Deru mesin mobil terdengar bersahutan-sahutan. Di saat Vivi benar-benar menikmati momen ini dengan sesekali meledek Zyana, Aylin malah beberapa kali menguap. Jelas saja, balapan bukan hobinya. Berbeda lagi dengan Rara yang sedang melakukan panggilan. Bahaya sih seharusnya, tapi bukan Rara kalau gak menantang bahaya.
Vivi memberi kode untuk bersiap. Mereka saling lirik sebelum akhirnya sama-sama melesat pada hitungan ketiga.
Vivi menatap Zyana dari kaca spion. "Kenapa kali ini gue ragu bakal menang?" Tanpa menghiraukan hal tersebut, Vivi langsung menambah kecepatan dan melesat terlebih dahulu. Anak bar-bar mah beda.
Zyana yang sedari tadi memperhatikan Vivi hanya tersenyum miring. Ia segera menyusul Vivi. Namun, posisinya tidak mendahului Vivi.
"Hoaamm, ngantuk elahh. Itu si Pipii sama Ropeah niat amat sih kejar-kejaran. Keseringan nonton film India sih," gumam Aylin malas.
Di sisi lain, Rara malah sibuk ngebucin. Emang dasar pakgirl mah gak tau tempat ngebucin, asal ada mangsa ya gasskeuunn.
'Nanti sore jadi, Ra?'
Rara memutar bola matanya malas. "Sore ya? Duh sorry cuk, gue gak bisa hehe, lupa kalau ada jadwal les. Besok aja gimana, beb?" Tentu saja hanya alasan. Sejak kapan seorang Rara mengikuti pembelajaran tambahan? Sekolah aja sering bolos.
Zyana memperhatikan Vivi dengan senyum misteriusnya. Ia sudah menduga hal yang akan terjadi. Setelahnya ia langsung menambah kecepatan dan melesat meninggalkan Vivi.
Mobil Zyana yang pertama memasuki gedung SMA Melodi langsung menjadi sorotan. Tak jauh di belakangnya, mobil Vivi melaju dengan kecepatan yang masih sama. Setelahnya, mobil Rara dan mobil Aylin di paling akhir.
Zyana keluar dari mobil. Ia berdiri di depan kap mobilnya sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
"Itu yang namanya Zyana bukan sih?"
"Gila! Pantes banyak yang naksir, cakep juga!"
"Lah mandang fisik lo?"
"Mereka 'kan?"
"Pala lo! Mereka mah mana aja asal seumuran atau gak jauh dari umur mereka juga diembat."
"Anjir!"Zyana menatap siswa-siswi kini memperhatikannya. Ia mengangkat bahu acuh saat mendengar mereka menggunjing tentang dirinya.
"Kok lo bisa ngalahin gue sih?! Kan biasanya yang menang gue, anjir!" kesal Vivi pada Zyana.
Zyana mengangkat bahu acuh. "Tikungan terakhir, manuver lo kurang."
Vivi menatap Zyana bertanya. "Masa sih? Kok gue gak sadar, perasaan udah kayak biasa kok."
Tatapan sinis Zyana terarah pada Vivi. "Makanya jangan pake perasaan, jadi bego 'kan?"
Vivi mendengkus. Percuma berdebat dengan Zyana, ujung-ujungnya dia yang kena dan dia yang kesal.
"Kalian gak mau masuk? Gak sadar dari tadi diliatin?" Aylin menghampiri mereka berdua, disusul Rara.
Rara mengangguk semangat. "Ayok! Kita cari cogan!"
Dengan refleks, Zyana menjitak kepala Rara. "Otak lo cowok mulu, anjir!"
Rara memberengut kesal. Namun, raut wajahnya berubah bahagia dan semangat saat melihat seorang cowok dengan jaket bomber berwarna army berjalan ke arahnya.
Rara melambaikan tangannya. "REYY!" Rara pun berlari menuju arah Rey.
"Cabut cabut! Gue sebagai jomblo males liat orang uwu-uwuan. Berasa miris banget gitu, dasar Rara gak tau diri, gak liat sahabatnya jomblo apa ya? Masih aja uwu-uwuan depan gue. Gue tendang ke Amazon nih," dumel Zyana yang melihat kemesraan Rara dengan Rey.
KAMU SEDANG MEMBACA
FUCKGIRL COMEBACK [END]
Teen FictionApa yang kamu pikirkan saat mendengar kata fuckgirl? Cewek dengan hobi memainkan perasaan? Tidak punya belas kasihan? Tidak mengenal kata setia? Salah. Kamu salah besar. Mungkin, ada beberapa perempuan yang menjadi fuckgirl hanya untuk main-main. Na...