Rara mendengkus kesal saat sambungan telepon tidak diangkat. Padahal sudah enam kali ia menelepon. “Angkat Vivi anjeng!”
“Halo? Vivi cantik di sini? Dengan siapa di mana?”
“Bacot. Rumah lo free gak?” sentak Rara ngegas.
Hening sejenak. Rara yakin kalau Vivi terkejut dengan sentakannya.
“Free kok, ke sini aja.”
Rara mengembuskan napas pelan. “Panggil yang lain juga.”
Tutt tutt tutt
Sebelum Vivi menjawab, Rara sudah terlebih dahulu mematikan sambungan teleponnya. Ia meremas kemudi stir. Tatapannya lurus penuh emosi. Perlahan, sebuah senyum miring terlukis di bibirnya.
Rara segera melajukan mobilnya. Ia menatap jalanan dengan datar, tapi di otaknya ia sedang berpikir keras. Menyusun rencana untuk membalas perbuatan seseorang.
Gerbang rumah Vivi langsung dibuka oleh satpam saat Rara sampai. Mungkin Vivi sudah terlebih dahulu memberi tahu satpamnya kalau Rara akan datang. Rara melirik ke samping yang ternyata sudah ada mobil Zyana dan kemungkinan Aylin juga sudah berada di dalam.
Rara menarik napas lalu mengembuskan perlahan. Ia mengatur emosinya sebelum masuk ke dalam rumah Vivi. Namun, sayangnya bayangan seseorang membuat tangannya mengepal kuat. Ia berjalan membuka pintu utama rumah Vivi dengan kasar.
Vivi, Zyana, dan Aylin langsung menatap Rara terkejut.
“Buset, santai aja kali, Ra. Kasian pintunya,” ucap Aylin sekalian mencairkan suasana.
“Rusak aja, Ra. Alin siap beli lagi kok.”
Pletak
“Si Ropeah ini suka sekali berbicara asal.” Aylin tersenyum setelah menjitak kepala Zyana.
“Kenapa, Ra?” tanya Vivi hati-hati.
Rara yang duduk di sebelah Vivi hanya mendengkus. Ia mengeluarkan handphonenya. Membuka aplikasi WhatsApp dan melempar handphonenya ke meja di depan mereka.
“Buset, sayang amat handphonenya. Mentang-mentang holkay.” Aylin mengusap dadanya sabar.
Zyana menaikkan sebelah alisnya. Ia mengambil handphone Rara dan memutar rekaman paling atas. Sekilas, ia melihat nama si pengirim.
“Sisca?” gumamnya bertanya.
“Rey, selingkuh, yuk! Haha.”
“Ha? Maksudnya apa?”
“Iya, kamu selingkuh sama aku.”
“What the fuck!” umpat Vivi refleks.
Keduanya memandang Rara bingung. Namun, tak ada satu pun yang bertanya. Keduanya? Yup, karena Aylin sudah mengetahui masalah Rara.
Zyana langsung memutar rekaman kedua.
“Ya udah, Rey. Aku mau belajar dulu ya."
“Okeyy, semangat, sayang!”
“Haha, iya siap. Makasih, Rey!”
“Sama-sama, sayang. Belajar yang rajin ya.”
Zyana menatap Rara bertanya. “Sayang? Dia siapa, Ra?”
Rara tidak menjawab, ia hanya memberi kode pada Zyana untuk memutar rekaman di bawahnya. Zyana yang mengerti hanya mengangguk.
“Sampai kapan aku jadi yang kedua, Rey?”
KAMU SEDANG MEMBACA
FUCKGIRL COMEBACK [END]
Ficção AdolescenteApa yang kamu pikirkan saat mendengar kata fuckgirl? Cewek dengan hobi memainkan perasaan? Tidak punya belas kasihan? Tidak mengenal kata setia? Salah. Kamu salah besar. Mungkin, ada beberapa perempuan yang menjadi fuckgirl hanya untuk main-main. Na...