“Gitu ya, Zeyn.” Pupus. Senyum Aylin benar-benar hilang. Ia menghela napas dan segera melangkah keluar.
Berkali-kali Aylin menghentakkan kakinya kesal. Kenapa ia tidak bisa menghilangkan perasaannya pada Zeyn? Kenapa juga harus ia sendiri yang memiliki perasaan ini?“Hei!”
Aylin terlonjak kaget. Ia menengok ke samping. Aylin makin terkejut saat tau bahwa Zeyn-lah yang menepuk pundaknya. Ia mengatur napasnya. “Hei, kenapa?”
Zeyn menaikkan sebelah alisnya. “Kamu yang kenapa? Tadi nonton tapi gak mau nyamperin. Eh, malah main pergi aja.”
“Masa iya gue kudu liatin lo mesra-mesraan,” gumam Aylin pelan.
“Kamu ngomong apa?”
Aylin mengusap dadanya kaget. Ia mendengkus kesal. Kenapa ia mudah kaget saat bersama Zeyn?
“Gak pa-pa kok, tadi panas aja makanya keluar.”
Zeyn menatap Aylin lekat. Aylin balas menatap canggung. Di saat Zeyn masih setia menatap Aylin, Aylin justru menatap kanan kiri. Tentu saja, mereka kini sedang berada di koridor dan berhenti di tengah-tengah. Gimana kalau ada yang mau lewat?
“Zeyn,” panggil Aylin pelan.
Zeyn mengedip pelan lalu menggelengkan kepalanya. “Enggak, gak mungkin Zeyn.”
Aylin melambaikan tangannya di depan wajah Zeyn. “Zeyn? Ada apa? Apa yang gak mungkin?”
Zeyn menggeleng seraya tersenyum. “Gak ada apa-apa kok. Kamu udah makan? Mau ke kantin?”
Aylin berpikir sebentar lalu mengangguk. “Ayok deh, aku juga laper.”
“Aku gak bilang kalau aku laper. Aku kan nanya kamu udah makan belom.”
Aylin mencubit pinggang Zeyn. “Zeyn!”
Bukannya kesakitan, Zeyn malah tertawa. Aylin menatap Zeyn terpesona. Ia suka tawa Zeyn. Tidak, ia suka semua tentang Zeyn. Ia masih memandangi Zeyn hingga genggaman sebuah tangan menyadarkannya.
“Ayok!”
Aylin menatap tangannya yang digenggam Zeyn kaku. “Zeyn, pacar kamu gak marah?”
Zeyn mengernyitkan dahinya. Ia menatap Aylin bingung. “Pacar? Aku gak punya pacar Alin, atau kamu mau daftar jadi pacar aku? Nanti langsung aku terima tanpa tes.”
Aylin memukul lengan Zeyn. “Zeyn, ih!”
Lagi lagi Zeyn hanya tertawa. Menjahili Aylin adalah hobinya. “Maaf-maaf, princess.” Zeyn mengacak rambut Aylin yang membuat Aylin mencebik kesal.
“Jangan diacak, Zeyn!”
Zeyn yang sudah mengetahui Aylin tidak suka rambutnya diacak-acak hanya tertawa kecil.
***
Rara berteriak heboh saat tim Rey mencetak gol. Sebenarnya Rara merasa bersalah karena lawan Rey adalah sekolahannya dan ia malah mendukung rival sekolahannya itu.
“SEMANGAT, REY!! AYOK LAGI!!”
Rey menatap Rara tersenyum. Ia mengedipkan sebelah matanya. Rara melongo melihatnya. “Sejak kapan Rey genit?”
Peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan. Rara segera berlari menghampiri Rey. Ia memberikan botol minuman dan juga sebuah handuk. Rey menerimanya dengan senang hati. “Makasih, sayang."
“Cielah yang punya doi mah sayang-sayangan, lah gue mah apa atuh, jomblo mulu,” sahut teman Rey yang berada di sebelahnya.
“Sabar, bro, gue juga kok. Sama gue aja sih, Ra, gue juga cakep kok, baik banget, jangan sama Rey-lah,” balas teman Rey satunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FUCKGIRL COMEBACK [END]
Novela JuvenilApa yang kamu pikirkan saat mendengar kata fuckgirl? Cewek dengan hobi memainkan perasaan? Tidak punya belas kasihan? Tidak mengenal kata setia? Salah. Kamu salah besar. Mungkin, ada beberapa perempuan yang menjadi fuckgirl hanya untuk main-main. Na...