14. Bahaya!

467 68 33
                                    

Aylin duduk bersandar menunggu ketiga sahabatnya dengan bosan. Hari ini, ia berangkat sangat pagi karena Zeyn ada urusan, ya mungkin semacam mau lomba. Aylin kan nebeng, jadi mau gak mau harus ikut berangkat pagi.

“Ini pada gak sekolah apa gimana sih?”

Aylin melirik jam yang menunjukkan pukul setengah tujuh pagi lewat sepuluh. “Lima menit lagi gerbang ditutup. Dasar tukang telat-”

“Seenak jidat lo ngomong!”

Aylin menatap Zyana malas. “Lama.”

“Lo yang kecepetan.” Vivi meletakkan tasnya di atas meja. Ia mengambil headset dan segera memakainya.

“Ih Vivi mah udah nyantai aja, bantuin tugas Rara, ini bener gak?” Rara menatap Vivi kesal, sedangkan yang ditatap hanya acuh.

Zyana yang melihat Rara merajuk langsung memberikan bukunya. “Tah eta. Monggo didelok.

Rara tersenyum senang dan segera mengambil buku Zyana. Ia menatap Zyana yang sedang memposisikan diri untuk tidur. “Gak baik pagi-pagi tidur, Zy.”

“Ngantuk. Bye!”

Aylin dan Rara hanya menggeleng maklum. Sudah menjadi kebiasaan Zyana ketika sampai di kelas pasti tertidur.

Beberapa menit kemudian, bel masuk berbunyi. Namun, keempat sahabat itu sama sekali tak peduli. Hingga Bayu, si ketua kelas menghampiri mereka.

Guys, ke lapangan sekarang. Ada apel pagi sama dzikir.”

Rara melirik sekilas. “Mager."

“Eh, ini kan wajib, Ra. Diabsen juga nanti di lapangan.”

“Etdahh ketimbang apel aja sampai di absen,” sahut Aylin malas.

“Kurang kerjaan bego. Lagian Senin udah upacara eh sekarang malah apel. Males amat.” Rara mendengkus dan kembali memfokuskan diri pada handphonenya.

Bayu menghela napas berat. Terkadang ia bersyukur karena mereka berempat masuk ke kelasnya. Ya tentu saja ia bisa cuci mata. Terkadang juga ia harus bersabar karena kelakuan mereka yang benar-benar minta dilempar ke Segitiga Bermuda.

“Pak Fad bentar lagi sampai di kelas. Kalian mau ke lapangan sendiri atau diseret Pak Fad itu terserah kalian, gue cuma ngasih tau aja. See you!” Bayu langsung meninggalkan mereka berempat, ia segera menuju lapangan untuk berbaris bersama pasukan paskibra.

Rara mengembuskan napasnya kasar. “Cabut guys! Rara males mgebacot sama Pak Fad. Ntar ujung-ujungnya cewek always salah.”

Aylin menatap Zyana dan Vivi yang masih pada posisi yang sama. Ia menarik headset yang dipakai Vivi dan membuat Vivi menatapnya tajam.

“Santai santai Pipii, gue kan cuma mau ngajak ke lapangan.”

“Dih-”

“Gak ada penolakan! Gue sama Rara males ngurusin Pak Fad.”

Vivi mendengkus. Ia memukul pundak Zyana pelan. Zyana langsung membuka matanya, ia mengerjap pelan untuk menyesuaikan matanya dengan cahaya.

“Apel ya? Ya udah ayo.”

Vivi menatap Zyana heran. “Kok lo tau?”

“Makanya jangan kudet. Itu grup kelas udah pada ngomongin semalem.” Zyana segera berdiri dan menyeret Vivi untuk mengikutinya. Di belakangnya, Rara dan Aylin berjalan dengan santai.

Mereka berempat berjalan di koridor yang sudah sepi. Tentu saja karena murid-murid yang lain sudah berbaris rapi di lapangan. SMA Melodi bukan hanya terkenal karena prestasi, tapi juga karena kedisiplinan murid-murid di sini, mungkin pengecualian untuk keempat manusia nyasar ini.

FUCKGIRL COMEBACK [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang