“Ngapain lo tadi?”
“Ngurusin surat pernikahan.”
Tuk
Zyana meringis saat sebuah pulpen mengenai jidatnya. Untung saja kena bagian tumpulnya dan tidak terlalu kencang. Zyana mendengkus menatap Vivi. “Kalau jidat gue luka gimana?!”
Vivi mengangkat bahu acuh. “Ya gak gimana-gimana.”
Zyana mencebik kesal. “Yi gik gimini-gimini, hesteg ngikutin Odah. NYE!”
Bug
“Hadoh!”
Tawa menggelegar dari ketiga sahabat Zyana. Zyana sendiri bangkit dan mengusap punggungnya yang terasa nyeri. Ia menatap Vivi yang dengan tanpa akhlaknya memukul Zyana dengan guling, padahal dia tau posisi Zyana sedang di ujung kasur.
“Bangsat! Sakit goblok!”
“Sakitan mana sama ditinggal pas sayang-sayangnya?” tanya Aylin iseng.
“Itu sih Rara.”
Pletak
“BANGSAT NISTAIN AJA TEROS NISTAIN! SALAH DEDEK APA, YA ALLAH?”
“Lagian gue diem aja lo malah kayak anjing.”
Zyana menatap Rara sinis. “Alin duluan tuh!”
“Salah apa Alin, ya Allah?” Aylin menengadah ke atas dengan kedua tangan terbuka menghadap ke atas juga.
“Banyak,” jawab ketiga sahabatnya serempak.
“Binyik.”
Pletak
“Ropeah anjir!” Aylin mengusap kepalanya yang baru saja dijitak Zyana. “Coba tangannya gak usah nakal.”
“Iya, ntar hati gue yang nakal.” Zyana mengangguk-angguk sambil mengambil toples berisi keripik kentang.
“Sodara lo pada cabut, Vi? Rumah kosong amat kayak hati gue.” Aylin melongok keluar menatap halaman rumah Vivi dari jendela.
“Dugem biar rame.”
Tuk
“APA SIH ANJING!” Zyana menatap Vivi emosi. Ia mengembuskan napas kesal.
Vivi mengangkat bahu acuh. “Ide lo penuh dosa.”
“Kalau ada saudara gue, gak mungkin gue open house buat kalian, yang ada perang dunia ketiga entar,” lanjutnya.
Zyana mendengkus. Ia memilih menjatuhkan diri di atas kasur Vivi. Dengan posisi tengkurap, ia memilih untuk tidur.
“Dih, tinggal war apa susahnya, lagian saudara lo kek setan semua!” ucap Rara mengambil membuka laptop Vivi tanpa izin. Vivi hanya menatapnya sekilas lalu kembali menyibukkan diri dengan handphonenya.
“Bukan kayak, tapi emang setan.”
“Jangan gibah guys, gibah itu dosa.” Aylin mendekati Vivi dan duduk di sebelahnya. “Ayok, lanjutkan gibahnya! Kalian gak boleh gibah kalau gak ajak-ajak Alin.”
Bug
“Etdah, Ropeah kalau tidur ya tidur aja gak usah kek Dajjal gitu.”
Zyana menguap lalu berguling ke kanan dan menutup matanya kembali. “Lo bacot mulu, gemes gue jadinya pengen jadiin lo tumbal pesugihan.”
“Keluar yuk guys! Rara laper,” keluh Rara memegang perutnya.
“Kuy lah, laper juga gue.” Vivi berdiri semangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
FUCKGIRL COMEBACK [END]
Teen FictionApa yang kamu pikirkan saat mendengar kata fuckgirl? Cewek dengan hobi memainkan perasaan? Tidak punya belas kasihan? Tidak mengenal kata setia? Salah. Kamu salah besar. Mungkin, ada beberapa perempuan yang menjadi fuckgirl hanya untuk main-main. Na...