23: Kamu Tau Siapa Yang Aku Pilih

816 134 4
                                    


Diana berjalan masuk kedalam apartemen milik Bumi. Isi nya rapi, bersih dan terlihat sangat terawat. Apartemen berbentuk studio itu tidak sempit, karena tata letak barang-barang interior dengan rapi.

Saat pertama kali ia datang, ia tidak terlalu memperhatikan isi apartemen itu. Karena terlalu cemas dengan kondisi Bumi yang demam parah. Bahkan sampai tidak mengenalinya.

"Kamu duduk aja dulu, kalau mau minum ambil aja di kulkas. Aku ke kamar dulu ganti baju". Kata Bumi padanya. Dan kemudian masuk ke kamarnya yang terletak tepat di depan ruang tamu.

Diana hanya mengangguk, ia berjalan ke pantry dan membuka kulkas untuk mencari minum. Ia cukup takjub melihat bahan-bahan makanan cukup lengkap di dalam kulkas. Seolah Bumi memang selalu berbelanja untuk kebutuhan makannya.

Setelah mengambil minuman dingin dari kulkas, ia beralih kembali ke ruang tengah. Duduk di sofa panjang dan menyalakan tv. Saat itulah ia melihat sebuah figura foto yang terletak di samping tv.

Diana mengamati foto itu, mengamatinya dengan baik.

"Kamu mau ma-".

"Kamu terlihat bahagia". Sela Diana berdiri dan berjalan hendak pergi.

"Ha?". Tanya Bumi tidak mengerti. Ia menahan tangan Diana yang enggan menatapnya. Lalu Bumi menoleh ke arah tempat Diana tadi. Melihat foto di sana. "Di, jangan salah paham. Kami tidak ada hubungan apa-apa".

"Kamu fikir aku percaya?".

"Di, Lavina kakak ku. Dia-. Pacarnya Kak Langit. Kamu masih ingat waktu aku cerita kalo lagi nyari seseorang?. Dia Lavina. Aku ketemu Kak Lavina lima tahun yang lalu, saat kamu pergi. Dia yang ngerawat aku, dia yang juga menyemangati ku saat aku dalam masa rehabilitas. Kak Lavina ternyata mengandung anaknya Kak Langit. Namanya Agni. Keponakan ku. Kami beneran tidak ada hubungan apapun selain kakak adek, Di". Jelas Bumi dengan sabar.

Diana diam, membuang pandangan dari Bumi. Merasa nyesek sendiri saat mendengar jika Lavina yang ada dalam masa sulit Bumi, bukan dirinya. Ia malah pergi meninggalkan Bumi, di saat pria itu berjuang untuk memperbaiki hidupnya.

"Aku minta maaf". Kata Diana menunduk dalam. Dan tiba-tiba air mata itu jatuh menyesali semua sikapnya. "Seharusnya aku ada saat kamu butuh seseorang". Lanjut Diana.

"Its oke, aku tau kamu juga sulit". Jawab Bumi memeluknya. "Kita bisa memperbaiki nya sekarang. Bersama-sama". Lanjut Bumi lagi.

Diana mengangguk, memeluk Bumi dengan erat.

***

Ia tau, Diana memang lihai di dapur. Sejak dulu, Diana pandai memasak. Ia pernah bahkan cukup sering dibawakan bekal oleh gadis itu ke sekolah atau di masaki oleh gadis itu. Dan rasanya tidak main-main. Enak. Ia tidak akan heran saat Diana mengatakan kalau ingin menjadi seorang chef. Makanya saat pagi itu ia makan sup yang di berikan oleh Kak Lavina ia merasa tidak asing. Karena ia sangat hafal rasa masakan Diana yang entah mengapa seolah punya citra rasanya sendiri.

Benar saja, gadis itu lulusan terbaik dalam bidang tersebut. Tapi, sayangnya tidak mau membuka restoran sendiri.

Cita-cita gadis itu masih tetap sama. Yaitu, ingin menjadi ibu rumah tangga dengan pemegang ijazah S2.

Saat ini gadis itu sedang berperang di dapurnya. Meski mengenakan celemek, gadis itu tetap terlihat sangat cantik dan mempesona. Malam ini, mereka akan makan malam bersama. Diana menolak di bawa ke restoran, ingin makan masakan sendiri. Jadi, mengajak ke apartemennya saja. Dan kebetulan pula bahan-bahan masakan masih lengkap, karena Lavina selalu menyiapkan semua keperluan dapur untuknya.

Ayah, I Love HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang