyak kerjaan.. bye Mama.. Assalamualaikum ". Akmal langsung menyalami beliau dan juga mencium pipi Mamanya. Setelah itu berlalu pergi tanpa memperdulikan panggilan Mamanya.

"Bangdek itu memang nyebelin banget sekarang!!". Kesal Kinal menggerutu sendiri. Kemudian melirik pada suaminya yang tampak anteng membaca koran.

"Ayah". Panggil beliau.

Diana hanya mengulum senyum geli sendiri melihat Ayahnya hanya melirik sekilas.

"Ngomong dong sama Akmal".

"Ngomong apa?". Tanya Dika masih tidak beralih dari koran nya.

"Ya, bantu bujukin".

"Mama aja gak berhasil, apalagi Ayah". Jawab suaminya yang semakin membuatnya bete luar biasa.

Diana memilih diam saja, ia tidak mau ikut-ikutan dalam hal tersebut. Tidak mau ikut membujuk Abangnya itu. Karena pasti tidak akan berhasil. Percuma saja.

"Di-".

Ting Nung Ting Nung..

"Ma, ada tamu tuh,. Di buka pintu dulu ya". Ia sangat bersyukur mendengar bunyi bel pintu rumah pagi itu.
Karena telah menyelamatkan dirinya dari segala permintaan sang Mama yang akan memanfaatkan dirinya untuk ikut ber komplotan dalam hal mencari jodoh untuk sang Abang.

Ia langsung segera beranjak dari kursi, meninggalkan sarapan yang belum habis. Melirik Ayahnya yang juga melirik ya dengan senyuman geli sendiri karena menyadari dirinya sengaja menghindari sang Mama. Diana hanya mengedipkan sebelah mata pada beliau.

***

Mobil yang di kemudikan oleh Akmal baru saja meninggalkan rumah saat sebuah mobil sedan hitam berhenti di depan rumahnya.
Dua orang pria turun dari dalam nya.

Ayah, I Love HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang