Vivi melangkah menuju kasir setelah membeli beberapa cemilan. Hari sudah menjelang malam dan ia harus segera tiba di rumah Aylin.
Memang dirinya dan kedua sahabatnya akan menginap di rumah Aylin. Hal ini sudah sering mereka lakukan. Menurutnya, rumah Aylin menjadi tempat ternyaman meskipun rumah itu tidak sebesar rumahnya. Berbeda dengan rumahnya yang setiap hari hanya ada kekangan, tak boleh keluar tanpa ditemani oleh saudara-saudaranya. Namun sayangnya, Vivi menolak karena mereka sering memojokkan dirinya. Yah, hubungan saudara yang buruk.
“Ada lagi yang mau dibeli, Mbak?” tanya sang kasir.
Vivi menggeleng. Ia menyerahkan beberapa lembar uang sesuai dengan nominal yang disebutkan sang kasir. Setelah mengambil bayaran, Vivi langsung keluar. Namun, saat di luar ia menghitung lagi jumlah kembaliannya. Vivi mengerutkan keningnya.
“Kok tiga belas ya?” tanyanya pada diri sendiri sambil melihat bill yang ada di tangannya.
Ia memutuskan untuk kembali masuk ke supermarket. Saat masuk, awalnya ia kikuk karena orang-orang memperhatikannya. Ia berjalan menuju kasir.
“Ehem, Mbak kok ini Rp 13.000 ya?” tanya Vivi tenang.
Sang kasir mengerutkan keningnya sambil menatap bill yang diserahkan Vivi. Ia mengulum senyum. “Salahnya dimana ya Mbak? Kan total semua Rp 87.000, Mbak bayar pakai uang Rp 100.000, jadi kembaliannya Rp 13.000,” ucap sang kasir.
Vivi menampakkan raut wajah bingung sebelum akhirnya mukanya memerah menahan malu. Diliriknya ke sekitar. Beruntunglah hanya ada dua kasir dan seorang pemuda yang sedang menunggu total belanjaan.
‘Bego lo Vi! Malu-maluin anjing! Asw! Gimana ini!’ maki Vivi dalam hati.
“Eh iya Mbak, maaf ya,” balas Vivi dan langsung berjalan keluar.
“HUAAA MALU GUE ANJING! GILAA! KOK BISA LINGLUNG SIH GUE?! KENAPA JUGA GUE GAK MERHATIIN TADI?!” rengeknya.
Untung saja jalan sepi, jadi dia tidak semakin malu karena berteriak-teriak sendiri seperti orang gila.
“Hiks, gak mau lagi gue ke supermarket. Malu banget anjing, mana tuh cowok ngetawain gue lagi. Awas aja kalau besok ketemu, gue hantam kepalanya!” gerutunya sepanjang jalan.
***
“ASSALAMU'ALAIKUM, BABI-BABIKU!” teriak Vivi saat masuk ke rumah Aylin.
“Wa'alaikumussalam, ibab.” Aylin menjawab sambil membawa kantong plastik berisi cemilan yang dibeli Vivi.
Vivi mendudukkan dirinya di sofa. Ia memperhatikan Aylin yang menyiapkan beberapa cemilan. Ya, hanya memperhatikan, tidak ada niat sama sekali untung membantu.
“Rara sama Zya di mana?” tanya Vivi mengedarkan pandangannya.
“Di kandang, ya di kamar lah,” jawab Aylin kalem.
“Yaudah deh, gue juga mau ke kamar lo aja,” putus Vivi.
“Etdah, lo gak mau bantuin gue gitu? Bawain kek,” kesal Aylin.
“Alin sayang, gue di sini sebagai tamu. Lo kan tuan rumah, sediain dong buat kita-kita,” balas Vivi angkuh dan meninggalkan Aylin.
Aylin mengusap dada sabar. “Sabar, Lin ... sahabat lo emang gak ada akhlak.”
Dengan berat hati ia membawa nampan berisi beberapa cemilan dan minuman. Ia menaiki tangga dan menuju kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FUCKGIRL COMEBACK [END]
Roman pour AdolescentsApa yang kamu pikirkan saat mendengar kata fuckgirl? Cewek dengan hobi memainkan perasaan? Tidak punya belas kasihan? Tidak mengenal kata setia? Salah. Kamu salah besar. Mungkin, ada beberapa perempuan yang menjadi fuckgirl hanya untuk main-main. Na...