‘Selagi bisa gelud kenapa harus damai?’
#candaguys***
“Rooftop kuy!” bisik Vivi pelan.
Zyana menoleh lalu tersenyum miring. “Gasskeun!” Ia lalu berdiri dan menghampiri Bu Lala yang sedang menunggu tugas murid-muridnya.
“Bu ...” Zyana tersenyum lalu menyerahkan buku tugasnya. “Ini tugas saya, Bu.”
Bu Lala menatap Zyana terkejut. Pasalnya ia baru memberikan tugas itu lima menit yang lalu dan tugasnya pun tidak sedikit. Bahkan untuk mengerjakannya akan membutuhkan sedikitnya lima lembar buku tulis.
Zyana yang mengerti jika gurunya bingung pun tersenyum manis. “Saya semalem gabut, Bu. Jadinya ya saya kerjain itu.”
Bu Lala mengangguk paham. Sudah tau benar bagaimana sifat Zyana. Ia menerima buku tugas Zyana.
“Izin bolos ya, Bu. Lagian kan abis tugas ini gak ada materi lagi.” Zyana menaik-turunkan alisnya.
Bu Lala hanya tersenyum lalu mengangguk. “Silakan, hati-hati bolosnya. Jangan sampai ketahuan.”
“Siap, Bu!” Zyana membalikkan badannya lalu menatap ketiga sahabatnya. “Gue tunggu sepuluh menit.”
Ketiga sahabatnya memutar bola matanya malas. “Harusnya kasih contekan dulu baru minggat,” gumam Vivi datar.
Aylin yang merasakan getaran di sakunya, segera membuka handphone-nya, sebuah senyum terbit dari bibirnya. Ia melirik Zyana yang berjalan santai keluar ruangan. Sepuluh gambar berupa foto buku tugas Zyana dikirim di grup mereka.
“Buka grup tuh!”
Vivi menaikkan sebelah alisnya. Ia menatap Aylin bingung. Dengan santai Aylin menunjukkan layar handphone-nya yang menyala memperlihatkan gambar-gambar yang dikirim Zyana.
“Asik, pengertian juga tuh anak,” ucap Rara semangat.
Vivi tersenyum tipis lalu segera menyalin tulisan di gambar tersebut ke buku tugasnya.
Sepuluh menit berlalu, Vivi berdiri untuk menyerahkan buku tugasnya yang kemudian disusul Aylin dan Rara. Mereka bertiga keluar bersamaan lalu bertos ria.
“Langsung?” tanya Vivi menatap kedua sahabatnya.
“Beli makanan dulu?” usul Rara.
Keduanya mengangguk setuju. Mereka segera menuju kantin dan membeli beberapa makanan ringan serta minuman.
“Zyana beliin gak?” tanya Aylin bingung.
Rara menggelengkan kepalanya. “Gak usah, biar beli sendiri.”
Vivi menatap Rara lalu tersenyum jail. “Udah ninggalin, eh minta dibeliin. Gak tau diri amat, ye gak, Ra?”
Rara tertawa lepas. “Yoi!”
Ketiganya tertawa bersamaan lalu segera membayar dan menuju rooftop. Langkah kaki mereka memelan saat mendengar suara sinis dari rooftop. Dan yang pasti, bukan suara Zyana.
“Lo pikir gaya lo kayak gitu keren? Cih, bisanya cuma nyakitin doang, panteslah kalau disakitin balik.”
Vivi menatap kedua sahabatnya yang juga menatapnya bingung. Aylin mengangkat bahu acuh lalu membuka pintu rooftop. Dilihatnya Zyana sedang menatap jengah pada dua orang perempuan dan tiga orang laki-laki. Aylin menyipitkan matanya sejenak lalu menoleh pada Rara.
“Apa?” tanya Rara bingung.
Aylin menunjuk salah satu laki-laki. “Mantan lo 'kan?”
Vivi menatap mereka berdua sekilas lalu tersenyum miring. “Gelud yuk!”
KAMU SEDANG MEMBACA
FUCKGIRL COMEBACK [END]
Teen FictionApa yang kamu pikirkan saat mendengar kata fuckgirl? Cewek dengan hobi memainkan perasaan? Tidak punya belas kasihan? Tidak mengenal kata setia? Salah. Kamu salah besar. Mungkin, ada beberapa perempuan yang menjadi fuckgirl hanya untuk main-main. Na...