Brakk
“ZYA! LO GAK PA-PA?!”
Zyana tersentak kaget. Ia menatap Rara tajam. “Mau bikin gue jantungan?!”
Rara cengengesan. Aylin yang di sebelahnya pun tersenyum jail. “Ropeah abis ngapain? Hidung lo abis mencium apa?”
“Nyium orang.”
“Ha? Gimana maksudnya? Hidung Zya nyium orang? Hidung ketemu hidung? Kok bisa berdarah?” tanya Rara polos.
Sontak ketiga orang itu memutar bola matanya malas. “Stupid.”
Rara mengerucutkan bibirnya. “Rara kan nanya.” Ia mengalihkan pandangannya pada Vivi yang bermain handphone. “Pipii pinjem hp dong, mau poto.”
Vivi menyerahkan handphonenya pada Rara. Dengan senang hati Rara langsung menerimanya. Ia terhenti saat melihat ada satu tombol yang tak biasa. “Pipii, ini buat apa?”
“Buat neken perasaan ke dia.”
Pletak
“Bucin mulu! Dasar Odah bucin!" Zyana menatap Aylin malas.
Aylin tak menanggapi lebih, ia malah asyik berfoto ria dengan Rara. Sebenarnya, itu adalah tombol yang dibikin khusus oleh Vivi untuk menghubungi Zyana apabila ia dalam kondisi terancam. Masih ingat sebelumnya Vivi hanya memencet satu tombol, tapi Zyana bisa ada di lokasi? Itu karena tombol itu mengirim sinyal ke Zyana beserta dengan lokasi Vivi saat itu.
“Balik bego! Bukannya belajar malah bolos ke UKS. Kasian bu Lala gak ada yang ngerecokin. Sono!”
“Lah, lo enggak?” tanya Aylin bingung.
Rara melirik Zyana sinis. “Zya mah anak kesayangan bu Lala, Rara mah apa, cuma remahan tempe.”
“Tempe enak, Ra.” Aylin menimpali sambil membuka bungkus jajanan kripik tempe miliknya. “Nih, mau?”
“Anjir, kapan lo jajan?” tanya Vivi bingung.
Aylin mengangkat bahu acuh. “Tadi ada adkel lewat, gue nitip aja.”
“Selagi ada adkel, kenapa harus kakel?”
“Senioritas itu goblok!” Zyana melempar Rara dengan kripik yang diambilnya dari Aylin.
“Kripik gue, Ropeah! Kalau mau makan ya makan, jangan dibuang. Mahal tau, sebungkus doang delapan ribu. Isinya mah gak seberapa!”
“Ntar gue beliin.”
Aylin menatap Vivi antusias. “Anjay, holkay mah beda ya.”
Vivi hanya mengangkat bahu acuh. Percakapan mereka terhenti saat seorang perempuan masuk ke dalam UKS. Ia menatap keempat sahabat itu ragu.
“Ngapain?” tanya Vivi ketus.
Aylin menggeleng pelan. “Jangan galak-galak, Pipii. Pantes aja Raffa gak mau sama Pipii.”
Zyana terbahak. “Raffa kan maunya sama gue.”
“Bacot!”
Rara memutar bola matanya malas. Ia menatap perempuan yang sepertinya adik kelasnya. “Kamu mau ngapain?”
“Ah, itu, Kak. Aku ... disuruh ... tadi eh iya itu.”
Zyana tersenyum saat melihat tangan perempuan itu bergetar. “Santai aja kali, gak usah gugup.”
Perempuan itu mengangguk. Ia menarik napas dan mengembuskannya pelan. “Kak Zya ditunggu Kak Zyco di taman belakang.”
“Oke, thanks.”
KAMU SEDANG MEMBACA
FUCKGIRL COMEBACK [END]
Teen FictionApa yang kamu pikirkan saat mendengar kata fuckgirl? Cewek dengan hobi memainkan perasaan? Tidak punya belas kasihan? Tidak mengenal kata setia? Salah. Kamu salah besar. Mungkin, ada beberapa perempuan yang menjadi fuckgirl hanya untuk main-main. Na...