Kebisingan terjadi di sepanjang koridor sekolah. Semua murid sibuk dengan persiapan lomba yang diadakan pihak OSIS untuk mengisi waktu luang setelah penilaian kenaikan kelas atau PKK. Berbeda dengan keempat sahabat yang kini malah asyik duduk di depan danau belakang sekolah. Mereka berempat tak peduli dengan lomba tersebut karena bagi mereka itu adalah hal yang membosankan.
“Bentar lagi kelas tiga ....” Vivi berkata pelan sambil melempar beberapa kerikil ke danau.
Zyana langsung menatap Vivi. “Emang lo naik kelas?”
Pletak
“Lo doain gue tinggal kelas, ha?!”
Aylin meletakkan telunjuknya di dagu. “Kalau salah satu dari kita tinggal kelas, yang lain juga harus ikut. Gue yakin pemikiran Zyana gitu.”
“Ha? Apa sih? Jadi, maksudnya Zyana gak naik kelas?” Rara menatap ketiganya bingung.
“Pala lo! Ya kali gue gak naik kelas. Gue tuh pengen cepet-cepet lulus-”
“Abis itu nikah ya, Rop?” Aylin bertanya sambil menaikturunkan alisnya.
“Yoi!” jawab Zyana menunjukkan cengirannya.
“Otak lo nikah mulu, calon aja gak ada.”
Rara mengangguk menyetujui perkataan Vivi. “Yup, cari dulu sono, Zy!”
Zyana mengerucutkan bibirnya. “Tidak semudah itu, Ferguso. Dikira nyari calon masdep segampang nyari target apa?”
“Target mah tinggal milih,” sahut Vivi.
Aylin menggelengkan kepalanya. “Sesat ya kalian-kalian tuh.”
Rara melemparkan kerikil kecil ke arah Aylin. “Lo juga sama, udah diem.”
“Aku ning kene mbok sepeleke
Ra tau nggatheke aku sing meduleke
Kowe kui cen menungso oratoto.” Zyana bernyanyi asal.“Buset, ngegalau, Neng?” Aylin bertanya pada Zyana sambil tertawa.
“Ciee ada yang patah hati,” lanjut Rara.
“Yang udah berjuang nyatanya cuma diboongin doang,” sahut Vivi ikut meledak Zyana.
Zyana menatap ketiganya datar. “Punya sahabat gak ada akhlak semua ya kek gini nih.”
“Emang lo punya akhlak?” pancing Rara.
“Jelaslah ...” Zyana menggantungkan perkataannya. “Enggak!”
“Gubluk!”
Setelahnya, mereka tertawa bersamaan. Sampai sebuah suara menginterupsi mereka berempat.
“Zy ....”
Tak hanya Zyana yang menoleh, tapi juga ketiga sahabatnya. Tatapan mereka berbeda-beda. Vivi menatap laki-laki itu benci, Aylin menatapnya remeh, Rara menatapnya bingung, dan Zyana yang hanya diam membeku.
“Mau ngapain lo?!” sentak Vivi.
Zyco menatap Vivi sekilas lalu beralih menatap Zyana. “Bisa ngomong bentar?”
“Bisa ngomong bentar?” tanya Aylin menirukan ucapan Zyco dengan maksud meledek.
Zyana balas menatap Zyco dengan pandangan yang sulit diartikan. “Mau ngapain?”
“Gue cuma mau ngelurusin beberapa hal.”
Rara tertawa lepas. “Buset, kemarin-kemarin ke mana aja, bro? Sibuk berduaan ya sampai-sampai lupa ada yang lo sakitin?”
Zyco mengalihkan pandangannya. “Bisa?” tanyanya sekali lagi pada Zyana.
Zyana menimang sebentar lalu menatap sahabat-sahabatnya. “Guys ....”
KAMU SEDANG MEMBACA
FUCKGIRL COMEBACK [END]
Teen FictionApa yang kamu pikirkan saat mendengar kata fuckgirl? Cewek dengan hobi memainkan perasaan? Tidak punya belas kasihan? Tidak mengenal kata setia? Salah. Kamu salah besar. Mungkin, ada beberapa perempuan yang menjadi fuckgirl hanya untuk main-main. Na...