03: Pertemuan Kembali

741 112 18
                                    

Diana selalu bisa bangun pagi-pagi setiap harinya. Meski itu hari libur, ia memang sejak kecil selalu terbiasa bangun pagi. Melaksanakan kewajibannya dan tidak pernah tidur lagi biasanya.
Jadi, tidak ada yang heran jika pagi-pagi buta seperti ini ia sudah berada di tukang bubur yang biasanya mangkal di dekat rumah Pak RT.

Ia tidak sendiri pagi ini. Tidak juga bersama dengan Agam yang selalu menemaninya. Diana bersama dengan seorang anak laki-laki yang berumur empat tahun. Dia adalah keponakan nya.
Namanya Muhammad Raka Ramadhan anak bungsu dari Kevan.

"Raka mau Bubur ayam?". Tanya Di pada anak laki-laki tampan itu.

"Enggak". Jawabnya menggeleng. "Gak suka". Lanjutnya lagi memandang makanan lembek di depan Tante nya itu.

"Kenapa? Kan ini enak. Ada ayam nya lho". Dia mencoba merayu. Namun Raka tetap menggelengkan kepalanya.

"Enggak, Papa muntah makan itu". Sautnya lagi.

Diana hanya terkekeh geli mendengar jawaban itu. Abang sepupunya memang tidak pernah menyukai makanan bubur itu. Ayah dan Abangnya juga tidak suka sama makanan lembek itu. Padahal enak, ia saja suka. "Terus adek mau makan apa?". Tanya Di kemudian.

Raka tidak langsung menjawab, ia memandangi sekitar. Ada sebuah kios kecil di dekat mereka yang menjual banyak jajanan ringan. Juga ada jajanan kue-kue basah yang di goreng.

"Mau jajan boleh?". Tanya Raka dengan begitu menggemaskan. Sampai membuat Diana mengulum senyum begitu manis dan tidak kuasa untuk menolak.

Raka langsung beranjak dari kursi yang diduduki berjalan menuju kios mengambil dua makanan ringan dan satu coklat choki-choki. Setelah itu kembali ketempat duduknya lagi. Di hanya tersenyum melihat anak itu.

"Memang di bolehin makan coklat sama Papa?". Tanya Diana yang langsung membuat anak itu terkejut.

Raka langsung menoleh kiri kanan seolah mengawasi sesuatu. Kemudian menatap gelisah padanya, sangat menggemaskan. Sampai membuat Diana tidak bisa menahan senyum geli nya sendiri.

"Cek, jangan bilang-bilang ya. Papa gak bolehin Raka makan coklat, sakit gigi katanya. Tapi,. Raka mau." Jawab Raka dengan nada memohon.

Diana hanya tersenyum dengan kepala menggeleng kepala gemas dengan sikap Raka yang memang sangat menggemaskan. Kemudian mengangguk saja, membuat Raka menghela napas lega. Ia kembali menikmati buburnya. Sambil sesekali ia melirik pada Raka yang sedang membuka jajanan nya.

***

Agam menuruni anak tangga dengan penampilan sudah rapi. Siap untuk berangkat ke kantor saat melihat Shanum, keponakanya yang masih berumur empat tahun berlarian di lantai satu. Sedangkan di belakang di susul sang Kakak ipar dengan membawakan piring makan. Hal yang sudah menjadi rutinitas setiap kali menyuapkan makan untuk si bungsu.

Shanum memang sangat lincah. Persis seperti Rafan, abangnya. Jadi, begitu ia sampai di anak tangga paling bawah. Agam langsung menangkap Shanum.

"Nah kan!. Ke tangkap". Seru Agam langsung menggendongnya.

"Yaaa... Acut.. lepasinnnn..". Brontak anak perempuan cantik yang memiliki rambut panjang dan indah seperti kakak iparnya.

"Oo.. tidak bisa.. kamu harus makan dulu. Tuh, kasian Mama capek ngejar kamu terus". Katanya menginduk dagunya ke arah Daisy yang mengulum senyum melihat interaksi Om dan keponakannya.

"Sha, ayo mamam dulu.". Rayu Daisy pada putrinya yang memang sedang dalam masa-masa aktifnya saat ini.

Anak perempuan itu langsung menggeleng kepalanya. Memeluk leher Agam dengan erat kemudian menyembunyikan wajahnya di dalam leher pria itu.

Ayah, I Love HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang