“Zy, nomer lima belas halaman sepuluh.”
Zyana membuka halaman yang dimaksud Vivi. Ia memperhatikan soal yang tertera di sana. Tak lama, Zyana mengerutkan keningnya. “Lo lupa sama materi ikatan kovalen? Gampang loh itu.”
Vivi mencebik kesal. “Lo lupa gue dihukum pas itu?”
Zyana mengangkat sebelah alisnya. Tak lama, ia mengangguk dan tertawa kecil. “Ada dua. Kovalen murni sama kovalen koordinasi. Bedanya, kalau kovalen murni pasangan elektronnya itu dari kedua atom yang berikatan, sedangkan kalau kovalen koordinasi-”
“Dari satu atom yang berikatan?” potong Vivi.
“Yups, betul. Paham kan nyarinya?” tanya Zyana yang diangguki Vivi.
“Guys, ada yang tau awal mula sistem kasta? Materi sejarah agama Hindu?” Rara mengangkat kepalanya bertanya.
Aylin meletakkan telunjuknya di dagu. “Setau Alin ya, dulu itu ada bangsa Dravida. Terus ada bangsa Arya.” Aylin terdiam, ia lalu melanjutkan kegiatan membaca bukunya. Rara yang melihat pun terheran. “Udah? Gitu aja? Hubungannya apa anjir!”
“Gak ada, mereka gak mau ada hubungan lebih, belum halal.”
“Bego!” umpat Vivi. Aylin tertawa puas. Ia menatap Zyana yang sibuk mencoret-coret kertas di depannya. Bukan asal coretan, tapi sedang mencari perhitungan kimia. “Tanyakan pada ahlinya.”
“Zya, Rara mau nanya soal-”
“Bener kata Alin, dulu ada bangsa Dravida, si doi ngembangin kebudayaannya di Sungai Indus. Terus bangsa Arya dateng. Nah, kan mereka beda tuh, mulai dari kekuatan, pengetahuan, sampai kebudayaan bangsa Arya lebih maju dibandingkan bangsa Dravida. Bangsa Arya ini gak mau kalau sampai darahnya tercampur sama darah si doi. Anggep aja gini, ‘Aku suci dan kamu penuh dosa, jauh-jauh sana!’”
“Anjing! Geli bego! Suara lo gak usah kayak gitu!” kesal Vivi. Zyana hanya cengengesan. “Kan ngasih contoh.”
Aylin langsung mengetikkan jarinya. “Nah! Alin inget bagian ini, karena itu tadi akhirnya ada sistem kasta yaitu Brahmana sebagai kasta tertinggi, dilanjut Kesatria, Waisya, Sudra, dan terakhir Paria.”
“Yup, but endingnya sama aja, gak ada sistem kasta. Bangsa Dravida sama bangsa Arya bahkan menikah, dahal tadi sok-sokan gak mau, uh kayak Vivi, pura-pura gak mau padahal ngebet,” lanjut Zyana.
Vivi menimpuk Zyana dengan pensil. “Dendam banget sih lo sama gue!”
“Ouh gitu, oke oke, makasih ibab-ibab Rara.”
Suasana kembali hening. Mereka berempat sibuk dengan buku yang mereka pegang. Tentu saja. Besok adalah penilaian kenaikan kelas. Jadi, mereka memutuskan untuk belajar bersama. Sebenarnya hal ini rutin mereka lakukan saat akan melaksanakan ujian.
“Eh Mataram jayanya kapan?” tanya Vivi tiba-tiba.
“Mataram yang mana bego! Mataram ada dua,” kesal Rara.
Aylin tertawa kecil. “Santai Ra, makan dulu makan.”
Vivi mendengkus. “Mataram kuno.”
“Oh itu si Raja Balitung,” jawab Rara.
“Nama lengkap?”
Rara menggeleng tak tahu. Aylin pun menggelengkan kepalanya. “Alin males sama sejarah.”
“Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung Dharmodaya Mahasambu, alasannya karena berhasil memperluas kekuasaan yakni meliputi Bagelan sampai Malang.” Zyana menjawab dengan tatapan yang masih setia pada coretan di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FUCKGIRL COMEBACK [END]
Подростковая литератураApa yang kamu pikirkan saat mendengar kata fuckgirl? Cewek dengan hobi memainkan perasaan? Tidak punya belas kasihan? Tidak mengenal kata setia? Salah. Kamu salah besar. Mungkin, ada beberapa perempuan yang menjadi fuckgirl hanya untuk main-main. Na...